17

3K 490 188
                                    

Senja hampir mencapai batas. Riuh kelakar bocah di lapangan kompleks berangsur sepi seiring panggilan Ibu mereka yang berkoar menyuruh pulang sembari menyingsing lengan.

Tersisa dua entitas pemuda yang masih duduk canggung di kursi bawah pohon mangga. Si badan kekar sibuk mengusap pelipis yang tadi terkena tendangan bola sambil sesekali meringis padahal lukanya tak seberapa. Sedangkan si manis menatap ke depan menyembunyikan gelisah bercampur canggung karena sudah dengan bodohnya membocorkan rahasia diri sendiri.

"Sshh.. kok lama-lama perih ya." Gumam Ohm, coba mencari perhatian.

Bukannya menatap khawatir seperti yang Ohm harapkan, Nanon malah menoleh dengan melempar tatapan mengejek yang jadi andalan. "Salah sendiri pake sok jadi pahlawan."

Memang awalnya arah tendangan bola nyasar itu menyisir tepat ke muka Nanon. Tapi dengan sigapnya Ohm yang menyadari hal itu langsung maju pasang badan melindungi si lelaki pujaan. Alhasil pelipis kirinya-lah yang jadi sasaran.

"Demi kamu, Non. Apa sih yang enggak."

"Hueeekk." Ekspresi sok mual dipertunjukkan. Meski dalam hati si manis sebenarnya sedang deg-degan.

"Sok jijik kamu mah. Aslinya seneng kan?" Goda Ohm memicing mata.

"Dih, kata siapa?"

"Kata yang tadi bilang suka sama aku." Checkmate.

"Eng..gue enggak."

"Yang bilang itu kamu emang siapa?" Makin dipermainkan saja Nanon oleh si tampan.

Ohm tersenyum puas. Raut malu-malu mau dengan rona merah menjalar tapi sok menolak milik Nanon begitu menggemaskan. Membuat ia ingin menggigit pipi sebulat mochi milik yang lebih muda.

Melihat Nanon memalingkan muka malu, Ohm kembali membenarkan letak duduknya. Menatap ke depan dengan punggung santai di senderan kursi belakang.

Napas berat dihela seolah sedang memikul hutang negara. "Aku bahkan suka sama kamu sejak liat kamu nyanyi Mendung Tanpo Udan di nikahan mantan kamu itu."

Sial, pake diingetin soal si Babang. Eh, tapi gue kan udah move on. Jadi nggak masalah kan ya? -batin Nanon entah malah kemana

"Jadi kenapa kita nggak jadian aja?" Lanjut Ohm tanpa rem dibiarkan gas pol saja.

"NGGAK!!!" Tapi Nanon menoleh dengan tolakan keras. Membuat dahi Ohm berkerut banyak tanda heran keterlaluan.

"Loh, kenapa nggak mau? Katanya suka aku?" Pede memang. Tapi kenyataan kan?

Ditanya alasan, Nanon memanyunkan bibir tanda kesal mendalam. "Lo tukang bohong!"

"Hah?"

"Kalau lo suka sama gue beneran, harusnya lo bisa prioritasin gue kan? Kenapa belakangan malah lo keliatan prioritasin tuh cewek?"

"Cewek siapa?"

Dih, belaga bego apa emang bego? -dalam hati Nanon menggerutu

"Itu yang kemaren kita tampil di ultahnya. Siapa namanya? Du? Su? Tau lah gue lupa." Ya buat apa nginget-inget nama saingan?

Kalimat Nanon yang terakhir hanya dilanjutkan dalam hati saja.

Ohm membuka mulut kecil dengan kepala dianggukkan, tanda ia paham. "Oooh, si Tu?"

"Hm." Gumaman Nanon mengiyakan. Ingin terlihat tak peduli.

"Ya dia kan temen aku, Non."

"Tuh kan...... Lo aja belain dia. Suka lo sama dia??"

HASIL KONDANGAN (OHMNANON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang