hening menyelimuti yuta dan jungkook bahkan setelah 15 menit lamanya. jungkook tau diri untuk tidak berbicara dihadapan kakak dari seorang adik yang telah ia renggut kehidupannya. pernyataan hyuno beberapa menit lalu masih memenuhi pikirannya, dan kini ia dihadapi yuta yang hanya diam dan bahkan sempat tersenyum menyapanya."anda terlihat lelah," ujar yuta mengawali perbincangan mereka.
jungkook menyunggingkan senyuman kecil, "kita berdua tepatnya." yang dibalas kekehan kecil. dua pria yang sama-sama menyadari bahwa mereka sudah mulai termakan usia, sudah waktunya untuk istirahat. namun, masih menanggung beban yang seharusnya sudah lagi tidak mereka emban.
"saya bisa mengerti penderitaan anda. saya paham betul kesedihan yang terus meluap dalam diri anda." yuta tersenyum tipis, "sekalipun jika saya belum kehilangan adik saya, saya tetap mengerti bagaimana rasanya."
"kalo saya masih muda, saya bertemu anda saat saya masih berumur 20-an sepertinya saya akan menghajar anda habis-habisan." gelak yuta, teringat akan sikapnya dimasa muda yang begitu naif dan sulit mengontrol emosi.
"ikhlas sangat sulit 'kan?" yuta tersenyum seolah paham betul apa yang jungkook rasakan. tidak ada amarah atau dendam dalam matanya, yuta kali ini hanya ingin jungkook tau bahwa yuta mengerti. dia sangat mengerti.
"saya tahu ada alasan dibalik anda melakukan hal ini. meskipun saya bertanya-tanya kenapa harus adik saya, yang bahkan tidak mengenal anda— tapi pasti ada alasannya kan? saya ngga tahu apa masalah anda dengan hyunjin, pun saya ngga mau tahu. fakta bahwa ryujin tidak bersalah disini sudah lebih dari cukup untuk saya. setiap harinya, saya menyalahkan diri sendiri. saya gagal. saya gagal menjaga adik saya, saya gagal menjadi seorang kakak, saya gagal menjadi orang tua, saya gagal memberikan ryujin hal yang anak lain bisa mendapatkannya dengan mudah."
yuta tersenyum kecut mengingat kejadian dimasa lampau yang selalu berhasil merobek-robek hatinya. yuta merasa ia mengambil andil dalam kecelakaan ryujin. "saya ngga tahu ryujin ikut balapan liar untuk membantu usaha bengkel saya yang hampir bangkrut saat itu. saya benar-benar merasa gagal. kalo ryujin ngga tahu saya kesulitan uang, kalo saja saya lebih bekerja keras dan menghasilkan uang banyak... ryujin ngga perlu mengikuti balapan liar itu."
"kalopun ryujin ngga ikut balapan liar, ngga menjamin saya ngga akan menghilangkan nyawa ryujin." jawab jungkook membuat yuta terdiam sesaat.
"ah, benar." yuta memajukan wajahnya lebih dekat guna menatap lawan bicaranya. "anda pasti akan tetap mencoba melakukannya dengan cara apa saja. seperti yang anda lakukan kemarin pada ryujin yang lain,"
jungkook hanya diam.
"jadi, kenapa pak? tolong katakan pada saya, apa kematian adik saya masih kurang untuk anda?" suara yuta memelan, pria keturunan jepang itu sudah tak lagi bisa menahan kesedihannya.
"anda bilang anda mengerti apa yang rasakan. maka anda seharusnya juga tahu kenapa saya nekat melakukan hal itu kembali."
yuta mengusap wajahnya kasar, diam diam menghapus air mata yang tanpa aba jatuh begitu saja. "karna saya tahu benar bagaimana rasanya... saya jadi ngga mengerti kenapa anda bisa tega melakukannya," lirih yuta. "karna saya paham bagaimana luka ini setiap harinya membunuh saya, membuat saya hilang arah, mampu membuat dunia seseorang menjadi hancur dalam sekejap— saya jadi terus mempertanyakan anda, kenapa anda ingin orang lain merasakan luka ini juga? kenapa anda ingin dunia seseorang hancur? kenapa?"
"sampai kapan anda ingin terus seperti ini? anda sudah mencoba menghancurkan dunia seorang kakak untuk kedua kalinya, jeon jungkook. tolong, berhenti. saya mohon... " parau yuta, terdengar putus asa. "cukup berhenti di saya saja. apa anda akan terus mencoba membunuh siapapun yang anda temui hanya karna mereka memiliki nama ryujin? hanya karna wajah mereka adalah wajah yang sangat anda benci? ryujin juga dunia saya, alasan saya harus terus bertahan hidup disini, karna hanya ryujin yang saya miliki. kami tidak punya orang tua, kami hanya bisa saling mengandalkan satu sama lain. lalu, anda meleyapkannnya begitu saja seolah kehadiran dia di dunia ini tidak ada artinya untuk siapapun. lantas, saya harus mengandalkan siapa setelah saya kehilangan adik saya?"
"dan anda... " yuta menjeda ucapannya, mencoba menetralkan suaranya yang mulai bergetar. "anda melakukannya lagi pada mingyu. seorang kakak yang baru menyadari bahwa adik-nya yang saat ini tengah terbaring koma di rumah sakit adalah dunia-nya. jungkook, apa anda tidak bisa melihat ketakutan diraut wajah mingyu sepanjang sidang? melihat dia, saya seperti melihat diri saya di masa lalu. bukankah anda juga begitu?"
"—dunia sudah begitu terlalu kejam, baik kepada saya, anda ataupun mingyu. jadi tolong, biarkan mingyu untuk setidaknya dapat bernafas dengan tenang. saya juga berharap anda memaafkan semua orang yang pernah menyakiti anda. dan yang paling penting, anda harus memaafkan diri anda sendiri. anda sudah terlalu keras terhadap diri sendiri. saya yakin, adik anda di atas sana pasti tidak menginginkan kakak yang sangat ia banggakan terus tenggelam dalam rasa dendam. saya permisi,"
sekalipun langkah kaki yuta tak terdengar lagi, jungkook masih diam mematung. ia melihat dirinya sedang berjalan terseok-seok mencoba menghindar dari kenyataan-kenyataan pahit yang terus mengejarnya, hanya untuk mendapati dirinya berada di ujung jurang. langkah apapun yang akan ia ambil, tetap membawanya pada kematian.
"saya masih belum siap kehilangan heejin..."
"tidak ada manusia yang siap akan kehilangan."
dua orang kakak yang tengah membicarakan sakitnya kehilangan orang terkasih dan bagaimana cara semesta bekerja, meninggalkan luka disetiap insan yang ada.
kalian lupa sama alur fetf?
sama gua juga 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
From Enemy To Family ✓
Fanficsequel enemy. ketika takdir mempermainkan mereka- menghadirkan kembali sosok yang telah lama dirindu. menyisakan rasa sesak didada, mengingatkan kembali bagaimana pahitnya rasa kehilangan. lalu apa rencana tuhan kali ini? - - #1 nagyung - #2 dino...