PART 13

347 12 0
                                    

Yah. Tepat hari ini, di hari pernikahan nya sebuah kejutan pun mampu membuat mental Meta goyah. Di usia nya yang masih 19 tahun harus menjadi ibu dan istri sekaligus.

"Saya terima nikah dan kawin nya, Meta Binti Raisman dengan Mas kawin 60 gram dan uang tunai 50 juta di bayar tunai." Ucap Devano dengan lantang.

"Bagaimana saksi?"

"Sah!!"

Setitik air mata membasahi pipi Meta, mulai hari ini hidup nya sudah tidak lagi tentang dirinya sudah ada Suami dan anak yang berada dalam kandungan nya.

Meta mencium punggung tangan Devano yang sudah resmi menjadi suami nya Devano pun dengan rasa canggung mencium kening Meta.

"Si brandal pura-pura canggung, padahal gue tahu banget pasti pas malam itu lebih dari cium kening." Oceh Bima.

"Mulut nya Bim!" Tegur Alex.

"Halah. Bener kan!?"

"Kok, lo ngegas. Cemburu yah?" Tanya Vanes.

"Gak, ngapain gue cemburu. Gue terharu aja, ternyata si Devano udah bukan bujangan lagi." Ujar nya lebay.

"Lebay lo."

Setelah acara selesai, Meta masuk kedalam kamar yang di ketahui itu kamar mikik Devano. Kamar yang bernuansa warna hitam dan jangan lupa juga aroma maskulin yang menyeruak di indra penciuman Meta membuat nya merasakan mual yang tak tertahan, padahal jika Meta tidak sedang hamil pasti perempuan itu akan merasa candu bau maskulin tubuh Devano.

Meta keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terbalut pakaian piyama tidur, Devano yang baru saja masuk kedalam pun acuh seolah tak melihat ada Meta di ambang pintu kamar mandi.

Devano merebahkan tubuh nya yang lelah di atas kasur matanya terpejam kening nya mengerut sangat kentara kalau ada banyak beban yang dia tanggung.

"Mau sampai kapan lo berdiri di situ." Ucap nya tanpa merubah posisi nya yang semula.

Meta berjalan lalu duduk di salah satu sofa yang berada di kamar tersebut, mata nya berlarian menelisik kamar suaminya.

"Ini rumah peninggalan Kakek-Nenek gue, dulu gue tinggal disini sama mereka. Tapi sejak beliau meninggal gue jadi ikut Mamah-Papah." Jelas Devano, yang saat ini sudah duduk menyandar kan tubuh nya di sisi ranjang.

Meta mengangguk ada banyak hal yang ingin Meta tanyakan, hanya saja bibir dan lidah nya terasa kelu untuk berucap.

"Kita akan tinggal disini, barang-barang lo udah di pindahin ke kamar sebelah sama Bima dan Alex." Ujar Devano.

Meta kali ini memberanikan diri menatap suami nya, "Maksud kamu?"

Devano menatap tajam kearah Meta, "Gue gak jamin, kalau gue tidak melakukan nya lagi kalau lo tidur satu kamar sama gue. Lo tahu kan? Gue laki-laki normal dan lo sudah sah menjadi istri gue jadi gue gak bisa jamin lo akan aman tidur di sebelah gue."

Meta mengedipkan matanya beberapa kali, "Iya, aku ngerti kok."

"Lo tenang aja, kalau butuh sesuatu gue ada di kamar ini."

Meta keluar dari kamar Devano, benar yang dikatakan pria itu, hanya saja, apa dia merasa risih atau membenci nya sampai-sampai dia sama sekali tidak mau berdekatan dengan nya.

Meta masuk kedalam kamar yang lebih luas dari kamar Devano, nuansa nya pun berubah bau wangi segar menyeruak membuat Meta merasa nyaman.

"Apa dia menyiapkan ini semua?" Ujar Meta.

Meta duduk di tepi sofa yang menghadap ke jendela luar pemandangan taman rumah ini sungguh membuat nya tenang, aroma bunga mawar yang bermekaran mengusik hidung Meta.

"Gak nyangka, ternyata di sini ada taman bunga yang bagus-bagus banget."

Pagi nya Meta bangun lebih awal, entahlah semalam Meta juga tidak bisa terlelap mungkin belum terbiasa karena tempat baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi nya Meta bangun lebih awal, entahlah semalam Meta juga tidak bisa terlelap mungkin belum terbiasa karena tempat baru.

Meta dengan lincah nya menyiapkan beberapa lembar roti di atas piring Devano dan piring untung dirinya. Biarpun baru menikah tapi Meta akan tetap berangkat ke kampus, sebelum perutnya sudah tidak bisa lagi di tutupi.

Devano keluar dari kamar nya dengan  rambut yang masih sedikit basah, kaos hitam polos, celana jins, dan tidak lupa jaket kulit di tangan nya.

Meta seperkian detik terperangah melihat suami nya dengan penampilan seperti itu, biarpun urakan tapi tidak mengurangi ketampanan nya.

"Ada kelas jam berapa?" Tanya Devano dengan tangan yang sibuk mengolesi selai di atas roti nya.

Meta ikut duduk di depan suami nya, "kelas pagi sampai siang, sore nya udah gak ada kelas."

"Gue gak bisa jemput, karena gue ada kelas siang sampai sore."

Meta menaikkan satu alis nya, "Kalau ada kelas siang, kenapa pagi-pagi banget udah berangkat." Ucap Meta.

Devano meletakkan pisau makan nya di atas piring dengan keras menimbulkan bunyi yang nyaring.

"Satu hal yang paling gue benci, jangan ikut campur sama urusan orang lain. Urus saja diri lo sendiri, dan jaga anak itu baik-baik." Ujar nya lalu pergi meninggalkan Meta yang masih diam di kursi meja makan.

Padahal Meta sangat semangat di pagi hari untuk sarapan pertama kali nya bersama suami, tapi apa yang di dapat Meta, perlakuan kasar dan perkataan yang menohok yang dia dapat.

Setelah Devano pergi, Meta keluar rumah dengan pakaian yang sudah rapi menunggu ojek online yang baru saja dia pesan.

Dering ponsel membuat nya merogoh kembali benda pipih itu yang berada di dalam tas nya.

"Jangan lupa kunci pintu, gue udah beli susu hamil dan jangan lupa di minum."

Meta mengerutkan kening nya, "Darimana dia tahu nomer ponsel ku?"

Meta mengerutkan kening nya, "Darimana dia tahu nomer ponsel ku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang