PROLOG

1.5K 30 0
                                    

Aku tidak pernah memaksa mu atau kalian untuk mencintai dan peduli terhadapku, aku juga tidak meminta mu untuk membenci ku. Ini bukan kesalahan, tapi ini takdir.  Takdir yang memang sudah di tentukan untuk aku jalani, jadi jangan terus menyalahkan ku atas semua yang terjadi.

Ini perjalanan manusia, bukankah manusia itu berproses. Kamu saat ini orang terdekat dengan ku satu-satunya, tanpa kamu bertanya pun kamu tahu, aku ini seperti apa dan bagaimana.

Suara tangis bayi menusuk gendang telinga Devano, yah, suara bayi itu anak nya. Bayi kecil yang berusia 8 bulan itu terus saja menangis membuat Devano terbangun dari tidurnya, lalu berjalan gontai dengan mata yang masih mengantuk.

"Anak Ayah yang baik, kenapa? Mau susu yah." Ujarnya lalu membawa bayi itu kedalam gendongan nya.

"Dimana Ibu mu? Hem, kenapa meninggalkan kamu sendiri." Ucap nya lagi.

Meta dengan kedua tangan penuh dengan beberapa sayuran itu pun berjalan setengah berlari menuju kamar anak nya, setelah menaruh beberapa kantong plastik di dapur. Belum juga Meta sampai kamar anak nya pemandangan di depan nya membuat Meta berdiri mematung.

Devano dengan telaten nya memberi botol susu pada Putra nya, lalu tersenyum dan beberapa kali mencium pipi gembul Lexi.

"Enak'kan? Susu buatan nya Ayah." Ucap nya.

Devano menoleh pada pintu masuk kamar anak nya, disana sudah ada Meta yang sedang berdiri menatap keduanya.

"Kalau mau pergi, bisa bilang kan!? Apa gunanya punya mulut." Ucap nya dengan nada sedikit tajam.

"Maaf. Tadi aku buru-buru takut ketinggalan Abang sayur." Jawab nya.

Devano berjalan mendekat kearah Meta, "Pentingan Abang sayur!? Daripada anak sendiri!!" Bentak nya.

Meta memejamkan mata nya sebentar lalu berucap lagi, "Maaf."

Devano tidak menanggapi permintaan maaf istrinya, dia keluar dari kamar putra nya dengan Lexi di gendongan.

"Mau di bawa kemana?" Tanya Meta.

"Kamar. Karena Ibu nya gak becus menjaga nya."

Jangan di tanya seberapa sakit luka yang dirasakan Meta, yang jelas pasti sangat lah sakit. Tapi Meta bersyukur biarpun Devano memiliki sikap yang kasar kepadanya, tapi dia sangat menyayangi putra nya.

"Tak apa kalau kamu membenci ku, asal jangan sama anak mu."

                             *****   

Meta duduk menghadap jendela luar dengan Lexi yang sedang menyusu di pangkuan nya, ada rasa sedih namun saat melihat mata putra nya ada rasa bahagia yang menjalar di hati nya.

Ini memang salah nya, andai saja Meta tidak terlalu perduli dengan orang lain, maka ini tidak mungkin akan terjadi pada nya.

"Lexi, anak Ibu yang baik. Bagaimana hari mu?" Tanya Meta mencoba mengajak Putra nya berbicara.

"Iya, Ibu tahu, kalau kamu sangat sayang pada Ibu dan Ayah kan?"

Malam sudah semakin larut, tapi belum ada tanda-tanda Devano akan pulang, mau sampai kapan, hubungan nya bersama Devano akan berjalan seperti ini. Meta selalu mencoba sabar dan ikhlas agar bisa terus bertahan di samping Devano meskipun perlakuan lelaki itu sangat lah jauh dari kata baik.

Brak!!

Meta beranjak dari duduk nya lalu menidurkan Lexi di kasur nya, Meta berjalan cepat menuju ruang tamu, dan benar saja Devano pulang dengan kondisi mabuk, tapi kali ini ada yang beda, dia pulang tidak sendiri melainkan bersama wanita yang merangkul nya.

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang