Cinta. Apa itu menjadi tolak ukur seseorang menjadi bahagia menjalani kehidupan nya, atau cinta hanya sebuah pilihan yang mengharus kan seseorang menjalani sebuah komitmen tanpa ada nya dukungan atau diskusi melalui perasaan.
Menjalani kehidupan menjadi seorang istri dari seorang pria yang tidak dia kenal sebelum nya adalah sebuah beban yang berat. Belum lagi, usia pernikahan yang baru saja terjadi beberapa hari lalu sudah menjadi isu atau perbincangan yang hangat di kalangan tempat kedua nya menimba ilmu.
Apa seberat ini sebuah pernikahan, atau memang hanya Meta saja yang merasa berat karena tidak memiliki perhatian atau perlakuan yang tak pantas dari pasangan nya.
Meta menyandar kan punggung nya di tepi ranjang, sejak semalam dia meminta kepada Devano agar tidur nya terpisah bukan apa, Meta hanya saja belum terbiasa dengan kehadiran Devano di sisi nya, pada awal nya Devano terlihat sedikit kesal mendengar permintaan istri nya namun Devano kembali tersadar mungkin Meta butuh waktu untuk membiasa kan diri hidup dengan Devano.
"Padahal hari ini sedikit mendung, tapi kenapa aku ngerasa panas gak enak gini yah." Ucap nya pada diri sendiri.
Tanpa Meta sadari Devano tengah berdiri di ambang pintu kamar Meta yang sedikit terbuka. Masih dengan tas yang terselampir di bahu nya laki-laki itu terus saja memperhatikan wanita yang sudah berstatus menjadi istri nya.
"Kalau panas kenapa gak nyala in AC nya aja." Ucap Devano yang tiba-tiba membuka pintu kamar Meta.
Meta gelagapan, "Iya, ini juga mau aku nyala in." Balas nya.
Tanpa sekata pun Devano hendak menutup pintu kamar itu kembali, namun tindakan nya di cegah dengan suara Meta.
"Mau aku buatin makanan apa?" Tanya nya.
Devano mengerutkan kening nya, "Emang lo bisa masak?"
Meta mengangguk. "Bisa, tapi kalau masak yang susah-susah gak bisa."
"Buatin gue nasi goreng aja." Jawab nya, lalu menutup pintu kamar Meta.
Meta bangun dari duduk nya lalu menuju kamar mandi mengganti pakaian nya menjadi pakaian santai rumahan.
•••••••
Devano yang sejak tadi sedang mengerjakan tugas kuliah nya merasa terganggu dengan suara Meta.
Devano keluar dari kamar dengan celana pendek hitam dan kaos putih polos. Langkah nya menuju dapur mendekati Meta yang sedang menutup hidung dan mulut nya.
"Lo kenapa?" Tanya Devano.
Meta mendongak kan wajah nya lalu menangis. Meta sangat kesal. Kenapa air mata nya tiba-tiba keluar dan perasaan nya juga menjadi sedih dan ingin sekali menangis di pundak lelaki itu.
"Gue tanya lo kenapa!?" Meta menggeleng lalu kembali memuntah kan cairan bening dari mulut nya.
Devano refleks memijat punggung Meta, "Kalau lo sakit gak usah maksain masak, gue juga bisa kalau masak ginian doang."
Devano menyodor kan tisu kepada Meta, lalu di terima wanita itu.
"Maaf, kaya nya aku gak bisa kalau bau bawang-bawang an, rasa nya enek dan mual banget gak tahu kenapa." Tutur nya.
Devano melanjutkan sesi masak Meta yang sempat tertunda. "Itu mah biasa, nama nya juga cewek hamil."
Meta tersipu entah apa yang terjadi hari ini Devano terlihat sedikit memperhatikan nya.
"Maaf yah." Ucap Meta.
"Lo gak salah, ini kan bawa an anak gue makan nya lo bisa kaya gitu." Jawab Devano.
Hawa panas menjalar di pipi Meta sudah di pastikan kalau pipi nya pasti merah karena ucapan Devano barusan.
"Lo istirahat aja, biar gue yang siapin makanan nya." Ucap Devano.
Meta masuk kedalam kamar nya, namun sebelum itu mata nya sedikit mengintip kedalam kamar Devano yang sedikit terbuka, buku yang berserakan di atas meja belajar, laptop yang masih menyala.
Meta menjadi berfikir di balik sikap brandal nya lelaki itu ternyata masih ada sisi positif nya. Pantas saja Devano selalu mendapat nilai bagus di kampus nya.
Meta segera berlari menuju kamar nya saat mendengar langkah Devano keluar dari dapur.
Meta memegang dada nya yang berdetak lebih cepat, "Pantas saja, banyak cewek-cewek di luar sana yang ngejar-ngejar dia, ternyata bukan cuma ganteng tapi juga rajin belajar." Ucap Meta dengan senyum yang mengembang.
Devano selesai menyajikan makanan nya di atas meja, Devano melangkah mendekati pintu kamar yang tertutup rapat.
Tanpa mengetuk Devano langsung membuka pintu kamar Meta. "Aaahh...!!" Teriak Meta, lalu menutupi tubuh nya dengan handuk kembali.
"Kok, gak ketuk pintu dulu?" Protes Meta.
"Kenapa emang nya?"
"Aku kan lagi ganti baju."
"Ya terus kenapa, malu? Ya, elah. Kemarin gue juga udah liat kali, ngapain malu." Balas Devano.
Meta melotot kan mata nya kaget, kenapa Devano yang ada di rumah dan di kampus sangat berbeda.
"Ada apa?" Tanya Meta mencoba mengalih kan pembicaraan.
"Makanan udah siap, kalau lo laper makan kalau gak ya terserah." Ucap Devano kembali dengan nada dingin lalu keluar dari kamar Meta.
"Aneh. Kadang baik, kadang gak." Gumam Meta.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDAL IS MY HUSBAND
RomanceHidup tanpa aturan, tawuran, berantem, menikah di usia remaja. Dari semua hal buruk yang dia lakukan justru membuat seseorang yang menatap nya dari jauh semakin mencintainya, tak perduli sedalam apa luka yang dia berikan. "Aku tahu, kamu baik. Hany...