PART 14

351 13 0
                                    

Meta berjalan dengan linglung, kenapa anak-anak kampus menatap nya sinis, apa ada kesalahan yang dia lakukan.

"Vanes!" Panggil Meta, lalu berjalan cepat mendekati Vanes.

"Mereka kenapa sih? Kok, liatin gue kaya gitu banget."

Vanes menatap sekeliling dan benar saja orang-orang yang berada di sekitar kampus tatapan nya tertuju pada Meta.

"Oh, jadi ini anak nya." Cetus salah satu mahasiswi yang kebetulan lewat di dekat nya.

"Biasa aja, jual berapa lo!? Sampai-sampai Devano mau sama lo." Ujar salah satu mahasiswi yang sedang berdiri tepat di depan Vanes dan Meta.

"Maksud lo apa sih!?" Tanya Vanes ngegas.

"Gak usah pura-pura gak tahu kali Van." Balas nya lagi.

Vanes menaikkan satu alis nya lalu melirik kearah Meta yang saat ini sedang menunduk.

Di lorong lain, Alex berlari mencari keberadaan Vanes dan Meta. Alex tak sengaja saat berjalan melihat mading yang di penuhi foto Meta dan Devano pada saat melangsung kan akad nikah.

Alex berlari dengan nafas yang tak beraturan mendekat ke arah kedua perempuan yang sedang dia cari.

"Ada apa ini!?" Tanya Alex.

"Lo juga Lex. Pasti lo tahu kan? Kalau Devano di jebak sama cewek sok polos ini."

"Heh! Kalau belum tahu kejadian yang sebenarnya gak usah buat asumsi sendiri." Sentak Vanes.

"Oh ya!? Terus gue harus berasumsi seperti apa? Jelas-jelas Devano nikahi cewek ini dengan keterpaksaan."

"Kata siapa? Kalau gue nikah terpaksa." Ucap sumber suara yang tiba-tiba muncul di belakang Alex.

"Devano." Gumam Meta.

"Emang perlu yah. Kalau gue punya suatu hubungan harus di publish ke kalian semua."

Dua perempuan yang sedari tadi menyudutkan Meta pun jadi terdiam dan malah pergi tanpa berucap apapun.

Devano menyenggol lengan Meta dengan lengan nya, "ikut gue." Ajak Devano.

Meta berjalan di belakang Devano dengan wajah menunduk tatapan mereka semakin sinis kepada nya, jujur, Meta sangat tidak nyaman dengan keadaan saat ini.

Devano sengaja mengajak Meta ke kantin lalu duduk di salah satu bangku, "Duduk." Perintah nya.

Meta mengikuti perintah Devano lalu ikut duduk di depan suami nya.

"Kenapa lo diam aja!?"

"Apa yang mereka katakan adalah ke benaran Dev," Jawab Meta, dengan nada lirih.

"Oh yah!? Jadi lo murahan dong."

Meta memejamkan mata nya sesaat sebelum dia kembali berucap, "Biar pun di mata mereka aku murahan, tapi aku mau tunjukin sama mereka kalau aku adalah wanita beruntung yang bisa mengandung dan merasakan kebahagiaan memiliki seorang anak. " Balas nya.

Devano menjadi salah tingkah mendengar balasan yang baru saja terucap dari bibir nya Meta.

Memang pernikahan kedua nya bukan lah keinginan melainkan takdir, keduanya menjalani sebuah hubungan tanpa perasaan tanpa kasih dan sayang.

Tapi Meta yakin, kehadiran buah hati nya akan merubah Devano menjadi lelaki yang lebih baik dan lembut kepada nya.

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang