Jeongyeon pov
Aku terbangun di pagi hari dengan mata bengkak karena menangis semalaman. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan pagi sambil menikmati udara pagi ditaman terdekat dari apartemen ku.
Aku duduk di salah satu bangku taman dan memikirkan semua yang terjadi pada hidupku. Hari masih sangat pagi dan karena itu tidak ada banyak orang yang berada di taman saat ini.
Aku sekarang duduk dibangku taman yang bersebrangan dengan pria tua. Dia hanya diam dan menatap kosong ke angkasa sebelum dia mulai berbicara kapada ku.
"Pagi hari adalah waktu terbaik untuk menikmati udara segar..."aku mengalihkan pandanganku pada pria tua itu.
"Bukankah begitu?" dia bertanya padaku.
Aku sudah terlalu lelah untuk peduli tentang apapun lagi. Jadi aku hanya menjawab dengan seadanya saja.
"Ya..." balasku dengan lelah.
"Jadi, kenapa anak muda seperti mu duduk disini pagi-pagi sekali? Kenapa kau terlihat sangat putus asa dan sedih seperti hari ini adalah hari terakhirmu di dunia ini?" dia kembali bertanya padaku.
"Seorang wanita..."jawabku sambil menghela napas berat.
"Ah apa kalian putus?"aku tersenyum pahit saat mendengar hal itu.
"Bisa di bilang seperti itu..." dia menganggukkan kepalanya sebelum kembali bicara padaku.
"Apa itu baru?"
"Sudah lama..." jawabku sambil menggelengkan kepala ku.
"Oh jadi begitu..." pria tua itu kembali menganggukkan kepalanya.
Kurasa emosiku kembali menyerang diriku saat aku merasakan pandanganku mulai kabur lagi.
Karena aku tidak ingin menangis di depan orang asing, aku menggunakan lengan bajuku untuk menyeka mataku sebelum air mata itu menerobos keluar.
Saat aku menyeka air mataku, aku berpura-pura ada sesuatu yang masuk ke dalam mataku. Dan aku langsung mendengar pria itu tertawa saat aku melakukan hal itu.
"Anak muda, apa kau ingin mendengar lelucon?"pria tua itu bertanya setelah aku menurunkan lenganku.
Tanpa menunggu jawaban ku dia mulai menceritakan lelucon nya. Karena aku tidak ingin bersikap kasar, aku lalu pindah duduk di dekatnya dan mendengarkannya dengan tenang. Ketika dia selesai, aku hanya tertawa karena itu aneh dan lucu secara bersamaan.
Semenit kemudian, lelaki tua itu kembali mengulangi lelucon yang sama lagi. Dan kali ini aku hanya tertawa kecil.
Orang tua itu kemudian mengulangi lelucon itu untuk ketiga lainya, lalu keempat, kelima, keenam, ketujuh sampai aku hanya menatapnya dengan tatapan kosong karena bingung dengan apa yang coba dilakukannya saat ini.
Ketika dia tidak mendapatkan reaksi atau tanggapan dariku, dia akhirnya berhenti dan tersenyum padaku.
"Anak muda, apa kau tau apa yang coba aku dapatkan?" tanyanya kepadaku.
Aku menggelengkan kepalaku, tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan.
"Kau tidak bisa menertawakan lelucon yang sama lagi dan lagi..."kata lelaki tua itu.
"Jika kau tidak bisa menertawakan lelucon yang sama lagi dan lagi, kenapa kau terus menangisi hal yang sama berulang-ulang?" aku mencoba membuka mulutku untuk menjawab tapi ternyata aku tidak bisa menemukan jawaban yang tepat.
Dia benar...apa yang dikatakan lelaki tua itu memang benar.
"Nak, aku telah melalui semua rasa sakit dan sakit hati ketika aku masih muda. Aku dapat memberitahu mu untuk tidak sedih lagi...atau lebih tepatnya jangan sedih karena kita semua tahu itu lebih mudah dikatakan dari pada dilakukan. Semua orang terkadang terluka dan menangis, tetapi kau tidak bisa membiarkan kesedihan itu menguasaimu..." aku hanya bisa terdiam saat mendengar semua perkataan pria tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET (Completed)
Fiksi PenggemarJeongyeon membuat kesalahan besar pada hubungannya dengan Mina dan Mina memberinya kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka. Tapi bisakah Jeongyeon memperbaiki hubungannya dengan Mina? Dan seberapa besarkah pengorbanan Jeongyeon untuk me...