8

3.5K 554 110
                                        

"Dek, ini alamatnya sesuai aplikasi?"

Nanon yang sudah nyaman melamun menatap riak senja di boncengan motor bebek si tukang ojek on-line jadi sedikit tersentak kaget saat punggung berjaket hijau tersebut menoleh padanya.

"Iya, Bang." Jawab Nanon seadanya.

"Tapi jalan yang biasa lagi ditutup, Dek. Dipake nikahan anak Bupati. Adanya jalan muter tapi agak jauhan, gimana?"

Nanon berdecak. "Ya udah nggak papa deh, Bang." Terlalu lelah berdebat, mengingat ia baru saja selesai latihan menyanyi 20 lagu lebih sambil menahan sakit hati.

Tak berapa lama motor berplat hitam tersebut melaju membelah jalanan sore lewat jalanan tak terlalu besar di sisi kota. Sesekali si Abang yang lewat aplikasi tadi bisa Nanon lihat namanya "Bright Cahyanto" mengajak bicara atau sekedar mencari obrolan. Namun Nanon hanya menjawab "hm" atau "ya" karena fokusnya sedang tak ke sana.

Fokus Nanon seperti tertinggal di beberapa menit lalu, di mana ia terpaksa memesan ojek online karena Chimon yang ia hubungi tak bisa menjemputnya. Lisa belum selesai mandi katanya.

Sedangkan Blue dan Perth tak bisa ia andalkan karena arah rumah mereka yang tak sejalan dengan Nanon. Bagaimanapun Nanon takut merepotkan, apalagi mereka hanya teman baru kenal.

Harusnya mah gue balik sama si tukang gitar, dianter biasa -batin Nanon cemberut

Eh, tapi kan si tukang gitar udah sama ceweknya. Ya kali kita mau cenglu a.k.a bonceng tilu kek cabe-cabean taman lawang????? -membatin lagi merutuki keinginannya yang tak pakai otak

Berusaha masa bodoh, melupakan sejenak lara yang membakar dada, Nanon terhanyut dalam hangat senja. Angin sepoi yang menerbangkan dedaunan kering membuat rasa kantuknya makin dimanjakan. Nanon mulai memejamkan mata, lelah.

Hampir saja si manis mencapai lelap kalau saja ia tak menjatuhkan kepala ke punggung lebar si driver ojek.

Buset, bau gorong-gorong mampet!!!!! -batin Nanon sigap menjauhkan badan dan kembali tegap membonceng di belakang







....








Petang sudah lengkap melingkup ketika Nanon sampai di halaman rumahnya. Membayar dengan uang cash karena lupa top-up saldo, Nanon bahkan merelakan uang seribunya tak perlu dikembalikan si Abang.

"Non, udah pulang?"

Anjing, kaget!!! -entah ini terlonjak untuk berapa kali bagi Nanon hari ini

Kali ini karena sapaan tiba-tiba sang Papa yang ternyata sedang berjongkok memangkas bonsai di pojok teras dengan suasana remang. Keadaan sang Papa yang hanya bercelana pendek dengan kaos oblong rumahan dan rambut acak-acakan hampir disangka gelandangan numpang istirahat oleh yang baru datang.

"Ck. Papa ngagetin aja sih!!! Untung Nanon nggak mati jantungan."

Si Papa berdiri, mendekat dengan langkah santai. "Jantungan mah bikin lagi."

"Jantungnya?"

"Anaknya."

Kampret emang Bapak gue -dibatin doang kok tenang

"Mama mana, Pa? Masak apa hari ini?" Nanon berharap lezat masakan Mamanya bisa menjadi moodbooster bagi harinya yang sedikit berantakan.

"Mama arisan dianter Kakak kamu."

"Yahhh.." pupus sudah harapan Nanon.

"Kita makan apa dong? Makan di luar aja yuk, Pa? Sushi Tei?" Mulai keluar lagi cengiran andalan Nanon.

HASIL KONDANGAN (OHMNANON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang