Meta beberapa kali melirik jam yang berada di dinding ruang tamu rumah nya, ini sudah sangat larut bahkan suami nya sama sekali tak memberi nya kabar.
Jika di tanya soal cinta, apa benar wanita itu sudah mencintai Devano atau hanya diri nya bergerak memenuhi kewajiban sebagai istri. Jika di pikir kembali Devano memang sangat keterlaluan, mungkin jujur akan lebih baik dan Meta pun pasti akan mengerti keadaan nya.
Meta perlahan memejamkan mata nya, tidak tidur. Hanya lelah karena menangis yang entah menangisi apa yang Meta sendiri juga tidak tahu.
"Aku cinta sama kamu Dev." Gumam nya.
Perlahan bawah alam sadar Meta mulai menghilang, karena bawa an ibu hamil menjadi sangat mudah untuk nya cepat terlelap.
Jam sudah menunjukan pukul 02:00 pagi. Devano baru saja memasuki rumah nya,baru saja sampai di ruang tamu mata lelaki itu menyipit, karena cahaya yang meremang memuat lelaki itu berjalan pelan menuju sofa. Meta masih terlelap dengan peluh yang menetes di kening nya, alis nya pun mengerut seolah sedang menahan sakit.
Tangan Devano terulur menyentuh kening perempuan itu, "Panas." Ujar nya.
Devano segera bergegas menuju dapur menyiapkan air dingin di baskom dan handuk kecil.
"Kenapa lo bisa sakit?" Tanya Devano setelah Meta membuka mata nya.
"Kamu udah pulang."
"Menurut lo!?" Balas nya dengan nada dingin.
Meta bangun dari tidur nya namun di cegah lebih dulu oleh Devano. "Mau kemana lo!?"
"Kamu pasti belum makan, aku mau siapin makanan dulu."
Devano menarik pergelangan tangan Meta membuat perempuan itu jatuh di atas pangkuan Devano. "Kalau lo gak mau gue apa-apa in, nurut. Ngerti!?" Ucap nya dengan wajah yang sangat dekat.
Devano sempat terpana dengan wajah mulus dan cantik Meta. Jika di lihat-lihat dengan teliti gadis ini memang sangat cantik pantas saja Marcel sangat tergila-gila dengan nya.
Devano berdehem untuk menghilang kan rasa grogi nya. "Gue udah kenyang, jadi, lo tidur lagi aja." Ucap Devano lalu bangkit dari duduk nya berjalan menuju kamar.
Devano memegang dada nya yang gemuruh, rasa ini, Devano sangat paham. Dia bukan lagi remaja polos yang baru berinteraksi dengan perempuan.
Hela'an nafas keluar dari bibir nya, lalu merebahkan tubuh nya di atas kasur. "Masalah baru aja selesai, jangan lagi ada masalah yang terjadi." Ucap nya.
Devano memejam kan mata nya air mata nya keluar dengan begitu saja tanpa diri nya minta. masalah nya terlalu ribet, lelaki itu sedang di posisi yang tak mungkin harus memilih salah satu nya.
Ini bukan lelah nya perjalanan dari kota satu ke kota lain, tapi ini soal hati.
"Kamu bisa aja kan? Nolak semua nya, kenapa harus kamu yang bertanggung jawab Dev."
"Dia mengandung anak ku, jadi sudah semesti nya aku bertanggung jawab. Aku memang brandal. Tapi anak itu tak mengerti apa-apa, anak itu tak memiliki dosa."
"Gugurin lalu ceraikan dia, atau kita putus."
"Kamu jangan egois. Tolong mengerti sedikit saja tentang aku, jangan semakin membuat runyam masalah."
"Ini masalah kamu, bukan masalah aku."
Ini benar-benar rumit, gadis itu terlalu egois. Bagaimana mungkin bisa Devano membunuh anak kandung nya sendiri yang sedang tumbuh di rahim seorang perempuan.
Meta sangat baik, bahkan perempuan itu selalu terlihat tegar meskipun Devano memperlakukan nya dengan tak baik.
•••••••
Suara kelontengan di dapur terdengar dengan merdu nya, Devano keluar dari kamar dengan pakaian santai rambut nya pun masih basah.
Devano berjalan mendekat kearah Meta yang sedang sibuk menyiapkan beberapa makanan, tangan kanan Devano menggenggam lengan Meta membuat perempuan itu menoleh lalu menghadap kearah Devano dengan wajah yang saling dekat hingga deru nafas Devano menyapu wajah nya, wangi mint dari nafas nya membuat Meta gugup.
Tangan kiri Devano terulur lalu menempel di kening istri nya. "Udah gak demam kan?" Meta mengangguk sebagai jawaban.
"Bagus lah." Ujar nya, "hari ini lo gak ada kelas kan?"
"Gak ada," Jawab Meta setelah kedua nya duduk di kursi meja makan.
"Gak usah kemana-mana, istirahat aja di rumah. Nanti akan ada dokter yang dateng."
Lelaki itu memang sangat cuek bahkan sangat tertutup pada nya, tapi Meta yakin, ada suatu hal yang membuat nya seperti itu.
Bahagialah wanita itu yang bisa di cintai Devano, pasti lelaki itu sangat memperhatikan dan melindungi nya tidak seperti Devano kepada Meta yang seolah acuh.
Meta memang istri nya, tapi tidak memiliki cinta nya. Tapi tak apa jika Devano belum bisa mencintai nya setidak nya lelaki itu sangat memperhatikan anak yang masih ada dalam kandungan nya.
Entah seperti apa nanti nya nasib Meta, yang terpenting saat ini adalah kebaikan untuk anak nya. Dan Meta juga tidak mau memikirkan hal-hal yang buruk tentang Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDAL IS MY HUSBAND
RomanceHidup tanpa aturan, tawuran, berantem, menikah di usia remaja. Dari semua hal buruk yang dia lakukan justru membuat seseorang yang menatap nya dari jauh semakin mencintainya, tak perduli sedalam apa luka yang dia berikan. "Aku tahu, kamu baik. Hany...