Chapter 7

753 121 171
                                        

Jeongyeon pov

"Pagi ji..."sapaku saat berjalan melewati ruang tamu dan dapur untuk mengambil sesuatu.

"Ahh selamat pagi...akhirnya kau bangun dan beranjak dari tempat tidurmu itu..."goda jihyo menepuk kursi kosong disebelahnya.

"Sini...duduk bersama ku..."aku menurut dan menjatuhkan diri di sofa tepat disebelah gadis itu.

"Apa kau tidur dengan nyenyak jeong..."jihyo bertanya sambil membolak-balik saluran televisi mencari sesuatu yang menarik untuk ditonton.

Aku menguap dan mengangkat bahuku dengan lemas.

"Ya..."

"Karena ini hari sabtu, apa kau mau jalan-jalan denganku...?" tanya jihyo.

"Memangnya kau mau pergi ke mana?"tanyaku sambil menyesap kopiku.

"Ku pikir aku akan pergi ke gym..."

"Gym? Berolahraga? Uhm tidak terima kasih..."tolakku.

"Wae? Ayo lah jeong, sudah lama kau tidak pergi bersamaku..."jihyo cemberut dan berbalik untuk menghadapku.

"Yah kita hidup bersama selama ini dan ini sudah 1 tahun ji. Aku bahkan selalu bersamamu di apartemen ini...."ucapku tertawa dengan tingkah konyolnya.

"Tapi kita sudah lama tidak nongkrong di luar apartemen...ayo lah jeong, please...."mohonnya dengan wajah memelas.

"Tidak...aku sedang tidak mood untuk pergi keluar hari ini..." ucapku sambil menyesap kopi ku lagi.

"Ayolah, jeong....ini adalah hari yang indah. Ayo kita keluar dan bersenang-senang..." dia menarik-narik lengan ku seperti anak kecil sambil memasang wajah memelasnya

Setelah melalui banyak bujukan, aku pun mulai menyerah dan memilih untuk mengikuti keinginan sahabat ku itu.

Kami berdua akhirnya pergi ke gym sebentar sebelum pergi makan siang di sebuah cafe. Semuanya berjalan baik-baik saja sampai aku melihat tiga orang masuk ke cafe tempat dimana aku makan siang dengan jihyo.

Dan hari yang menyenangkan pun akhirnya di gantikan dengan peristiwa yang tidak pernah ku harapkan sama sekali.

"Jihyo...?"jihyo dan aku serentak menoleh ke arah suara itu.

Aku benar-benar terkejut sampai tidak bisa mengalihkan pandanganku dari ke tiga orang itu.

Ini sudah satu tahun, aku sudah menghindari semua yang berkaitan dengannya seperti orang gila. Aku bahkan juga berhenti bertanya tentang keadaannya pada jihyo dan tzuyu.

Demi orang-orang disekitar ku, aku mengubur diri dengan pekerjaanku. Bahkan aku menolak untuk memikirkan hal lain selain pekerjaan. Aku berpikir jika aku sibuk dengan pekerjaan mungkin aku bisa berhenti memikirkan mina.

Sikap workaholic bahkan sampai menarik perhatian teman-teman ku, terutama jihyo yang menjadi semakin khawatir tentang kesehatan dan kebahagiaan ku.

Tapi aku mengabaikan semua kekhawatirannya itu, karena aku menemukan rasa sakit di hatiku mulai berkurang ketika aku fokus dengan pekerjaan ku.

Tapi anehnya rasa sakit di hatiku mulai digantikan dengan perasaan mati rasa dan sejujurnya aku lebih menyukai perasaan ini dari pada harus merasakan sakit di hatiku.

"Momo? Apa yang kau lakukan di sini...."tanya jihyo dengan wajah bingung bercampur khawatir.

Aku mencoba mengalihkan perhatian ku tapi entah kenapa aku tidak bisa memalingkan wajahku saat ini.

Mataku masih saja fokus pada seorang gadis dan seorang pria dengan tangan saling terjalin yang sedang berdiri di belakang momo.

"Jeongyeon..."momo terdiam saat menyadari kalau aku juga ada di sana.

REGRET (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang