Jalan Dua

29.6K 196 4
                                    

Ghea malas-malasan turun ke lantai bawah. Ia dipanggil mamanya untuk menemui Tante Ninin yg baru datang 15 menit lalu. Yaelah, si mama gak bisa besok apa...geramnya dalam hati.  Ia terus berjalan menuju ruang keluarga.

"Sini nak...!" pinta Claudia pada anaknya. Anak laki-laki satu-satunya.

"Eh, halo Ghea...apa kabar?" tanya Ninin melempar senyum untuk Ghea.

"Baik, Tante..." sahut Ghea sedikit senyum.
Keduanya saling bertatapan. Mata bertemu mata.

Dulu kurus sekarang gemuk berisi. Cantiknya sih gak ilang malah nambah...batin Ghea.

Gak berubah tetep ganteng, tetep slengean! kagum Ninin dalam hati.
Hening.

"Tante Ninin, kesini untuk bantu-bantu mama urus rumah. Kost-kost'an, juga hasil sawah kita di Sidoarjo." jelas Claudia ke Ghea.

"Oh iya ma, ruko yg Undakan, Darmo, Dupak sama Gubeng juga ma?" tanya Ghea bermaksud meledek.

"Iyalah, itu juga. Pokoknya urusan mama di Surabaya, Tante Ninin yg pegang, oke Nin?"

"Siap, Mbak. Makasih atas kepercayaannya..." jawab Ninin.

"Aku ngantuk ma, kekamar dulu ya ma?" ucap Ghea pelan. Dengan pelan ia berjalan meninggalkan keduanya.

"Ngantuk apa main game?"

"Dua-duanya ma...."

Claudia cuma geleng-geleng kepala akan kelakuan anaknya. Ia pun lebih melanjutkan obrolan santai dengan Ninin, ketimbang memikirkan kelakuan Ghea.

Ada rasa kesal, gemas juga malu saat bertemu tante Ninin dalam hatiku. Rasa yang tak pernah hilang, selalu muncul bila bertemunya. Aku selalu teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu saat aku duduk di kelas 6 SD dan tante Ninin kelas 3 SMP.

Meski berlainan sekolah namun masih satu kawasan. Tidak sampai 70 meter jarak SD ku dengan SMP-nya. Hampir tiap hari kami pulang sekolah bersama.

Aku masih belum cukup umur saat itu tapi aku selalu kagum akan pesona kecantikannya. Kecantikan yg tak jemu dipandang. Ia sosok yg selalu ada buatku, selalu memperhatikan ku. Perhatiannya melebihi perhatian dari mbak-mbak ku sendiri. Kecantikan dan perhatiannya membuat ku tak mau jauh darinya. Aku merasakan ada ketakutan akan kehilangan perhatiannya dan takut tak bisa lagi menikmati kecantikannya. Kecil-kecil sudah tahu "barang bagus"!
Hal itu mendorongku untuk berlaku nekad maka terjadilah peristiwa "mengenaskan" itu.

Suatu hari, sepulang sekolah, kami menghabiskan gulali di teras rumah sambil bercanda. Masih mengenakan seragam sekolah kami bercerita kegiatan masing-masing hari itu. Aku lebih banyak menyimak ceritanya sambil memandang bibirnya mengoceh.

Gulali habis, tante Ninin bergerak bangkit dari duduknya. Aku segera meraih pergelangan tangannya, "tante cantik ya, aku suka tante!" kataku pelan sambil tersenyum. Entah setan mana yg merasuki anak kelas 6 SD berbicara seperti itu.

"Ih, apaan sih kamu Ghea! Gak jelas banget!" sentak Ninin dengan wajah cemberut kesal, "maksudnya apa sih?" lanjutnya.

"Iya, aku suka tante, suka pokoknya!"

"Gak jelas! Udah ah, tante mau ganti baju!" ujar Ninin berusaha melepas pegangan tanganku. Wajahnya kian cemberut, mecucu...

"Emang tante gak mau jadi pacarku?" pintaku tegas.

"Nggak!"

"Kenapa emang?"

"Udah sana, lepas tangan tante!"

"Ogah, jawab dulu kenapa?"

Ninin berpikir sejenak dengan masih memandang kesal padaku.
"Kamu masih kecil, sunat aja belum udah mau pacaran!" terang Ninin gahar, "belajar yg pinter jangan belajar pacaran!" lanjut namun Ninin seraya menyentak lengannya sehingga terlepas dari peganganku.
"Dasar, kecil-kecil mesum! Gak tau diri!" geram Ninin berlalu dari hadapan ku.

Aku terpana, bengong sekejap. Tak tahu mesti berbuat apa. 2-3 menit kemudian aku berlari menuju kamar tidurku dengan menahan tangis. Terngiang semua ucapan Tante Ninin, aku jengkel dan kecewa padanya. Egois ya aku, iyalah kan masih kecil.

Sampai sekarang peristiwa itu tak pernah hilang dari benakku.
Perlahan mataku mulai terpejam, berusaha kutepis bayangan peristiwa mengenaskan itu. Dan tertidur

|•••|•••|

Pov Anindya

Masih tak berubah setiap bertemu selalu saja nampak enggan. Apa mungkin Ghea tak mau bertemu denganku? Satu-satunya alasanku menerima kerjaan dari mamanya karena dia. Kok dia malah selalu enggan tampak kesal jika bertemu denganku.





DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang