Chapter 28

811 106 70
                                        

Jeongyeon pov

Aku menarik napas dalam-dalam dan menelannya dengan gugup.

Ini dia...sekarang atau tidak sama sekali jeongyeon.

Undang saja dia masuk dan katakan yang sebenarnya pada mina.

Namun begitu aku melihat mina duduk di lantai dengan kepala tertunduk memainkan game di ponselnya, kata-kata dan kalimat yang ku hapalkan sepanjang hari ini tiba-tiba menghilang.

Bagaimana jika sharon salah?

Pikiran itu tiba-tiba saja muncul di kepalaku.

Bagaimana jika ini hanya akan memperburuk keadaan?

Bagaimana jika aku lebih menyakitinya?

Tidak...tidak. Ayolah jeongyeon! Fokus! Sekarang bukan waktunya untuk mundur!

Jika kau ingin masalah ini selesai maka kau harus bicara padanya sekarang!

Aku menggelengkan kepalaku sedikit untuk menghilangkan ketidakpastian yang bermain di dalam kepalaku.

"Jeongyeon?"

Kepalaku tersentak ketika mendegar namaku disebut.

"Jeongyeon!" mina dengan cepat bangkit dan membetulkan pakaiannya saat dia yakin kalau yang dia lihat adalah aku.

Karena tidak ada jalan keluar dan pilihan lain, aku dengan ragu-ragu mendekatinya dan menekan password apartemenku.

"H-hei..."

"Hmm..."aku bergumam dengan lembut saat membuka pintu apartemen ku.

Mina berdiri di sampingku terlihat agak kecewa. Kurasa dia mengira aku akan membanting pintu di depan wajahnya lagi seperti yang kulakukan sebelumnya.

"Uhmm..." aku menggaruk bagian belakang leherku dengan gugup menahan pintu agar tetap terbuka.

"A-apa kau ingin...uhm masuk?"mina terlihat terkejut saat aku bertanya padanya.

Beberapa detik dia sempat terdiam sampai dia menyadari kalau semua itu bukan lah mimpi. Wajahnya bahkan terlihat sangat lucu ketika dia linglung begitu.

"A-apa?"mina tergagap, tidak yakin dengan apa yang kukatakan.

"K-kau mengizinkan ku m-masuk ke apartemen mu?" aku mengganggu sebagian jawabannya.

"T-tapi kenapa?"

"Kau tidak mau?" tanyaku lagi.

"Tidak...tentu saja aku mau!"mina tersipu dengan ledakan kecilnya dan berdehem karena malu.

"Maksudku, uhm iya..." dia kemudian ragu-ragu untuk melangkah masuk.

Aku hanya bisa tertawa kecil saat menutup pintu apartemen ku.

Setelah kami berdua melepas sepatu kami, aku memberi isyarat agar gadis itu duduk di ruang tamu, sementara aku ke dapur untuk mengambilkan sesuatu untuk di minum.

"Terima kasih..."mina dengan malu-malu mengambil cangkir teh hangat di tanganku.

Dia kemudian menyesap sedikit sebelum meletakkannya di atas meja.

"Jadi...apa yang membawamu kemari?" tanya ku memulai kecanggungan yang terjadi di antara kami.

"Ya...uhmm i-itu..."mina menatap tangannya dengan ragu.

Aku selalu mengabaikannya beberapa bulan ini sehingga dia mungkin menjadi bingung dengan perubahan sikap ku hari ini.

Beberapa menit keheningan berlalu dan sepertinya mina masih belum sadar dari pikirannya, jadi aku memutuskan untuk memulainya.

REGRET (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang