Chapter 12

641 100 25
                                    

Jeongyeon pov

"Apa yang harus ku lakukan?" tzuyu menghela napas saat dia meletakkan cangkir tehnya di atas meja.

"Apa yang ingin kau lakukan?"tzuyu balik bertanya padaku.

Setelah tzuyu bergegas dengan kecepatan penuh ke apartemenku dengan jarak yang lumayan jauh, aku langsung menceritakan semuanya padanya.

Dari awal mina datang kesini termasuk tentang mina yang mencoba menciumku dan juga semua emosi serta tentang apa yang kurasakan saat itu.

Tzuyu mendengarkan ceritaku dengan tenang tanpa menyela sampai aku selesai.

"Aku tidak tahu makanya aku bertanya padamu..."aku memeluk salah satu bantal sofa dengan erat di tanganku.

"Apa kau masih mencintainya?" tzuyu bertanya padaku.

"Ya, rasa itu masih ada. Aku pada awalnya berpikir kalau aku sudah berhenti mencintainya. Tapi sayang nya....hari ini membuktikan bahwa itu salah. Kenyataan nya sampai sekarang, aku masih sangat mencintainya..." kataku sambil menghela dan mengangguk pelan.

"Kau mencintainya...dan kau malah memberitahu nya kalau kau sedang berkencan dengan seseorang sekarang?" dengan ragu aku mengangguk dan meralat pernyataan tzuyu.

"Bukan berkencan tapi itu hanya dekat. Aku benar-benar tidak bermaksud mengatakan itu...itu...itu tidak sengaja..."

"Tidak sengaja?" tzuyu mengangkat sebelah alisnya saat melihatku.

"Yah, aku tidak tahu...mungkin saja..." ucapku menghindari matanya.

"Di sengaja, maksudmu?" dia kembali menyudutkan ku.

"Ya, tunggu...tidak, tunggu...aku tidak tahu aishhh!!!" kataku sambil mengacak-acak rambutku frustasi.

Semua pertanyaan yang terkumpul di pikiranku membuatku semakin bingung dengan semua ini.

"Aku tidak tahu...aku hanya tidak ingin dia merasa kasihan padaku karena aku belum juga move on darinya. Jika dia tahu kalau aku tidak benar-benar melihat siapa pun selama ini, apa yang akan dia pikirkan? Dia akan merasa bersalah tentang hal itu dan aku tidak menginginkan itu..."jelasku pada tzuyu.

"Bagaimana kau tahu apa dia merasa bersalah atau tidak?"

Aku merasa kepalaku menjadi semakin pusing, aku bergeser untuk berbaring di sofa sambil menatap kosong ke langit apartemen ku.

"Aku tidak tahu. Aku sangat bingung tentang segalanya. Aku bahkan tidak bisa berpikir jernih lagi. Otakku benar-benar kacau. Aku hanya ingin semuanya berhenti, tzuyu..."tzuyu mendengarkan ku dengan tenang.

"Tepat ketika segala sesuatu dalam hidupku akhirnya mulai membaik dan berjalan dengan positif...dia malah kembali muncul di hidupku. Kenapa? Kenapa dia harus muncul? Kenapa dia membuatku merasakan hal-hal yang sudah lama ku kubur dalam diriku? Kenapa dia harus membuatku berpikir bahwa ada bagian dari dirinya yang tidak pernah berhenti merindukan ku? Kenapa dia harus membuatku merasa kalau dia ingin kembali bersamaku? Kenapa? Kenapa?" suaraku semakin frustasi dengan setiap kata yang ku ucapkan.

Tzuyu menghela napas dan beringsut ke arah ku. Dia menepuk pundak ku mencoba memberi ku kekuatan. Aku membiarkan mataku terpejam dan menenangkan pikiran ku.

"Mungkin dia memang melakukan itu..."suara tzuyu menggema pelan di telingaku.

"Melakukan apa?"

"Mungkin dia memang ingin kembali bersama mu..."mau tak mau aku tertawa saat mendengar jawaban tzuyu.

"Itu tidak mungkin, tzuyu. Aku meragukan semua itu..."

"Kenapa?" aku tersenyum karena jawaban untuk pertanyaan tzuyu itu sangat lah sederhana.

REGRET (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang