Baik Devano maupun Alex dan Bima sama-sama diam, dengan Devano duduk santai dengan sebatang rokok di tangan nya, sedangkan Alex cowok itu menyandarkan kepala nya mengadah keatas langit yang sudah menghitam, Bima, ah. Cowok itu mondar-mandir dengan jari mengetuk beberapa kali di dagu nya.
"Bokong lo bisulan apa gimana Bim?" Tanya Devano.
"Kaga, lah. Kenapa?"
"Duduk Bima, lo tambah bikin gue makin pusing tau gak!?" Imbuh Alex.
Akhirnya Bima ikut duduk di sebelah Devano lalu membuka layar ponsel nya, beberapa hari terakhir Bima lebih sering aktif di media sosial entahlah, katanya, hanya cara itu yang bisa mengalihkan dirinya dari game.
Mata Devano memicing saat Bima menscrol kebawah layar nya menampilkan sosok cewek yang tak asing untuk nya.
"Stop! Bim!" Teriak Devano, membuat nya terkejut dan juga Alex yang langsung beranjak dari duduk nya menjadi lebih dekat dengan mereka.
"Apa an sih, anjir! Kaget gue."
"Lo kenal sama cewe ini?" Tanya Devano.
"Kenal, emang kenapa? Wah...! Jangan bilang kalau lo suka sama nih, cewek."
Alex hanya diam mengamati kedua teman nya itu, benar feeling nya kalau Devano pasti sudah memiliki rencana lain agar strategi nya untuk menyerang Marcel bisa mulus.
"Mendingan jangan deh Dev, nih, cewek. Galak nya bweh...! Ampun deh. gak tersentuh sama cowok manapun."
"Kok lo tahu banyak tentang dia?" Kali ini Alex yang bersuara.
"Ya kenal lah, orang gue juga sempat naksir sama nih cewek cuma, nyali gue ciut. Dia galak banget."
Devano kembali menyandarkan punggung nya di sandaran kursi, jadi cewek itu tidak cukup terkenal tapi banyak cowok yang ngejar. Pantas, Marcel begitu kekeuh menjadikan nya sebagai kekasih.
"Gue bisa ngancurin lo lewat cewek itu." Ujar nya pelan, tapi masih mampu di dengar oleh Bima dan Alex.
"Jangan bilang nih, cewek yang udah nolak Marcel." Devano mengedikkan bahu nya, tidak meng-iyakan tidak juga bilang tidak.
Meta terus saja mengomel di kamar nya, bagaimana tidak. Mamah nya meminta Mercel untuk menjaga Meta di rumah nya karena Mamah nya yang akan pergi keluar kota bersama suami barunya yang juga Papah nya Marcel."Meta! Buka, gue mau ngomong baik-baik sama lo."
"Gue gak butuh omongan baik dari mulut lo brengsek!" Balas Meta.
"Jangan bikin gue makin marah Met."
Meta tidak menghiraukan ancaman Marcel, dia memang terlihat berani tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia juga memiliki rasa takut yang berlebih.
"Gue dobrak yah!"
"Berani lo dobrak pintu kamar gue, gue bunuh lo!!" Teriak Meta dari dalam kamar.
Marcel berdecak karena kesal, Marcel benar-benar mencintai gadis ini, hanya saja memang ada kesalahan yang membuat gadis itu menjadi garang dan menjauh dari nya.
Marcel kalang kabut saat mengetahui Papah nya akan menikahi seorang janda yang memiliki anak seumuran dengan nya, saat acara akad akan berlangsung baik Marcel maupun Meta sama-sama menganga kaget, ternyata gadis yang di cintainya akan menjadi adik tirinya, kenyataan itu yang membuat Marcel menjadi memiliki jalan pintas untuk mendapatkan Meta, walaupun, rencananya gagal karena Meta yang menyerang nya membabi-buta.
Meta keluar dari kamar nya dengan pakaian rapi, celana jeans hitam yang di padukan dengan kemeja kebesaran, tak lupa juga tas gendong besar di punggung nya.
"Meta!" Panggil Marcel, tapi yang di panggil berlalu begitu saja tak menghiraukan panggilan Marcel.
Marcel berusaha menggapai tangan Meta namun langsung di tepis begitu saja oleh gadis itu.
"Jangan sentuh gue!" Bentak nya.
"Meta, lo mau kemana?"
"Bukan urusan lo."
Meta berjalan sedikit berlari menghindari Marcel yang terus mengejarnya. Meta tidak mau kejadian beberapa bulan lalu akan terjadi lagi kepada nya.
Meta menyebrang jalan yang lumayan sepi sampai tiba-tiba ada sebuah motor sport yang melintas di depan nya, hampir saja jika si_pengendara tidak mengerem nya mungkin kecelakaan akan terjadi.
"Mata lo buta yah!? Nyebrang jalan gak liat-liat!!" Bentak Devano, setelah membuka helm full face nya.
Meta yang tadi menutup telinga nya menunduk, mengangkat wajah nya menjadi menatap wajah Devano, tatapan tajam, rahang yang tegas, badan yang berotot, dan jaket hitam yang melindungi tubuh nya. Membuat Meta tak bisa mengedipkan mata nya karena kagum, dia baru sadar kalau ada cowok yang sesempurna Devano.
Devano terus menatap nya tajam, dia sebenarnya cukup terkejut saat tahu siapa cewek yang hampir saja dia tabrak.
"Ini kan, cewek itu."
"Lo ngapain sih!? Kalau mau bunuh diri gak usah ngelibatin orang." Ucap Devano dengan nada tajam.
Meta menunduk malu, ini kali pertama dirinya merasa lemah di depan cowok.
"Lo budeg, yah!?"
"Maaf, tadi...."
"Rese, lo! Buang-buang waktu gue aja." Ucap Devano lalu kembali ke motor nya dan meninggalkan Meta yang masih berdiri menatap punggung tegap Devano yang semakin menjauh dari nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDAL IS MY HUSBAND
RomanceHidup tanpa aturan, tawuran, berantem, menikah di usia remaja. Dari semua hal buruk yang dia lakukan justru membuat seseorang yang menatap nya dari jauh semakin mencintainya, tak perduli sedalam apa luka yang dia berikan. "Aku tahu, kamu baik. Hany...