PART 04

385 17 0
                                    

Aku pernah menggengam mawar putih di tangan, aku juga pernah mencium aroma nya, tapi aku lupa, kalau mawar memiliki pelindung yang berduri.

Meta baru saja turun dari dalam mobil Vanes, yah, hari ini ada kelas pagi dan Meta selalu berdoa agar tidak di pertemukan kembali dengan Marcel.

Baru saja beberapa langkah, doa nya tidak di dengar oleh Tuhan, Meta memutar bola matanya malas. Dan Vanes juga memasang badan untuk melindungi sahabatnya.

"Mau apa sih lo!?" Tanya Vanes galak.

"Gue gak ada urusan sama lo." Jawab Marcel.

"Vanes cantik, sini, sama Aa Brian di jamin aman."

"Jijik. Tau gak!" Balas Vanis sinis.

"Tidur di mana lo!? Di hotel, sama Om-om." Ujar Marcel.

Meta hanya diam, bukan berarti takut, Meta hanya malas berbicara dengan nya. Sudah di pastikan mulut cowok sampah di depan nya ini sudah mengadu yang bukan-bukan sama Ibu nya Meta.

"Baru keluar semalam udah bisu!?" Tanya Mercel dengan nada sedikit membentak.

"Jawab bangsat!!" Bentak Marcel, lalu mendorong tubuh Meta hingga terbentur mobil Vanes.

"Lo bisa gak sih!? Gak usah kasar sama cewek." Ucap Vanes dengan nafas menggebu karena terpancing emosi.

"Lo gak usah ikut campur!!" Sentak Marcel lalu mendorong tubuh Vanes hingga hampir terjatuh, untung saja ada seseorang yang menangkap nya dari belakang sehingga bokong Vanes terselamatkan tidak menyentuh ubin.

"Yang berantem sama cewek itu nama nya banci." Ujar Alex, dengan nada santai namun menohok.

Bima dan Devano mendekat ke arah mereka, sebenarnya ketiga nya sudah melihat pertengkarang mereka dari jarak yang lumayan jauh, entah apa yang di pikirkan Alex tiba-tiba dia berjalan mendekati mereka.

Meta menelan ludah nya sial dia akan lemah kalau ada Devano di dekatnya, apa lagi tatapan cowo itu seakan menusuk ke arah nya.

"Pantes aja, cemen. Berani nya sama cewek." Cibir Bima.

"Lo semua, gak usah ikut campur!"

"Gue berhak ikut campur, karena yang lo sentuh itu cewek gue!!" Bentak Alex.

Membuat Meta melotot kan matanya ke arah Vanes yang masih berada di pelukan Alex, tidak hanya Meta, Bima pun kaget dengan pengakuan teman nya, tapi tidak dengan Devano karena dia sebelumnya sudah curiga dengan Alex yang suka tiba-tiba ngilang.

"Oh, jadi selera lo cewek kaya gini." Ucap Marcel merendahkan Vanes, membuat Alex naik pitam dan langsung melepas pelukan Vanes, sedetik kemudian pukulan cukup keras menghujam rahang Marcel.

Membuat Meta dan Vanes menjerit takut, "Alex! Udah, aku gak apa-apa." Lerai Vanes, membuat Alex yang hendak melayangkan pukulan kembali menjadi di urungkan.

Baru saja Alex memutar badan nya membelakangi Marcel satu pukulan di tepis oleh Devano membuat Marcel tersungkur di tanah.

"Hanya seorang pengecut yang nyerang musuh nya dari belakang."

Meta melipat kedua tangannya di depan dada, menatap galak kearah Vanes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meta melipat kedua tangannya di depan dada, menatap galak kearah Vanes.

"Jadi, lo masih gak mau jujur sama gue, kapan lo jadian nya sama dia?"

Vanes tersenyum tak enak kearah Meta, "Iya, gue jelasin."

"Buruan."

"Gue, udah jadian sama dia sejak 2 bulan yang lalu."

Meta merubah posisi nya menjadi duduk di depan Vanes, "Lo gila yah!? Selama itu dan lo gak cerita sama gue."

"Sorry," Ujar Vanes sambil melipat kedua telapak tangan nya di depan dada.

"Keterlaluan lo," Balas Meta.

Vanes jadi teringat sesuatu, "Tunggu, tadi kenapa lo diem aja di tindas sama si Marcel?" Tanya Vanes.

Pertanyaan Vanes membuat Meta kelimpungan tak mungkin bukan kalau dirinya bilang tidak bisa melawan nya karena ada Devano.

"Ya-ya, males aja berdebat sama dia." Dalih nya.

"Oh, kirain. Karena ada Devano the geng."

"Kenal aja gak, gak usah ngaco deh!"

Di tempat lain Alex di hujani berbagai pertanyaan oleh Bima, bukan Devano. Cowok itu akan cuek dan tidak akan ikut campur sama urusan orang lain, kecuali orang itu yang mencari masalah dengan nya maka Devano tidak akan membiarkan nya lepas begitu saja. Contoh nya Marcel, cowok itu selalu saja mencari masalah dengan nya, sudah di kalahkan beberapa kali pun masih saja tak kapok.

"Dua bulan yang lalu Bima sakti." Jawab Alex, dengan nada geram.

"Kenapa lo gak cerita sama gue." Tuntut Bima.

"Emang harus yah, Bim, kalau gue mau pacaran bilang dulu sama lo."

"Gue kan lebih senior di banding lo," Ucap Bima bangga.

"Senior menyesatkan." Cibir Alex.

"Cewe lo lumayan cakep." Cetus Devano, membuat Alex mendelik'kan mata nya tajam kearah Devano.

"Emang cakep kan? Kalau buruk rupa, mana mungkin lo mau sama tuh cewek." Imbuh Devano lagi.

"Gak usah main-main Dev." Tegur nya, namun hanya di balas kekehan kecil oleh Devano.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang