PART O3

433 17 0
                                    

Devano ikut bergabung dengan Alex dan Bima yang memang sudah lebih dulu sampai di club.

"Kenapa dia? Muka udah di tekuk begitu." Tanya Bima.

"Kenapa?" Tanya Alex padanya.

"Bim, lo yakin tuh cewek galak."

"Cewek mana anjir! Cewe gue banyak." Jawab Bima.

Dentuman musik dan bau alkohol menyeruak di indra penciuman Devano, sekelebat bayang-bayang cewek yang menjadi incaran musuh nya itu mampir di otak nya.

"Bangsat, di tanya malah diemin gue." Racau Bima yang memang sudah di kuasai minuman beralkohol.

Alex yang memang sama sekali tidak menyukai minuman itupun hanya menatap wajah Devano yang terlihat sangat frustasi.

"Meta, yang gue tahu nama nya Meta." Ujar Bima, dengan mata tertutup.

Devano menaikkan satu alisnya, begitu juga dengan Alex. "Cewek yang mana?" Tanya Alex.

"Cewek yang udah nolak si Marcel." Jawab Bima.

Meta? Alex sesaat mengingat beberapa hari lalu saat ada seorang gadis yang datang menemui nya bersama teman nya yang bernama Meta. Apa benar itu Meta yang di maksud Bima?

Setelah pulang dari club Devano merebahkan tubuh nya di atas kasur, orang tua nya sudah jera memberi nasehat pada anak nya, sampai-sampai hal buruk yang di lakukan Devano sudah menjadi tak ading lagi di mata nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pulang dari club Devano merebahkan tubuh nya di atas kasur, orang tua nya sudah jera memberi nasehat pada anak nya, sampai-sampai hal buruk yang di lakukan Devano sudah menjadi tak ading lagi di mata nya.

Devano memikirkan hal yang tak seharusnya dia pikirkan, contoh nya gadis itu, kenapa ada luka di mata nya. Apa gadis itu baik-baik saja? Dan lagi, hari sudah malam untuk apa gadis itu berlarian di jalan dengan tas ransel di punggung nya.

"Apa yang terjadi?" Gumam nya, "dan, kenapa gue penasaran sama  tuh cewek."

"Devano! Setiap pulang mabuk, apa gak ada hari tanpa mabuk, ha!?" Teriak Mayang selaku wanita yang sudah melahirkan Devano.

"Kenapa Mamah belum tidur?" Tanyanya dengan badan yang terbaring santai di atas kasurnya.

"Kamu dengerin Mamah gak sih!?"

"Udah malam Mah, Dev mau tidur."

"Keterlaluan kamu." Balas Mayang, lalu menutup pintu kamar putra nya dengan keras sampai menimbulkan suara yang menggema.

Terbiasa, Devano menganggap ocehan  Mayang adalah kebiasaan yang memang harus Devano dengar. Devano selalu menganggap apa yang keluar dari bibir wanita itu hanya angin yang berlalu, pintar menasehati putra nya tapi tidak bisa menasehati suami nya sendiri yang lebih liar dari putranya. Seharusnya Mayang melihat, ber contoh darimana Devano bisa seperti ini, tidak melulu Devano yang terus di salahkan.

Devano memejamkan matanya karena kepalanya yang semakin pening akibat minuman beralkohol yang dia tenggak di club.

                                  •••••••            

Meta menceritakan ke- gilaan Nyokap nya yang menyerahkan Meta untuk di jaga mahluk buas seperti Marcel kepada Vanes. Andai saja Nyokap Meta lebih mendengarkan nya di banding anak tirinya itu, pasti Meta akan menceritakan kelakuan bejat yang dilakukan anak dari suami barunya itu.

"Gue gak nyangka, kalau Marcel pernah hampir memperkosa lo." Ucap Vanes dengan kepala menggeleng.

"Itu, makan nya gue selalu menghindar dari mahluk buas itu."

"Tapi wajar aja sih, karena yang gue tahu, Marcel emang hobby banget main cewek di club. Bahkan dalam waktu 1 minggu dia bisa berganti setiap harinya." Jelas Vanes, yang memang sangat tahu gosip tentang cowok-cowok ganteng di kampusnya.

Meta berdecak, "Wajar aja sih, penjahat kelamin." Ujar Meta dengan emosi.

"Oh my good!! Lo liat deh, geng nya Devano akhirnya menerima tawaran nya Marcel, ini sih bener-bener perang." Ucap Vanes, dengan mata yang masih fokus ke layar ponselnya.

"Ngomong apa sih lo?"

"Nih, lo liat! Devano cowok dingin dan galak di kampus kita menerima tantang balap liar dari Mercel."

Meta mengerutkan kening nya, "Devano, jadi ini yang namanya Devano." Meta langsung menutup mulutnya terkejut.

"Jadi yang tadi hampir nabrak gue namanya Devano."

"Lo kenapa dih!?"

Meta menggeleng sebagai jawaban. Tidak mungkin Vanes menceritakan kalau dia hampir saja tertabrak oleh Devano saat perjalanan menuju rumah nya.

"Asal lo tahu yah, Devano itu ganteng bahkan lebih ganteng dari Mercel, cuma karena sikap nya dingin dan galak banyak cewek-cewek yang hanya mengangumi nya diam-diam. Dia emang brandal tapi gak penjahat kelamin kaya Marcel." Jelas Vanes.

"Kok, lo tahu banyak tentang dia?" Tanya Meta.

"Ya, tahu aja, lagian ini kan bukan gosip lagi, semua mahasiswa di kampus udah tahu semua kali."

"Sorry Meta, gue gak bisa bilang, kalau gue lagi deket sama salah satu teman nya Devano." Ucap nya dalam hati, walaupun ada rasa bersalah karena tak berani jujur pada Meta. Vanes sangat yakin, kalau Meta tidak akan pernah setuju dirinya dekat dengan salah satu brandal di kampusnya.

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang