surat untuk sosro

460 100 7
                                    

"surat?"

dengan ragu, soobin menerima sepucuk surat yang disodorkan oleh ryujin. gadis itu tiba-tiba memintanya untuk bertemu. awalnya, soobin mengusulkan untuk bertemu di cafe milik jina dan jinu— tapi ditolak mentah-mentah oleh ryujin. katanya, ia tidak ingin anak sepai mengetahuinya. akhirnya keduanya memutuskan untuk bertemu disalah satu restoran cepat saji.

"dari... kamu?" skeptis soobin setelah membolak balik surat tersebut dan mendapatkan namanya pun nama sang penulis tertulis disana.

"ini bukan surat pernyataan cinta kan?"

ryujin menatap sebal soobin, "ya bukan lah! kamu tuh gak usah ngaco deh,"

"ya abisnya tiba-tiba ngasih surat,"

"surat itu bukan dari aku. itu punyanya tante ryujin,"

jawaban ryujin membuat soobin mengernyit bingung, "darimana kamu dapetin ini?"

"dikamarnya. waktu aku koma, aku dapet mimpi soal surat itu terus kemarin aku ke rumahnya buat nyari suratnya."

"kalo gitu ini seharusnya ya kamu kasih ke paman soobin kan? bukan ke saya,"

lagi-lagi ryujin menatap soobin sebal dengan sebuah dengusan, "om soobin itu udah meninggal. terus gimana aku ngasihnya? dateng ke kuburannya gitu? suruh mendiang baca sendiri?"

"kamu kan juga soobin. jadi menurutku kamu juga berhak buat ngebacanya, anggep aja ngewakilin." lanjutnya.

soobin hanya menghela nafas pelan melihat surat yang sudah nampak usang dan kumal. warna kertas yang semulanya putih kini berubah menjadi sedikit coklat kekuningan.

"eh, by the way ayunda sama kak wonjun itu ternyata udah putus loh. kamu tahu gak kenapa mereka putus?" tanya ryujin tiba-tiba membuat soobin kembali menghela nafasnya.

"ryujin, ghibah itu ngga baik."

"aku ngga ghibah, aku tuh nanya."

"emang muka saya keliatan kayak muka sanha yang tau gosip terkini?" balas soobin sudah kepalang kesal.

ryujin mengangguk mantap, "iya, kan muka kalian mirip."

satu helaan nafas terdengar lagi, soobin memijit pelipisnya— pusing dengan kelakuan ryujin.

"terserah kamu saja lah,"

ryujin terkikik lantas berdiri, "ya udah, aku duluan ya. aku mau ada acara sama kak mingyu,"

"udah? kamu cuma mau ngasih ini doang ke saya?" tanya soobin mendongak menatap ryujin yang sudah menyampirkan tas dibahunya.

yang ditatap justru kebingungan, "yaaa iyaa? memangnya mau ngasih apa lagi? warisan?"

"ngga, ya udah sana." jawab soobin singkat.

dapat soobin dengar sesaat tawa ryujin sebelum gadis itu benar-benar menghilang dari pandangannya. diam-diam soobin keheranan dengan sifat ryujin yang semakin hari mirip seperti ayunda. cerewet, menyebalkan, penuh ekspresi, dan sangat aktif. tapi, dalam lubuknya soobin juga bersyukur dengan perubahan sifat ryujin. gadis itu terlihat lebih ceria dari sebelumnya, terlebih lagi setelah ia berbaikan dengan sang kakak.

ditatapnya surat yang masih setia ia pegang. sedikit bimbang haruskah soobin membuka dan membacanya? ia jadi merasa lancang. tapi apa boleh buat, ryujin sendiri yang berkata jika ia boleh membacanya. pun, soobin sebenernya kepalang penasaran dengan isinya. jemarinya mulai membuka kepala amplop dan menarik satu lipatan kertas didalamnya.

satu tarikan nafas soobin ambil seiringan dengan kertas yang ia buka. jantungnya berdegup tak karuan seolah tengah membaca nomor undian lontre. arah pandang matanya pun akhirnya tertuju pada si surat— bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri membaca penggalan-penggalan kata yang tertulis rapih disana.





From Enemy To Family  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang