PART 10

390 14 0
                                    

Tangis Meta tidak berhenti, air mata nya terus saja mengalir meskipun sudah dia tahan sebisa mungkin.

Meta tidak berani kembali tidur di dalam kamar nya, bayang-bayang Devano masih saja terlintas di kepala nya semakin membuat rasa menyesal terus menghantui hati Meta.

Dering di ponsel nya pun tidak dia hiraukan lagi dia tetap fokus memandang luar jendela.

Di tempat lain Devano tidur di sofa rumah nya dengan tangan yang bertumpu di kening nya.

Bima masih saja diam cowok yang selalu terlihat happy itu pun ikut geram dengan kejadian yang di alami sahabat nya. Alex baru saja sampai di rumah mewah milik Devano, cowok itu masuk bersama kekasih nya lalu ikut duduk di sebelah Bima.

"Bim, kenapa?" Tanya Alex.

Bima menoleh kearah Alex dan Vanes, "Van, mending lo temui Meta gih! Buat dia tenang." Ucap Bima, membuat Vanes dan Alex saling berpandang heran.

"Ada apa?" Tanya Alex lagi.

"Nanti gue ceritain setelah semua nya tenang." Balas Bima.

Vanes berpamitan lalu pergi menuju tempat kediaman Meta, sesuai apa yang di perintahkan oleh Bima.

Sesampainya nya di tempat Meta, Vanes tercengang ini kali pertama Vanes melihat sahabat nya sehancur ini. Meta memang anak brokenhome tapi dia masih berusaha kuat dan ceria dia juga selalu menutupi luka di hati nya dengan cara menghibur diri seolah semua nya tidak terjadi apa-apa, tapi beda dengan Meta yang saat ini sedang duduk menatap jendela luar dengan tatapan kosong.

Vanes berjalan mendekat kearah Meta lalu menyentuh pundak gadis itu pelan, "Ta?" Panggil Vanes, membuat Meta menoleh kearah nya.

"Hem," Balas nya lalu kembali menatap luar jendela.

"Gue temenan sama lo lebih dari 3 tahun, dan gue paham banget gimana lo kalau lagi sedih atau lagi mendem perasaan yang memang bener-bener gak bisa lo tahan. Apa yang sebenarnya terjadi? Lo bisa bagi itu semua ke gue Ta, gak harus lo pendem sendiri."

Tangis Meta semakin menjadi, rasa nya malu harus bercerita tentang ini semua kepada Vanes ini menjijikan, Meta pantas di jauhi kalau nanti nya Vanes jijik pada nya.

"Ta! Jangan nangis terus, gimana gue bisa bantu lo kalau lo nya aja nangis terus gak mau cerita sama gue."

"Van, gue malu gue jijik sama diri gue sendiri." Ujar nya dengan suara sesenggukan.

"Maksud nya gimana?"

"Malam kemarin, gue ke mini market dan gak sengaja ketemu sama Devano, kondisi cowok itu jauh dari kata baik-baik saja, dan bodoh nya gue...," Belum juga menyelesaikan ucapan nya Meta kembali terisak.

"Bodoh gimana Ta!?" Tuntut Vanes yang makin penasaran.

"Gu-gue, gue sama sekali gak tahu, kalau Devano dalam pengaruh alkohol dan obat perangsang. Dia juga sempat menolak gue bantu, tapi gue terlalu peduli sama dia, gue suka sama dia, gue juga tidak tega melihat kondisinya yang benar-benar butuh pertolongan, karena gue bingung harus ngapain, gue bawa Devano ke apartemen dan...., di luar dugaan hal yang buruk pun terjadi." Jelas nya dengan air mata yang terus saja membasahi pipi nya.

Vanes memegang dada nya yang tiba-tiba sesak, gadis ini pun ikut merasakan sakit apa yang di rasakan sahabat nya. Vanes lalu memeluk tubuh Meta memberi ketenengan, "Ada gue Ta, lo gak sendiri, gue akan selalu ada buat lo." Ujar Vanes, yang juga ikut menangis.

"Lalu? Kenapa Devano berantem sama Marcel, apa dia juga tahu tentang ini semua." Tanya Vanes.

"Ini semua rencana Marcel, Van. Dia mencoba menjebak Devano tapi bukan dengan gue, dengan cewek lain. Dan saat Marcel tahu kalau cewek nya itu gue, dia juga marah sama Devano."

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang