Cowok dengan rahang yang tegas, tatapan mata yang tajam berjalan dengan santai namun mampu membuat beberapa orang yang berpapasan dengan nya menunduk takut. Yah, dia Devano cowok paling brandal di kampus nya.
Dia memang tampan namun kelakuan nya mampu membuat siapapun yang melihatnya menggeleng heran. Dia juga pintar, hanya saja, kelakuan nya yang di luar batas mampu menutupi kepintaran nya.
"Dev! Lo yakin, mau nyerang markas mereka." Tanya Alex, salah satu teman nya.
"Kalau lo takut, mending gak usah ikut."
"Bukan masalah takut nya, tapi dia cerdik banget. Gue takut, kalau lo kepancing sama strategi nya dia."
"Lo gak percaya sama gue!?"
"Terserah lo deh!"
Di tempat lain, Meta sedang berjalan membaca buku nya sambil bersenandung kecil. Meta tidak terlalu populer di kampus nya, namun, karena kecerdasan nya dia mampu di kenal oleh beberapa fakultas lain, yang tidak satu jurusan dengan nya.
"Meta, lo di panggil tuh. Sama Marcel." Ucap salah satu mahasiswa yang kebetulan berpapasan dengan nya.
Meta tidak menghiraukan ucapan cowok tadi, baginya Marcel hanya membuang-buang waktu nya untuk hal-hal yang tidak penting.
Belum juga kaki nya melangkah masuk kedalam kelas tangan nya sudah lebih dulu di tarik kasar oleh seseorang.
Meta meringis sakit, cekalan di tangan nya begitu kuat. "Sakit! Lo gila yah!?" Semprot Meta.
"Berani lo sama gue!?"
"Kenapa gak! Lo bukan Tuhan yang perlu gue takuti." Balas Meta dengan nada lebih tinggi.
Marcel memojokkan nya di tembok hanya tinggal beberapa centi saja membuat wajah keduanya saling bertemu. "Lo jangan macam-macam sama gue, bangsat!!" Bentak Meta lalu mendorong dada Marcel menjauh dari nya.
Dengan nafas yang memburu Meta terlepas dari cekalan tangan Marcel. "Asal lo tau! Lo, cowok menjijikan yang pernah gue kenal!" Maki nya lalu pergi begitu saja.
"Liat aja lo, urusan lo sama gue belum selesai." Ancam Marcel.
"Gue gak pernah takut sama lo!!"
Devano yang tak sengaja melintas di kelas itu pun bersembunyi di balik tembok, dia mampu melihat dan mendengar semua percakapan keduanya.
"Ck. Berani nya sama cewek." Gumam Devano, lalu pergi begitu saja.
Meta memukul-mukul buku nya beberapa kali melampiaskan rasa kesal nya. "Gak anak, gak Bapak, sama aja. Hobby nya maksa!" Oceh nya.
Devano yang berjalan menuju taman bersama teman-teman nya pun menyipitkan mata nya, lalu berpamitan kepada mereka dengan alasan kalau ada sesuatu yang tertinggal.
"Jagan lama-lama anjir! Telat nanti kita futsal nya."
"Gak lama kok."
Devano mengikuti langkah Meta menuju taman belakang kampus, disana memang sepi hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang meneduh dan membaca buku atau hanya sedang duduk-duduk bersama pasangan nya.
"Dia pikir, gue cewek apa'an. Udah di tolak bukan nya sadar malah maksa."
"Ngomel mulu bu! Kenapa lagi?" Tanya Vanes, teman satu fakultas nya.
"Biasa, si Marcel masih aja maksa."
"Lo yakin, beneran gak suka sama dia, dia itu kan ganteng, walaupun, lebih gantengan Devano sih."
Meta menggeleng heran kearah teman nya, "Lo sakit apa sih Van!? Bisa-bisanya suka sama cowo modelan kaya gitu semua."
"Daripada lo, sama sekali gak pernah pacaran."
Devano berjalan menjauh dari keduanya, Dia rasa info tentang siapa gadis itu dan apa hubungan di antara keduanya sudah cukup jelas.
"Pilihan lo tepat, tapi lo salah cari lawan." Ucap Devano pelan.
Devano sangat yakin kalau Marcel tidak akan tinggal diam setelah di tolak mentah-mentah oleh gadis itu. Devano sangat paham bagaimana karakter Marcel, dia tidak akan tinggal diam sebelum apa yang dia inginkan tersampaikan.
"Anjir! Lama banget sih lo Dev." Protes Bima.
Devano hanya tersenyum menanggapi protesan teman nya.
"Lo jangan buat gue takut bangsat." Maki Alex, yang melihat wajah Devano tersenyum penuh arti.
"Gue punya info menarik," Ujarnya.
"Apa!?" Tanya mereka lalu berkumpul lebih mendekat kearah Devano.
"Marcel, baru aja di tolak sama cewek."
Beberapa teman nya menganga kaget, seorang Marcel yang cukup terkenal di kampus nya di tolak cewek.
"Si buaya di tolak cewek. Wah!! Berani banget tuh cewek,"
"Penasaran, secakep apa sih tuh cewek sampe berani nolak Marcel."
"Gue tahu siapa orang nya." Ucap Devano lagi.
"Siapa?"
"Anak fakultas sebelah. Gak terlalu cantik sih, tapi pintar dan cukup berani."
Meta baru saja sampai di rumah nya, rumah yang dulu nya nyaman dan tentram sekarang seolah panas karena ulah Mamah nya yang terus saja berganti-ganti pasangan. Pantas saja Papah Meta menyerah karena ulah Mamah nya Meta yang benar-benar keterlaluan.
"Meta!" Panggil nya dengan nada berteriak.
"Kamu lagi-lagi membuat masalah, mau kamu apa sih!?" Omel Mamah nya Meta, "coba kamu lihat, Marcel itu sudah menjadi saudara kamu. Gak ada salah nya bukan, kalau Marcel mengajak kamu pulang bersama, gak harus kamu permalukan dia di depan umum."
Meta mendengar nya, namun Meta juga muak dengan sandiwara yang di lakukan cowok brengsek itu.
"Mamah lebih percaya sama orang lain, di banding anak sendiri!?" Balas Meta dengan nada tajam.
"Apa!? Mamah mau nampar Meta, silahkan, Meta juga udah muak kok, jadi anak Mamah yang penuh dengan drama."
Meta pergi menaiki tangga rumah nya menuju kamar, sebelum itu tatapan tajam ia layangkan pada Marcel yang berdiri di balik pintu masuk.
Marcel menyunggingkan senyum sinis nya, lalu di balas dengan acungan jari tengah oleh Meta.
"Ini baru permulaan sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDAL IS MY HUSBAND
RomanceHidup tanpa aturan, tawuran, berantem, menikah di usia remaja. Dari semua hal buruk yang dia lakukan justru membuat seseorang yang menatap nya dari jauh semakin mencintainya, tak perduli sedalam apa luka yang dia berikan. "Aku tahu, kamu baik. Hany...