21

3.2K 498 127
                                        

"Loh, Non.. kok nangis?????"

Panik melanda Ohm mana kala pria manis di hadapannya menunjukkan wajah redup dengan genangan di mata. Tapi berbeda dengan raut wajahnya, selanjutnya Nanon malah berdecak sebal.

"Siapa yang nangis??? Orang gue kelilipan semut." Elaknya.

Pinter amat semutnya, tau aja mana yang manis -pikir Ohm dalam tatap maklum

"Ah, masa sih? Dari tadi nggak ada semut deh kayaknya?" Lanjut Ohm dengan ketidak percayaannya.

Nanon mendengus dengan hidung apel kembang-kempisnya. "Bodo anjer!!! Jadi, kapan?"

Yang ditanya betulan tak paham. "Kapan apanya, Non?"

"Kapan lo tunangan sama Tu? Eh, apa jangan-jangan malah langsung kawin?" Isi otaknya akhirnya disuarakan.

"Nikah Non, bukan kawin." Koreksi Ohm santai.

"HAH?? JADI LO BENERAN MAU NIKAH SAMA TU???"

"NANON JANGAN TERIAK-TERIAK!! MALU SAMA TETANGGA!!!"

"Dih, kaya Mama nggak teriak aja." Lirih Nanon tak mau kena semprot Mamanya.

"Heh, ngetawain apaan lo??" Sebal lagi Nanon ketika tawa lirih Ohm mengisi telinga.

"Eh, enggak kok. Lucu aja muka kamu kalau ngambek gitu."

"Helleh, Mak Bety kali gue lucu. Jadi kapan lo nikahnya sama Tu??" Kembali ke topik 'nyelekit' untuk Nanon.

Ohm menatap dengan berkali kedipan, berpikir sesuatu. "Non, kok kamu bisa mikir gitu?"

"Lahh, kan lo tadi yang bilang punya utang sama Tu???? Pasti yang utang keluarga lo kan ke keluarga Tu?? Tapi keluarga lo nggak bisa bayar utang terus lo mau dijodohin sama Tu biar utang kalian lunas. Iya kan??? Bener gitu kan????"

"Anjir." Sumpah Ohm sudah sekuat tenaga menahan umpatan demi image baik di depan Nanon. Tapi nyatanya pertanyaan sekaligus pernyataan ngawur si pemuda manis memaksanya berucap kasar. "Besok kamu daftar jadi script writernya Indosiar aja deh, Non. Pasti cepet kaya."

"Dih apaan dah? Kok malah ke Indosiar? Soal lo sama Tu gimana??"

Begitu panjang Ohm menghela napas. Memupuk sabar yang hampir tipis digerus kelakuan ajaib Nanon. "Ya emang ada utang, Non. Tapi bukan utang yang kaya kamu bayangin."

Si manis menyipitkan mata, menatap Ohm minta penjelasan lebih. "Jadi maksudnya gimana?? Ah elah yang jelas kek, bangsat!!"

Ohm menyempatkan menghabiskan sisa kopi buatan New yang tinggal seperempat sebelum memulai penjelasannya.

"Uhuk!!!" Sebelum ia terbatuk karena ampas kopi yang mengganggu kerongkongan.

Eh, tunggu. Ternyata bukan ampas kopi. Tersangka utamanya tetaplah Nanon yang malam itu hanya mengenakan celana bokser pendek. Si manis menggaruk pahanya yang gatal karena nyamuk hingga kainnya tersingkap sampai atas. Putih, mulus, bening. Mana bisa Ohm Pawat tak tersedak?

"Pelan-pelan makanya." Sewot Nanon tanpa tahu alasan sebenarnya.

Ohm kemudian berdehem pelan sebelum mulai bicara. "Ok, jadi sampai mana tadi?"

"Sampai rumah gue!! Lama banget anjer ah!! Soal utang lo sama Tu, gimana???"

"Oh iya. Aku utang budi sama Tu, Non. Sejak di semester pertama dia yang selalu bantuin aku ngerjain tugas kuliah."

"Hah?? Jadi?? Utang budi lu tuh, cuma soal ngerjain tugas???"

"Iya. Hehe." Cengiran macam bocah SD disajikan si tampan.

HASIL KONDANGAN (OHMNANON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang