Rania menepuk pundak Sabrina yang tengah terduduk dengan pundak yang turun seraya menatap kosong ke arah kakinya yang sudah berganti sandal, lantaran acara resmi telah berakhir sekitar dua puluh menit yang lalu.
Sabrina mendongak, menghapus jejak-jejak air matanya segera, "Eh, elu nyet," sapanya mengulas senyum kecil.
Rania menarik kursi tepat di depan Sabrina, "Lo nggakpapa? Mau pulang aja?" tanyanya dengan raut wajah khawatir yang begitu ketara.
Sabrina menggeleng, "Nggakpapa. Gue belum bantu beres-beres, nggak enak."
Rania menarik nafas dalam lalu diembuskannya perlahan-lahan. Jujur ia merasa tidak enak dengan Sabrina sekarang. Akibat emosinya yang meluap-luap tadi, Sabrina yang mesti menanggung akibatnya. Yah, meskipun memang tak sepenuhnya hal itu dapat dikatakan salah.
Bagaimanapun, cerita tadi lambat laun akan diketahuinya. Cerita itu, bagian dari kisah hidup Pramudio. Cerita itu, akan selalu melekat dengannya sampai akhir nanti.
"Sori ya, Sab. Gara-gara gue, hubungan lo jadi kacau begini." Tutur Rania menepuk paha Sabrina, menyalurkan kekuatan bagi sahabatnya yang masih terguncang itu.
Sabrina terkekeh, "Justru gue harusnya berterimakasih sama lo, karena udah bongkar semua ini. Coba kalau nggak? Mau sampe kapan dia umpetin kelakuan brengseknya itu?"
Rania tertawa seraya mengangguk, "Iya deh. Lagian lo sih, udah gue suruh tunjukkin mukanya mana, nggak ditunjuk-tunjukin juga! Kan kalau udah terlanjur begini jadi susah,"
"Yeee! Lo aja yang sok-sokan gak mau buka sosmed. Gue pajang tuh muka dia di semua sosmed gue." Bela Sabrina yang merasa ia telah memberi akses penuh bagi seluruh followersnya di sosial media untuk mengetahui siapa itu Pramudio melalui unggahan-unggahannya selama ini.
"Gue lagi detoks racun dari sosmed." Ungkap Rania memamerkan senyum bangga. Memang sudah kurang lebih enam bulan ke belakang, Rania mulai mengurangi bahkan menyetop total aktivitasnya di sosial media. Terlebih lagi instagram. Menurutnya, rasa kepercayaan dirinya akan terjun bebas tatkala melihat unggahan teman-temannya. Melihat mereka yang nampak luar biasa, membuatnya rendah diri.
Untuk itu, ia memilih melipir dan menikmati waktu untuk mencintai diri. Sampai tiba ia dapat menerima semua yang ada pada dirinya, Rania akan kembali.
drrt
drrt
drrt
Serentetan notifikasi dari aplikasi Whats App kontan membuat fokus Sabrina terbagi.
Melihat ponsel Sabrina yang berada di genggaman menyala, Rania tak dapat menahan rasa penasarannya. Terlebih saat melihat adanya perubahan di wajah Sabrina.
"Siapa?" tanya Rania.
"Mas Dio." Jawabnya yang langsung menaruh ponselnya ke dalam tas tanpa repot-repot membacanya.
Rania geleng-geleng kepala, "Baca dulu, siapa tau penting."
"Nggak penting pasti."
"Gitu-gitu masih cowok lo. Buka dulu, siapa tau penting,"
Sabrina memutar bola matanya malas, "Kalau sampe nggak penting, gue jodohin ya lo sama dia."
"Cuih, kayak rela aja." Cibir Rania melempar ekspresi meledek.
Sabrina tak menjawab lagi. Gadis itu kini beralih membuka ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan Pramudio lewat notification bar.
Mas Dio
Aku minta maaf
Aku nggak akan ngelakuin pembelaan, karena emang itu yang terjadi
Aku akan ngasih kamu waktu, as much as u need. Take your time, Sabiw
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna | Park Sungjin AU
FanfictionSabrina takut jatuh cinta. Sabrina takut mengulang kisah lama. Gadis itu akrab dengan luka, berteman dengan sunyi. Rasanya seribu tahun pun tak cukup baginya untuk sembuh, hingga skenario Tuhan mempertemukannya dengan Pramudio. Hanya satu persoalann...