Aku terbangun pukul 7.15. Tak kudapati sosok, pacarku, Tante Ninin disisiku. Ia memang terbiasa bangun pagi. Mungkin sudah sejak jam 5.30 wanita cantik itu telah terjaga. Aku masih malas-malasan di kasur. Seperti biasa bila akhir pekan aku selalu mengenyangkan tidur. Aku berusaha untuk tidur kembali, belum tanak rasanya tidur semalam. Kupejamkan mata tapi gagal untuk terlelap. Bayangan "pertempuran" semalam mendera benakku. Kuputuskan untuk terus mengisi peristiwa indah itu dalam hati.
Entah berapa lama kupejamkan mata walau tak tertidur. Sampai kudengar suara pintu kamar terbuka lalu tertutup kembali. Aku masih tetap terpejam, kala ada gerakan seseorang yg duduk di sebelahku.
"Ghea, bangun...udah jam setengah delapan lho! Bangun, sayang..." bisik orang tersebut ditelingaku. Lembut dan manja. Orang itu, ya Tante Ninin.Aku mengerjap pura-pura baru terjaga, "jam berapa, Tan?" tanyaku. Tante Ninin tak menjawab malah mengelus-elus rambut kepalaku. Aku kembali memejamkan mata seakan-akan mau tidur lagi. "Eh, bangun, kok mau tidur lagi...hmmm?" ujarnya pelan. Terasa indah pagi ini, "nih, minum kopi dulu, Ghea...! Biar gak ngantuk!" lanjutnya. Wanita itu menangsurkan secangkir kopi. Aku bangkit duduk, menerimanya. Ia tersenyum manis.
"Makasih, Tan..." ucapku sambil meletakan cangkir kopi diatas nakas.
"Manis gak...?" tanyanya."Manis kok, pas mantap..." balasku.
"Kalo kurang manis, pandangi aku aja pasti manis..." bangganya dengan tersenyum.
"Kopinya manis yg bikin lebih manis..." pujiku.
"Halah, gombal...!" seru Tante Ninin. Ia mendekap tubuhku erat. Tercium aroma wangi tubuhnya yg membuatku semakin lupa diri. Ia mengecup bibirku sesaat, "kamu kok manggilnya masih tante sih? Katanya pacar...hmmm?" tanyanya manja sambil menyenderkan kepalanya ke dada ku.
"Tante kan memang tanteku..." balasku. Menundukkan wajah menatap raut wajah cantiknya nan ayu, "sebelum diresmikan aku masih harus tetap panggil Tante!". terangku.
"Gitu ya...? Yo wes, aku juga membahasakan Tante lagi sampai...." Tante Ninin menggantung kalimat nya. Diam.
Aku penasaran, "sampai apa, Tan...kok gak dilanjutin?" tanyaku. Tante Ninin tersenyum, mencubit pelan dadaku, "sampai kamu resmikan...!" jawabnya malu-malu. Langsung ku kecup keningnya lembut. Kami saling berpandangan, mata bertemu mata. Entah siapa yg memulai, kami sudah terlibat dalam adu bibir. Kami saling berkuluman, berpagutan menuntun hasrat. Lama, sampai terlepas karena kehabisan nafas.
"Sarapan dulu...yuk, Tante masak...nasi goreng....hmmm..!" ujar tante Ninin tersendat karena gangguan pasokan oksigen.
"Males ah...." balasku menggelengkan kepala. Sejak kecil aku memang paling ogah untuk sarapan.
"Ayo dong, Tante suapin ya...makan disini...mau, kan?" bujuk Tante Ninin. Dengan pandangan sayu penuh pinta dan senyum tipis nan menawan. Aku luluh oleh tatapannya. Aku mengangguk pelan, "dikit aja ya Tan...?" pintaku.
"Iya, tunggu sebentar ya, Tante ambil dulu.." sebat lincah Tante Ninin bergerak keluar kamar untuk mengambil sarapan buat ku. Tak sampai lima menit janda cantik tanpa anak itu sudah kembali ke kamarku. Membawa piring berisi nasi goreng dan segelas air putih. "Ghe, makan disini ya..." pinta Tante Ninin. Ia menyuruhku pindah ke sofa panjang tempat dimana aku biasa nonton tv atau main game. Masih di dalam kamarku. Aku pun menuruti permintaan Tante Ninin.
Tanteku yang cantik yg menjadi pacarku ini duduk dipangkuan ku. Menyuapiku dengan telaten. "Uh, bayi tante...pinter makannya...!" pujinya meledekku. Aku cuma meringis tersenyum tipis. Tak terasa nasi goreng telah berpindah ke rongga perutku. Kenyang! Bikin malas bergerak atau berbuat apa. Itu yg buat aku malas jika disuruh sarapan.
"Nambah lagi, Ghe...?" tanyanya meletakan piring kosong di atas meja sofa. Ia yakin aku tidak akan mau.
"Udah, Tan...kenyang banget!" jawabku, meneguk air putih.
"Belum mandi udah sarapan...hehehe...!" ledek Tante Ninin lagi. Ia meletakkan gelas yg masih terisi separuh di atas meja.
"Biarin, ah...tetep ganteng kok!" tangkisku. Tante Ninin mencubit lenganku pelan, "kepedean, dari dulu gak sembuh-sembuh...!" serunya. Ia melingkarkan kedua lengannya di leherku. Aku tersenyum, janda cantik pacarku itu langsung melumat bibirku. Pasti kubalas lumatannya.
Bukan cuma melumat bibir, lidah Tante Ninin mulai bergerak menelusup di rongga mulutku. Mencari "musuhnya". Pertempuran lidah tak bisa dihindari. Lidah-lidah kami saling bergesekan menjilat saling membelit.
Deru nafas terdengar saling memburu saat pertempuran bibir dan lidah kami terhenti. Detak jantung berdegup sedikit kencang. "Nakal!...."dengus Tante Ninin dengan tatapan sayu.
"Tante yg mulai...." bisikku lirih."Bodo...! Kamu yg...nakalll...!" balasnya. Janda cantik itu bergerak. Duduk di pangkuanku mengangkangiku.
"Iyaaa...." desahku pasrah. Ia tersenyum mengecup kening ku lembut. Satu tangannya mengelus-elus rambut belakang kepalaku.
"Ghe, nanti anterin Tante ya...?" pintanya."Kemana...?"
"Beli sepatu kayak kamu...hmm"
"Oke, nanti ya..."
"Iyaaa..." Tante Ninin sudah kembali melumat bibirku. Seperti tiada bosannya ia berlumatan bibir. Mungkin efek lama tidak cipokan...
Aku mengimbangi kerja bibir dan lidah Tante Ninin. Sambil terus berlumatan bibir, satu tangan Tante Ninin bergerak ke arah selangkanganku. Berusaha menurunkan celana basket ku. Wow, ternyata Tante Ninin adalah wanita yg cepat terangsang. Aku mengangkat pantatku untuk memudahkan pacarku itu menurunkan celana yg kukenakan. Kejantananku terlepas dari sarangnya. Berdiri tegak mengacung.
Tante Ninin meraih penis ku digenggamnya lalu dikocok perlahan. Aku jadi sesak nafas didera nikmat. Kulepas lumatan bibirnya. Memberi ruang pada paru-paru ku untuk menarik oksigen....
Tante Ninin tersenyum nakal. Wanita itu menciumi wajahku kemudian turun ke leher. Liar sekali kecupan Tante Ninin. Wanita cantik itu seolah-olah ingin melepaskan semua dendam hasrat dan gairahnya yg terpendam selama ini. Aku jadi blingsatan dikejar nafsu "hewani" ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI SUDUT SENJA
RomanceCerita romansa khas "penghayal" yg berkelana dalam remang akal. Banyak adegan cerita dewasa, lolos sensor. Alur mengalir cepat lambat, plot maju mundur. Kreasi khayalan belaka, bukan yg sebenarnya. Dibawah 20 tahun tolong untuk tidak mengintip cerit...