PART 20

370 9 0
                                    


"Membutuhkan waktu yang singkat untuk mengetahui keburukan orang lain, namun sebalik nya akan membutuhkan waktu lama untuk mengetahui kebaikan orang lain pula."

                @Khairinniswa_4

Meta duduk dengan posisi buku masih di tangan kanan nya beberapa kali hela'an nafas ia keluarkan dari bibirnya. Suami nya lagi-lagi tidak memberitahu nya dimana dia berada dan entah pergi dengan siapa.

Meta cukup sadar diri untuk tidak berusaha mempertanyakan keberadaan suami nya. Sudah cukup rasanya jika dia terus di maki oleh nya, biarkan saja dia pergi untuk saat ini mungkin suatu saat nanti dia akan sadar dan akan benar-benar menerima nya sebagaimana mestinya dia berstatus sekarang.

Rasanya memang aneh, tinggal satu rumah dengan Devano yang sudah berstatus suami nya, kebutuhan hidup nya terpenuhi dari segi materi namun tidak dengan batin nya dan perhatian nya.

Rumah tangga nya rumit, cintanya pun lebih rumit. Meta yang sudah mencintai Devano dengan tulus, sedangkan pria itu, masih saja tidak menunjukan rasa sayangnya sedikitpun pada Meta. Ini pilihan nya, dan benar ini memang salah nya bukan salah Devano.

Suara pintu terbuka membuat pandangan Meta teralihkan, Devano masuk kedalam rumah dengan keadaan mabuk berat badan nya sempoyongan. Duduk mengadahkan wajah nya ke langit-langit rumah, matanya terpejam.

Meta yang melihat nya dari ruang keluarga terdiam, dia sendiri takut jika nanti Devano akan marah jika Meta mendekati nya dan mencercanya dengan berbagai pertanyaan.

Meta bangun dari duduknya hendak menuju kamar namun suara Devano mencegah nya untuk tidak melanjutkan langkah nya.

"Lo gak lihat suami lo pulang?" Ujar Devano, "apa lo sekarang buta!?"

Meta menghela nafasnya lalu memberanikan diri mendekati Devano. "Apa yang kamu butuhkan?" Tanya Meta.

Devano memicingkan mata nya lalu senyum sinis nya ia tunjukan pada Meta. "Lo lupa, lo itu istri gue, seharusnya lo menyambut kedatangan suami lo pulang."

"Kamu anggap aku istri kamu, tapi kamu tidak memperlakukan ku layak nya aku istri kamu Dev," Ujar Meta.

"Lo bisa gak sih, gak usah memulai pertengkaran di tengah pusing nya hidup gue." Ucap Devano.

Meta menggelengkan kepala nya lalu pergi meninggalkan Devano yang sudah mulai meracau dengan nada tak jelas. Akan membuang waktu saja jika dia tetap meladeni pria yang tengah tak sadar kan diri karena pengaruh alkohol.

______

Kepala Devano berdenyut sial. Ini pasti karena dia terlalu banyak minum semalam. Dia melirik jam tangan di tangan nya, "sial. Sudah siang kenapa Meta tidak membangunkan ku." Gumam nya.

Devano berjalan dengan langkah pelan karena pening yang masih dia rasakan. Namun langkahnya terhenti saat suara Meta yang tengah terisak di dapur di depan seorang gadis yang melipat kedua tangan nya di depan dada dengan wajah angkuh.

Meta mengangkat wajah nya dengan ekspresi galak lalu mendekatkan jari nya ke wajah si gadis yang masih berdiri di depan nya. "Anda memang kekasih nya, tapi saya istri sah nya." Ujar Meta penuh dengan penekanan di tengah kalimat istri sah.

Gadis itu menepis jari Meta dengan kasar, "Terlalu percaya diri memang, tapi lo lupa kalau Devano sedikitpun tidak memiliki rasa sama lo yang berstatus istri sah."

