Malam ini adalah malam minggu. Jika kehidupan Sabrina sebelum bertemu dengan Pramudio hanya menghabiskan malam minggunya dengan merana, menonton film sampai tertidur atau menjadi nyamuk antara Athala dan kekasihnya, maka kini berbeda. Setiap Sabtu malam, jika senggang, Pramudio selalu menyempatkan untuk mengajak Sabrina jalan, atau paling banter di rumah sambil nonton film atau main board game.
Yah, walaupun destinasinya dominan Sabrina yang menentukan. Jangan tanya darimana gadis itu dapat ide, darimana lagi kalau bukan fyp tiktoknya.
Seperti malam ini, Sabrina mengusulkan ide untuk menghabiskan waktu night riding keliling Jakarta mengendarai kendaraan roda dua demi menikmati keindahan lampu kota dan juga gedung-gedung pencakar langitnya.
Sedari pagi, Sabrina hanya sibuk memamerkan agendanya malam ini pada orang rumah. Hal ini pun tak luput dari Isah, asisten rumah tangga keluarga Emran yang telah bekerja sejak Sabrina kelas 6 SD. Wanita yang hampir berkepala enam itu kini tengah sibuk membersihkan sayur di dapur, sedang Sabrina duduk anteng di kursi makan sambil makan nasi goreng kuning buatan Isah.
"Bi, aku mau pacaran dong nanti malem!" pamernya tersenyum malu.
Isah meliriknya disertai senyum lembut, "Sama Mas yang sering kesini ya Adek?" tanya Isah yang seperti sudah menjadi bagian keluarganya sendiri.
Sabrina manggut-manggut dengan wajah sumringah.
"Hidih, pacar-pacar aja. Emangnya udah ditembak?" Athala yang kebetulan baru saja melangkah masuk ke ruang makan nyeletuk. Lelaki berkaus putih gombrong dan celana training biru dongker itu berjalan lurus ke arah kulkas.
Sabrina mendelik, "Sirik aja netizen!"
Athala tertawa meledek seraya menuangkan susu cokelat kedalam gelas kaca bening lalu menarik kursi tepat di depan Sabrina, "Abang kan nanya. Kok malah dibilang sirik sih? Lagian ngaku-ngaku aja, emang diakuin balik?" ujar lelaki itu menyomot sepotong roti beroleskan selai keju dibalik tudung saji.
Sabrina melotot, ish kalau bukan abang sendiri udah gue lempar sendok juga deh
"Bi, Abang Aca rese!" adu Sabrina memasang wajah sewot.
"Abang nggak boleh begitu sama Adek. Pokoknya Bibi doain yang baik-baik buat Adek, supaya dapet jodoh yang baik agamanya, baik sifatnya, baik segala-galanya." Wanita yang rambutnya mulai dipenuhi uban itu berucap tulus.
Sabrina tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit, "AMIN! Sama sekalian yang ganteng mirip Sungjin Day6 ya Bi!"
Isah mengangguk, "Iya, Adek. Yang ganteng mirip Sarjin juga,"
Tawa Athala pecah tatkala Isah salah mengucapkan nama gitaris band rock asal Korea Selatan kesukaan adiknya itu. Athala tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya, "Bi, Sarjin mah itu tukang potong rumput komplek kita!" sahutnya.
Kesal, Sabrina pun melempar tissue bekasnya membersihkan sudut-sudut bibirnya tadi ke arah Athala.
"Nih sarapan pake tissue!" ucapnya saat satu kepalan tissue bekas itu mendarat tepat di dalam gelas susu Athala.
"ADEK!!!"
**
"Loh? Adek janjian yaa?"
Sabrina baru saja turun dari kamarnya dan berpapasan dengan Athala di persimpangan menuju ruang tamu rumah mereka.
Sabrina menautkan kedua alisnya tak paham, "Janjian? Apaan?"
Athala tersenyum menggoda, "Heleh pake sok nggak paham. Kamu janjian kan sama Pramudio?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna | Park Sungjin AU
FanfictionSabrina takut jatuh cinta. Sabrina takut mengulang kisah lama. Gadis itu akrab dengan luka, berteman dengan sunyi. Rasanya seribu tahun pun tak cukup baginya untuk sembuh, hingga skenario Tuhan mempertemukannya dengan Pramudio. Hanya satu persoalann...