"kita semua kehilangan."
•
jungkook menatap kedua sosok ayah dan anak didepannya dari balik kaca pembatas dengan senyuman ramah.
"repot-repot sekali kalian menjenguk saya. hyuno, bagaimana kabar kamu? diam-diam masih memakan junkfood?"
hyuno tersenyum simpul, "ngga kok om, mommy udah kayak cenayang. selalu tau kalo saya abis makan junkfood,"
jungkook tergelak pelan, "makanya kamu nurut sama mama kamu,"
sedangkan hyunjin masih duduk diam membiarkan keduanya bicara. semua kalimat yang ingin ia sampaikan pada jungkook sebelumnya sudah terpatri diotaknya, kini hilang tiada sisa.
jungkook melirik pada hyunjin yang melamun, "kenapa? kamu masih tidak bisa menerima bahwa saya yang sudah membunuh ryujin?"
dengan gerakan lambat, hyunjin mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk dalam hanya untuk menatap hampa kakak dari mantan kekasihnya itu.
"bahkan hukuman mati pun ngga cukup buat abang. tapi abang malah cuma dapet hukuman penjara seumur hidup," jawab hyunjin tertawa getir.
namun, jungkook justru tergelak mendengar jawaban hyunjin. ia merasa geli, "hyunjin, sekalipun saya harus mati, saya sama sekali tak merasa menyesal. apa menurutmu saya yang sudah kehilangan semuanya ini masih ingin hidup?"
"kalo tahu gimana sakitnya kehilangan, kenapa abang bikin saya juga harus ngerasain sakitnya?"
"hyunjin kamu ini lawak sekali," tawa jungkook, "saya gak mau sakit sendirian. saya mau kamu juga merasakan bagaimana hebatnya rasa sakit itu membunuhmu setiap detik. dulu kamu bilang, saya sudah kamu anggap seperti abangmu sendiri. maka, bukankah itu gunanya saudara? saling berbagi rasa sakit."
"bukan dengan cara membunuh seseorang yang dekat dengan saya bang... " lirih hyunjin.
"tapi itu yang kamu lakukan pada saya."
"SAYA NGGA PERNAH BUNUH HEEJIN!"
nada tinggi yang keluar dari mulut hyunjin memnuat seluruh atensi tertuju padanya. beberapa petugas yang berjaga meminta hyunjin untuk tetap tenang dan tak membuat keributan atau mereka akan kembali membawa jungkook kembali ke dalam sel tahanan.
hyunjin meremat dadanya yang terasa sesak, "harus berapa kali saya bilang? bagaimana bisa saya yang bahkan hidup diantara ambang kematian membunuh seseorang? apalagi orang itu heejin."
"kamu mungkin ngga membunuhnya secara langsung. but your words did," ucap jungkook, bertopang dagu. ia terlihat sangat tenang, berbanding terbalik dengan hyunjin yang bahkan terus meremat dan memukul pelan dadanya.
"dad, udah ayo kita keluar. jangan dipaksain," ujar hyuno khawatir. namun dibalas isyarat tangan yang menyuruh hyuno untuk diam.
"bang, sadar. heejin meninggal itu karna penyakitnya. sampai kapan abang mau nyalahin saya atas kematian heejin?"
"sampai kamu sadar apa kesalahan mu, hyunjin." balas jungkook tegas.
hyunjin menghela nafas panjang, "saya ngga nyangka abang se-egois ini. bukan hanya saya, tapi masih banyak orang yang merasakan kehilangan atas ryujin. apa abang ngga mikirin dampaknya bukan cuma ke saya? bukan hanya satu. kenapa abang ngga mikir senggaknya akan hal itu? perasaan orang-orang terdekat ryujin. abang membunuh ryujin seolah ryujin bukanlah apa-apa di dunia ini, ti—"
"lalu, bagaimana dengan saya?" potong jungkook cepat. "kenapa saya harus mempedulikan perasaan orang-orang, ketika tidak ada yang peduli dengan perasaan saya termasuk kamu,"
"bagaimana dengan saya, hyunjin? saya kehilangan alasan saya hidup di dunia ini. jika, kehilangan ryujin— orang asing yang tak sengaja hadir bisa membuat hidupmu berantakan. bagaimana dengan heejin adik kandung saya sendiri? darah yang mengalir ditubuhnya, mengalir juga ditubuh saya. saya yang merawat-nya dari kecil, saya banting tulang membiayai pengobatan heejin hanya agar heejin bisa sembuh dan menjalani hidup-nya dengan normal. apa menurutmu rasa sakit yang kamu rasakan saat ini bisa kamu bandingkan dengan yang saya rasakan?" tak seperti sebelumnya, jungkook membiarkan emosi keluar dari dirinya. matanya memerah menahan kesedihan yang selama ini ia bendung. bahkan, beberapa sudah berhasil lolos jatuh mengalir membasahi pipinya.
"SAYA. KEHILANGAN. DUNIA. SAYA." ujar jungkook penuh penekanan, "saya kehilangan seorang adik yang susah payah saya jaga sejak kecil. fakta bahwa kanker dapat merenggut nyawa heejin kapan saja membuat saya hidup dalam ketakutan setiap harinya. mati-matian saya mengusahakan banyak cara untuk mencegah semua itu terjadi, tapi apa yang saya dapat?"
jungkook tertawa getir, "adik saya yang mati hanya karna seseorang menyuruhnya."
"—nah hyunjin, apa sekarang kamu sudah ingat? ah, atau masih hilang ingatan?"
hening menyelimuti mereka cukup lama. hingga suara derit kursi yang digeser dan langkah kaki menjadi satu-satunya bunyi. tanpa mengatakan sepatah kata apapun, hyunjin berjalan pergi meinggalkam hyuno yang termenung disana.
hyuno melirik pada jungkook yang terlihat mengusap kasar air matanya. hyuno sadar betul untuk tidak terlalu ikut campur dalam masalah yang bahkan ia sendiri tak tahu.
"om, saya mungkin gak tahu permasalahan apa yang om dan ayah saya punya. saya juga gak mau ikut campur, karna bagaimanapun permasalahan itu hanya om dan ayah saya yang tahu bagaimana penyelesaiannya. saya memang ngga tahu sakitnya kehilangan seorang adik itu bagaimana. tapi kalo boleh saya bicara, sebagaimana tante heejin yang merupakan adik om. tante ryujin juga adik dari seorang kakak. dan beliau juga harus kehilangan adiknya karna dendam seseorang. om dendam itu ke ayah saya, tapi yang harus kehilangan nyawa tante ryujin. yang harus menanggung semua rasa sakit justru bukan ayah saya, melainkan kakak dari tante ryujin. beliau harus merasakan apa yang om rasakan, sekalipun beliau tak pernah melakukan kesalahan pada om."
hyuno menatap sendu sosok didepannya, "kita semua kehilangan. semua orang pernah merasakan kehilangan. lalu, hanya bagaimana cara kita menghadapi kehilangan itu. tapi om memilih untuk balas dendam."
"—mungkin ini terdengar naif, tapi saya harap om menjalani kehidupan yang lebih baik setelah ini dan belajar untuk mengikhlaskan."
selepas kepergian hyuno, tak lama ada seseorang yang duduk menggantikan tempat pemuda itu. jungkook mendongak guna menatap siapa sosok tersebut, lantas tersenyum sumringah.
"wah, sepertinya banyak orang yang mengantri untuk dapat berbicara dengan saya. kali ini anda siapa-nya korban?"
yuta, pria itu hanya tersenyum teduh menyahuti kalimat dari sosok yang telah melenyapkan nyawa adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Enemy To Family ✓
Fiksi Penggemarsequel enemy. ketika takdir mempermainkan mereka- menghadirkan kembali sosok yang telah lama dirindu. menyisakan rasa sesak didada, mengingatkan kembali bagaimana pahitnya rasa kehilangan. lalu apa rencana tuhan kali ini? - - #1 nagyung - #2 dino...