"Ck. Bangga menjadi kekasih seorang pria yang berstatus suami orang. Seharusnya anda sadar diri siapa disini yang murhan." Ujar Meta dengan rahang mengeras.

Dengan nafas tersenggal gadis itu melayangkan satu tamparan di pipi kanan Meta. "Felli!!" Bentakan Devano membuat kedua nya menoleh ke sumber suara.

"Dia menghina ku Dev." Ujar Felli, yah, gadis itu bernama Felli yang sudah lama menjadi kekasih Devano.

"Apa sih yang sedang kalian ributkan!?" Ucap Devano dengan tatapan tajam.

"Dia yang lebih dulu memaki ku Dev," Imbuh Meta.

"Diam!!" Bentak Devano membuat Meta semakin terisak.

Devano menarik tangan Felli dengan kasar lalu mengajaknya keluar dan menyuruh nya untuk kembali ke apartemen. Ini masih terlalu pagi untuk di sambut dengan masalah dan keributan.

Meta menyeka air matanya dengan kasar, ini terlalu menyakitkan, dengan kondisi nya yang sedang hamil muda membuat mood Meta semakin hancur.

Dengan langkah lebar Devano menuju dapur tempat dimana Meta masih berdiri dan memegang pipi kanan nya  yang masih memerah.

Devano menghela nafasnya kasar, lalu mengacak rambut nya frustasi. "Lo gak malu, ribut kaya gitu di rumah sampai terdengar tetangga." Ujar Devano masih dengan nada yang berusaha tenang.

"Lo denger gue ngomong gak sih!?"

Tubuh Meta terjingkut mendengar nada tinggi Devano. "Dia yang datang kesini lalu memaki ku Dev," Bela nya.

Devano melangkah lebih dekat dengan tubuh Meta yang saat ini bergetar karena menangis.

"Dia tidak akan memaki lo kalau gak lo duluan yang memancing nya Ta. Gue lebih tahu tentang dia di banding lo, gak usah berdalih dan seolah lo yang paling ternistakan disini. " Ujarnya dengan tajam.

Meta marah. Jelas. Ini sudah sangat keterlaluan, "Aku ini istri sah kamu Dev, dia cuma Kekasih kamu. Sepenting itu dia di hidup kamu!? Kamu pikir aku mau di posisi seperti sekarang. Kamu sudah sangat keterlaluan Dev," Ucap Meta lalu meninggalkan Devano yang terdiam di dapur rasa menyesal menyeruak di dada nya, dia sangat keterlaluan memang.

______

Setelah pertengkaran nya dengan Meta Bima dan Alex datang kerumah Devano, pria itu masih tertidur pulas di kamar nya kejam memang setelah pertengkaran hebat dia justru tertidur dengan pulas nya di kamar.

"Berantem lagi?" Tanya Alex. Lalu Meta mengangguk.

"Kapan mau damai nya?" Imbuh Bima.

"Tadi pacar Devano datang kerumah." Ucap Meta dengan nada lebih santai.

Alex dan Bima sekejap menghentikan aktifitas nya, "Ngapain dia datang?" Tanya Bima. "Kok, bisa tau rumah kalian."

Meta tersenyum dengan perih, lalu menunju pipi nya yang masih sedikit memerah. "Nih, cuma mau menyapa."

"Pas kejadian Devano di rumah?" Tanya Alex.

"He'em ada, bahkan dia melihat semuanya." Ucap Meta.

"Apa yang dia lakukan?" Tanya Alex lagi.

"Apa lagi kalau gak bela Felli, dia kan sudah kecintaan sama penyihir itu." Ujar Bima.

"Yang gue tanya Meta bukan lo." Ucap Alex pada Bima.

"Mewakili." Balas Bima.

Meta terkekeh pelan ternyata kedua teman Devano selalu membela nya, dia tidak menyalahkan Devano dan tidak membela Meta. Mereka sangat baik, pantas saja Vanes sangat tergila-gila dengan geng mereka.

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang