17

59 7 1
                                    

Srak
Srak
Srak

Suara gesekan membuat Mino membuka matanya, dia menatap Serin yang tertidur disebelahnya, lalu dia pun melepas tangannya yang menjadi bantal tidur Serin.

Mino bangkit perlahan, dia bangun dengan pelan agar Serin tidak terbangun, matanya langsung menajam kala seseorang melewati kamar rawat Mino dengan senjata ditangannya.

"Sial." Umpat Mino yang langsung menatap Serin, dia tidak ingin Serin terluka.

Mino langsung mengambil ponsel agar bisa menghubungi Dean, dia mengunci pintu kamar rawatnya dengan perlahan agar bisa menelfon Dean sebentar.

"Ayolah angkat bodoh." Kesalino yang tidak mendapat respon dari Dean.

"Argh brengsek." Umpatnya lagi kala sambungan telfonnya tidak diangkat.

Mino melihat 2 orang pria bertubuh besar dengan pistol ditangannya mencoba memasuki kamar rawatnya. Mino tidak takut hanya saja kondisi dirinya sedang lemah akibat tembakan waktu itu.

"Siapa yang mengirim mereka kesini, berani sekali." Kesal Mino berbicara sendiri.

"Dimana Kangchul? Kenapa mereka bisa kemari." Ucap Mino berbicara pada dirinya sendiri.

"Eungh." Serin menggeliat membuat Mino langsung menghampirinya dan menutup mulut serin agar tidak berbicara. Serin yang mendapat perlakuan itu seketika melebarkan matanya terkejut.

"Stt diam, di luar ada orang." Ucap Mino berbisik pada serin.

Serin mengangguk perlahan,tapi matanya langsung terkejut kala darah berceceran di lantai, melihat dari mana darah itu datang lalu Serin menatap tangan Mino yang tidak memakai infus. Ya Mino melepas paksa infusannya.

"Kakak." Lirih Serin menatap nanar tangan Mino yang melihat darah mengucur dari tangannya.

"Stt aku tidak apa apa." Ucap Mino mencoba menenangkan lalu knop pintu bergerak membuat Mino menatap tajam pintu itu.

"Hubungi siapapun, dan kau tunggu disini." Ucap Mino sambil menarik tangan Serin dan menyuruh dia agar tunggu diluar balkon kamar rawatnya.

"Tapi kak.." Tangan Serin mencoba menghentikan Mino yang ingin masuk kembali kedalam kamar.

"KUBILANG HUBUNGI SIAPAPUN." Tatapan tajam Mino membuat Serin diam, terlihat mata yang hampir menangis membuat Mino menghela nafasnya.

"Hubungi ayahku, aku akan mengalihkan mereka agar tidak melukaimu hm." Ucap Mino membuat Serin mengangguk paham.

Mino langsung masuk kedalam dan menutup gorden jendela kamar rawatnya agar orang itu tidak melihat Serin disana.

"Berani sekali kalian kemari hm?" Smirk Mino mengembang.

"Tutup mulutmu." Ucap orang itu dan langsung menodongkan pistol tepat di kepala Mino membuat Mino menatapnya tidak suka.

"Ah licik sekali, aku baru saja membaik, tapi kalian menyerangku dengan senjata." Ada sorot mata penuh amarah yang Mino tunjukan pada mereka, membuat mereka saling  menatap satu sama lain.

Di sisi lain Serin langsung menelfon Joongki, tangannya begitu gemetar kala dia memegang ponsel.

"Hallo om." Ucap Serin dan langsung menangis seketika.

"Cepat kemari, Mino om." Ucap Serin dengan tangan gemetar, setelah mendapat jawaban dari Joongki diseberang sana, dirinya langsung menutup sambungan telfonnya lalu mengintip dari balik kaca menatap Mino didalam.

Mino saling pukul dengan 2 orang laki laki bertubuh besar itu, pistol ditangan mereka bahkan sudah terlempar jauh berkat tendangan Mino.

Darah Mino mengucur banyak dilantai membuat Serin khawatir. Mino masih memukuli mereka, tapi mata Serin langsung melotot kala satu laki laki mengambil pistol dilantai dan mengarahkannya pada Mino.

MINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang