Pramudio tersenyum geli tatkala menolehkan kepala dan menemukan si gadis sok pemberani tengah menutup kedua matanya dengan telapak tangan sehingga hanya menonton lewat celah kecil di antara jari-jemarinya yang dibiarkan sedikit terbuka. Tangan sebelah kirinya bergerak mengelus pucuk kepala Sabrina ringan, hal yang tak akan disangkanya membuat si pemilik kepala menjerit, terkejut setengah mati.
Pramudio memutar tubuhnya, menepuk-nepuk pundak Sabrina menenangkan, "Kamu nggakpapa? Maaf, maaf buat kaget," katanya merasa tak enak hati.
Sabrina nampak mengatur nafasnya, gadis itu secara teratur melakukan aktivitas tarik-buang nafas. Dadanya diusap-usap, mulutnya komat-kamit.
Setelah berhasil mengendalikan diri, Sabrina lantas menatap Pramudio lurus tepat di manik mata yang seindah kilau bintang, "Nggakpapa. Mas Dio nih ngagetin aja! Jantung aku daritadi udah dag dig dug banget sih sebenernya," aku Sabrina mencoba meredakan rasa khawatir yang tercetak di wajah Pramudio.
Refleks lelaki itu merengkuh Sabrina, "Kalau mau pergi yaudah yuk, kasian kamu jadi was-was begitu." Ucap Pramudio lantas mengurai pelukannya.
Sabrina menggeleng kuat, "Nggak! Aku ini pemberani! Cuma tadi agak syok sedikit aja." Gadis itu nyengir.
"Yaudah, kalau kamu udah nggak—"
"MAS DIO ITU ADA APA DI JENDELA YA TUHAN, MAS DIO TUTUPIN AKU!!!" lagi Sabrina menjerit ketakutan seraya bersembunyi lewat lebarnya bahu Pramudio.
Dengan cepat lelaki itu menoleh, mendapati dua orang crew dari drive in cinema berdandan ala karakter film horror seperti Valak di film The Nun dan karakter hantu dari film The Ring. Keduanya menempelkan wajahnya tepat di kaca, sehingga Sabrina yang masih terguncang dibuat tambah deg-degan.
Sabrina menenggelamkan kepalanya di dada Pramudio, tangannya dililitkan pada pinggang Dio erat-erat tak ingin lepas.
Pramudio kembali menoleh seraya tersenyum sebagai isyarat ucapan terima kasih dan mengacungkan jempol tinggi-tinggi.
"Cup cup cup, udah pergi mereka."
Namun Sabrina tak bergerak dari posisinya, "BOHONG!!!"
Pramudio terkekeh, "Iya, belum deng ternyata. Udah disini aja, nanti aku usir," katanya mesem-mesem sendiri.
Netra Dio mengarah ke jendela di sisi Sabrina. Seorang crew dengan karakter hantu khas Indonesia, Mbak K, yang muncul di sana. Mulutnya hampir mengumpat, ikut terkejut dengan kehadiran tanpa prediksi itu.
"Aku nggak takut, nggak takut," Sabrina merapalkan mantra di sana.
Lalu dengan segenap kekuatan yang telah dikumpulkannya, gadis itu perlahan mengurai tautannya dengan Pramudio.
Meledek, Sabrina menjulurkan lidahnya ke arah kedua crew yang mati-matian menahan tawanya lantaran si cemen itu sekarang mulai menampakkan wajahnya.
"Loh? Kok dilepas? Jangan!" cegah Pramudio sembari menahan tubuh gadisnya itu. Namun Sabrina menolak, ia lebih memilih melepaskan peluknya.
Pramudio ketar-ketir sendiri mengamati gerak-gerik Sabrina yang kemungkinan akan semakin histeris karena Mbak K itu perlahan mendekatkan wajahnya ke jendela.
"AAAAAAAAAAA!!!!"
Tuh kan....
"Kan... aku bilang jangan dilepas, cakepan juga ngeliat muka aku." Celetuk Pramudio menyayangkan tindakan yang Sabrina lakukan.
"MAS DIO KENAPA NGGAK BILANG KALAU ADA MBAK K YANG NUNGGU!!!"
"Aku udah bilang tadi, jangan dilepas." Sangkal Pramudio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna | Park Sungjin AU
FanfictionSabrina takut jatuh cinta. Sabrina takut mengulang kisah lama. Gadis itu akrab dengan luka, berteman dengan sunyi. Rasanya seribu tahun pun tak cukup baginya untuk sembuh, hingga skenario Tuhan mempertemukannya dengan Pramudio. Hanya satu persoalann...