PART 16

344 14 1
                                    

Menyesuaikan sebuah perasaan dengan posisi yang tiba-tiba, membuat seseorang menjadi karakter yang berbanding terbalik dengan sebelum nya itu sangat sulit.

Membuat seseorang menjadi lebih rapi menata hati nya atau justru menjadi seseorang yang lebih urakan menyikapi isi hati nya.

Hamil muda, memiliki suami yang cuek dan tak banyak bicara, pernikahan tanpa sengaja. Bukan kah ini sebuah kisah yang lengkap untuk memaksa pemain nya menjadi dewasa.

Meta merenggang kan otot nya, hari masih pagi bahkan matahari saja belum menampak kan sinar nya. Wanita yang tengah hamil muda itu melangkah menuju kamar mandi, mau tidak mau Meta harus merubah kebiasaan nya, saat ini bukan hanya dia sendiri tapi sudah ada Devano suami nya belum lagi nyawa yang sedang tumbuh di dalam perut nya yang masih rata.

Meta membuka pintu kamar nya pelan takut membuat suara dan penghuni kamar sebelah menjadi terbangun. Namun baru saja Meta melangkah dan melewati kamar Devano terdengar suara.

"Iya, aku tahu sayang. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah sah menjadi istri aku dan ada anak di antara aku dan dia." Ucap Devano. Yang entah dengan siapa dia berbincang di dalam panggilan telfon nya.

Meta menegang di tempat nya, apa dia yang salah dengar atau memang ini kenyataan nya. Bahwa Devano yang saat ini berstatus menjadi suami nya telah memiliki tambatan hati lain.

Meta segera pergi menuju dapur dan menghapus sisa air mata nya di pipi.

Devano yang baru saja keluar dari kamar nya memicing kan mata saat melihat Meta yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

"Sejak kapan dia sudah terbangun."

Devano menuangkan jus jeruk kedalam gelas nya lalu menenggak nya hingga tandas, tatapan nya terarah ke wanita itu.

"Lo baik-baik aja kan?" Tanya Devano.

Meta menghentikan aktifitas nya lalu mengangguk.

"Gue tanya butuh jawaban, bukan anggukan." Sarkas Devano.

Meta menarik nafas nya dalam lalu membuang nya kasar. "Iya, aku baik-baik aja." Jawab nya.

Devano merasa sedikit terganggu dengan suara dan jawaban yang tak ikhlas dari bibir Meta.

Saat kedua nya sudah berada di meja makan Meta membuka suara. "Nanti siang, aku mau izin keluar sama Vanes." Ucap Meta.

Devano menghentikan makan nya lalu menatap wajah Meta yang menunduk.

"Kemana?"

"Gak kemana-mana, cuma mau main aja." Balas Meta.

Devano meletakan sendok nya di atas piring dengan kasar, "Lo lupa kalau lo udah punya suami." Ujar Devano.

Meta mengangguk, "Ya sudah, kalau kamu gak mengizin kan juga tak apa."

"Bisa gak sih, pagi-pagi jangan memulai pertengkaran." Ujar Devano.

"Siapa yang memulai Dev. Gak ada, aku kan cuma bilang, kalau kamu gak mengisinkan ya sudah." Balas Meta, entah karena hormon ibu hamil atau apa Meta memiliki keberanian untuk menjawab ujaran Devano.

Devano tak lagi membalas ucapan Meta, menurut nya hanya akan membuang-buang waktu.

                      •••••••••

Lagi-lagi Meta hanya diam dan tidak memiliki selera makan sama sekali. Pandangan nya benar-benar kosong, entah lah rasa penasaran dan cemburu nya sangat besar saat ini.

Vanes yang duduk di depan nya pun menyentuh kening Meta membuat wanita itu memundurkan kepala nya.

"Apa sih, Van?" Tanya Meta heran.

"Lo diem aja dari tadi, jadi gue takut lo sakit." Balas Vanes.

"Gak lah Van, gue cewek strong." Jawab Meta, bibir nya mengatakan dia perempuan kuat namun dari raut wajah nya berkata lain.

Vanes melambaikan tangan nya pada Alex yang ternyata baru memasuki kantin bersama Bima.

Meta menelisik ke belakang dua sahabat suami nya itu namun dia tidak menemukan sosok yang dia cari.

"Hay! Sayang." Sapa Alex pada Vanes.

"Hay! Meta." Sapa Bima.

Meta tersenyum hambar, "Devano mana?" Tanya nya tanpa basa-basi.

Karena Meta bukan tipikal perempuan yang terlalu banyak basa-basi jika ada hal yang dia tanyakan maka dia akan langsung berterus terang.

"Emang nya dia gak bilang sama lo?" Ujar Alex.

Meta menggeleng, "Ini kan jadwal nya dia ke Jogja." Jawab Bima.

"Jogja!?" Tanya Meta terkejut.

Bima dan Alex saling pandang, bingung, harus dari mana dia menjelaskan semua nya.

"Santai aja kali, gue juga gak terlalu mau tahu kok dia ngapain ke sana." Ucap Meta. Namun percaya lah dalam hati nya tercubit luka.

Namun Vanes sangat paham dengan senyum palsu yang di tunjukan oleh sahabat nya itu. Ada banyak hal yang Meta sembunyikan begitu juga dengan perasaan nya dan hati nya.

Mencoba tak mau tahu apa yang sedang di lakukan Devano tapi pikiran Meta selalu saja tertuju pada laki-laki itu.

Bima menggenggam tangan Meta membuat nya menoleh dan menatap heran kearah Bima.

"Lo cewek baik Ta, gue sebagai teman nya Devano juga bingung harus menjelaskan dari mana dulu biar lo gak sakit hati." Ujar Bima.

"Iya Ta, kita rasa, Devano yang berhak menjelaskan semua nya sama lo." Imbuh Alex.

Meta tersenyum lalu melirik kearah kedua nya, "Gue gak tahu siapa orang nya yang pagi-pagi buta telfon suami gue, tapi yang gue dengar ada kata sayang bahkan Devano mengatakan anak yang gue kandung menjadi penghalang di antara mereka." Ucap Meta, membuat Bima dan Alex saling pandang sedangkan Vanes gadis itu mengusap pundak sahabat nya.

"Gue sadar diri kali, gue cuma benalu di hidup Devano. Mungkin, setelah anak ini lahir, gue bisa melepas Devano." Imbuh nya.

"Meta. Jangan ngomong kaya gitu, mungkin aja kan, Devano lagi telfonan sama nyokap nya atau saudara nya." Ucap Vanes mencoba memberi ketenangan.

"It's okay Van, ini memang yang terjadi kan." Balas nya.

Setelah berpisah dengan Vanes dan Meta Alex pun bergegas menuju rumah Bima. Ada hal yang harus dia bicarakan dengan Bima, bagaimana pun juga Meta perempuan yang baik. Seharusnya Devano bersyukur telah mendapat kan wanita sebaik dan setulus Meta.

"Bima?"

"Kaget gue, anjir!!" Teriak Bima yang baru saja keluar dari kamar mandi di kejutkan dengan kedatangan Alex yang tiba-tiba masuk kedalam kamar nya.

"Lo coba telfon Devano gih! Gue kepikiran banget sama ucapan Meta tadi siang." Ucap Alex.

"Terus gue mesti ngomong apa sama dia?" Balas Bima.

"Bim, lo tahu kan. Meta cewek baik bahkan jauh lebih baik dari cewek yang buat Devano tergila-gila itu."

"Saran gue sih, mending biarin aja sekarang Devano ngerasain bahagaia nya sendiri, entar juga nyesel kalau Meta beneran ngelepasin dia setelah anak mereka lahir." Ujar Bima.

"Percaya sama gue Lex, Devano gak mungkin bisa lepas dari Meta. Mengingat, Devano sangat mengharap kan anak nya dan keliatan kok, kalau dia sangat menyayangi anak nya ya, walaupun masih di dalam perut Meta."

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang