Meta memilin pinggir kemeja yang dia kenakan, ini benar-benar membuat nya gugup apa lagi saat ini Marcel juga tengah menatap nya dengan tajam.
"Jadi, ini pacar kamu Ta?" Tanya Mamah nya dengan wajah yang berbinar, karena Mamah nya Meta tahu kalau Devano anak orang kaya di kota nya tinggal wajah cowok ini memang sudah wara-wiri di media.
Meta menelan ludah nya kasar, jawaban apa yang harus dia ucapkan pada Mamah nya.
"Iya Tante, saya pacar Meta. Dan tujuan saya dateng kesini, saya akan menikahi anak Tante." Ucap Devano membuat Mamah nya Meta menatap aneh kearah kedua nya.
"Gimana, maksud nya?"
"Saya dan Meta akan segera menikah, dan tujuan saya dateng kesini adalah meminta restu dari Tante."
"Kenapa secepat ini?"
"Gimana gak cepet Mah, orang mereka udah lebih dari sekedar pacaran, dan...., yang Marcel tahu sih, mereka gak pacaran Mah." Ucap Marcel dengan wajah meledek.
Meta sudah menahan amarah nya, mata nya melirik kearah tangan Devano yang mengepal.
"Kenapa? Bener kan, kalau kalian udah pernah tidur bareng di apartemen Meta."
"Apa maksud nya ini, Meta!?"
"Tante, itu semua murni kecelakaan, dan saya akan bertanggung jawab atas apa yang sudah saya lakukan." Jelas Devano.
"Menjijikan kamu Meta!! Saya malu punya anak kaya kamu...!!" Bentak Mamah nya Meta.
Meta menarik nafas nya dalam lalu berdiri di depan Mamah nya, "Yah! Anak Mamah ini memang menjijikan, murahan, gak tahu diri. Kenapa!? Dengan aku begini saja Mamah gak ada rasa peduli nya sama sekali sama Meta ya kan!? Seharusnya Mamah ngaca, darimana sifat menjijikan aku ini ada, itu semua dari Mamah."
PLAK!
Suara tamparan menggema di rumah itu, isak tangis Meta semakin menjadi, ada sedikit rasa nyeri di hati Devano saat tahu kenyataan yang di alami Meta.
Marcel tersenyum bahagia melihat Meta semakin menderita.
"Tante, ini bukan sepenuhnya salah Meta." Ucap Devano.
"Kamu juga!! Silahkan kalian pergi dari rumah saya." Usir nya.
Meta dan Devano keluar dari rumah yang menjulang tinggi itu tentunya dengan tangis Meta yang tak berhenti.
"Terus? Siapa yang akan menjadi wali kamu buat nikah?"
Meta menggeleng, "Keluarga Papah jauh di luar kota, dan kami tidak terlalu dekat."
"Baiklah," Ujar Devano.
Mobil Devano menuju rumah nya yang tentunya sangat mewah. Dan ada beberapa penjaga yang lumayan ketat di sana.
Devano keluar dari dalam mobil nya lalu mengajak Meta turun, dan masuk kedalam.
"Duduk, gue mau telfon Om Fedo dulu."
Entahlah siapa itu Om Fedo, pada intinya Meta saat ini perasaan benar-benar bercampur aduk.
Devano kembali lagi dengan ponsel di genggaman nya. "Mau minum apa?" Tanya nya.
"Air putih aja."
Devano bangkit dari duduk nya lalu berjalan menuju dapur, tak butuh waktu lama dia kembali lagi dengan segelas air putih dingin di tangan nya.
Suara langkah masuk ke pendengaran nya, dan benar saja ada seseorang yang datang. Cukup wibawa, pakaian jas lengkap dan juga menenteng tas hitam di tangan nya.
"Ada perlu apa, tumben sekali kamu menghubungi Om."
"Kenalin Om, ini Meta, calon istri Devano."
Fedo menayapa Meta sebelum tawa nya itu terdengar.
"Bucin banget sih kamu Dev,"
"Devano serius Om."
"Iya om tahu, tapi bukan dalam waktu deket kan?"
"Kalau bisa secepatnya Om."
"Apa maksud kamu?"
"Devano mau menikah sama Meta secepatnya, sebelum Meta hamil anak Devano."
"Jadi, maksud kamu." Ucapan Om Fedo berhenti lalu menghembuskan nafas nya kasar, "gimana kalau Papah kamu tahu Dev, pasti dia akan sangat marah sama kamu."
"Dev, gak peduli Om."
"Apa mereka selama ini peduli sama hidup Dev!? Gak Om. Dan memang ini murni kesalahan saya, "
"Baiklah, Om akan urus pernikahan kalian. Tapi Om tidak berjanji akan berjalan mulus, karena Om yakin, lambat laun pasti Papah kamu juga akan tahu."
3 Minggu berlalu sejak Devano mendatangi kediaman Meta, dan hari ini. Rencananya dua remaja itu akan melangsungkan acara pernikahan nya, pernikahan yang diluar dari ekspetasi keduanya.
Sejujurnya sejak kejadian malam itu hingga sekarang, Meta sudah merasa ada sesuatu yang jangkal dari tubuh nya. Dia jadi mudah lelah, mood nya pun gampang sekali berubah-ubah, dari yang senang lalu tiba-tiba sedih.
"Ta? Lo gak mau coba tes aja dulu. Gue curiga deh, kalau lo hamil." Ucap Vanes.
"Masa sih Ayang, kan mereka ngelakuin nya cuma sekali." Protes Alex.
"Mau sekali, dua kali, intinya mereka kan sudah pernah melakukan nya." Balas nya.
"Dan setahu gue, kalau yang tidak di rencana kan gini biasa nya topcer." Imbuh Bima.
"Bener tuh!"
"Aduh...! Kalian kok, malah nakut-nakutin gue gitu sih."
Devano masuk kedalam kamar yang sedang di isi oleh Meta yang tinggal beberapa menit lagi akan menjadi istri sah nya.
"Nih, coba aja lo pake." Ucap Devano menyodorkan alat tes kehamilan.
"Dev,"
"Kenapa? Lo gak penasaran, ada bener nya kan kalau lo tahu sejak awal, jadi lo bisa lebih hati-hati dalam aktivitas."
Ketiga teman nya menahan senyum, lalu mengangguk.
"Udah nurut aja apa kata calon suami." Goda Vanes.
"Vanes!!"
Meta berjalan menuju kamar mandi di rumah Devano, ini bukan kediaman utama melainkan rumah peninggalan kakek nya. Rumah nya lumayan besar meskipun tidak semewah rumah utama Devano dan keluarga.
Meta menatap was-was pada benda pipih berwarna putih di tangan nya.
Garis merah dua, menunjukan bahwa benar dia positif sedang mengandung anak dari Devano.
Meta dengan wajah pucat nya keluar dari kamar mandi, di luar sudah ada ke tiga eman nya dan juga Devano yang sedang duduk menunduk.
"Gimana Ta!? Tanya Vanes penuh semangat.
"Positif." Balas Meta.
Devano mendongak saat mendengar penuturan Meta."10 menit lagi penghulu datang," Ucap salah satu pelayan yang baru saja memberi tahu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDAL IS MY HUSBAND
RomanceHidup tanpa aturan, tawuran, berantem, menikah di usia remaja. Dari semua hal buruk yang dia lakukan justru membuat seseorang yang menatap nya dari jauh semakin mencintainya, tak perduli sedalam apa luka yang dia berikan. "Aku tahu, kamu baik. Hany...