PART 21

353 11 0
                                    

Langkah nya terlalu lebar, terlalu menjauh, terlalu sulit untuk ku menyamai langkah lebar dengan kaki mungil ku.

Mimpi nya terlalu tinggi, angan nya terlalu jauh, mengartikan sebuah perasaan membuat ku semakin terjatuh untuk sakit.

Aku hanya selembar kotor untuk story kisah mu yang kelam, aku hanya segelintir debu yang menganggu pandangan jauh mu. Raga mu milik ku, namun tidak dengan hati dan jiwamu.

Meta, wanita itu selalu menjadi beban dan angan buruk bagi Devano, terkadang menghargai segala perbuatan baik nya membuat lelaki jangkung itu merasa salah. Merasa salah dengan apa yang dia lakukan kepadanya.

Menerima nya dengan baik itu saja sangat sulit baginya, pernikahan nya memang tidak dia inginkan, namun harapan besar yang ada di diri Meta menjadi alasan terberat buat hidup seorang Devano.

"Apa yang mau lo tanya sama gue?" Tanya Devano dengan posisi duduk menatap tajam kearah Meta.

Meta menghela nafasnya dalam, "Ceraikan aku setelah anak ini lahir." Ujar Meta dengan bibir bergetar menahan tangis.

Devano terdiam, ini yang sangat di takutkan baginya. Pernikahan bukanlah sebuah permainan, pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidupnya.

"Gak ada kata lain selain itu,"

Meta memberanikan diri menatap dalam kearah Devano yang juga tengah menatapnya.

"Aku sudah mencintai mu sedalam ini Dev, aku takut rasa sakit nya semakin menjadi, aku takut jika suatu saat nanti aku akan membencimu lebih dari hari ini." Ucap Meta.

Devano mengepalkan tangan nya di atas sofa, ada rasa sesak yang dia rasakan. Ada rasa menyesal telah membuat wanita satu ini menjadi hancur. Namun ada benarnya jika pernikahan ini terus berlanjut akan ada pihak yang semakin sakit.

"Apa ini tentang Felli?" Tanya Devano.

"Menurut kamu?" Tanya Meta, namun sebelum Devano menjawab sudah lebih dulu Meta berucap, "tidak akan ada wanita yang kuat Dev, melihat lelaki nya bersama wanita lain."

Benar. Semampu dan sekuat apapun hati manusia akan hancur melihat seseorang yang dia anggap sumber bahagia nya bersama hati yang lain.

Jujur, ini percakapan terpanjang buat Meta bersama Devano. Ini momen yang paling Meta tunggu, mengungkapkan segala apa yang dia rasa.

Hamil muda karena hormon membuat emosi Meta menjadi sangat lemah, bahkan sangat rapuh.

"Istirahat, aku akan tidur di rumah Bima." Ujar Devano keluar dari rumah.

Percakapan nya dengan Meta sudah sangat tidak sehat. Devano khawatir akan kesehatan wanita itu, mengingat ada calon anak nya yang harus dia jaga.

___

Malam telah larut, sudah berganti dengan pagi yang sangat cerah. Kening Meta mengerut, mengingat lelaki itu semalam berpamitan akan tidur di rumah Bima. Namun pagi ini Meta terkejut dengan sosok Devano yang masih terlelap di sofa ruang keluarga.

Meta berjalan perlahan mendekat kearah Devano, lalu melepaskan sepatu yang masih menempel pada kaki lelaki itu dengan pelan. Setelah nya mata Meta tak bisa teralihkan dengan wakah damai suami nya yang tengah terlelap, dia sangat tampan, wajar saja jika Felli sangat tidak rela Devano menikah dengan dirinya.

Meta yang dengan posisi jongkok dengan jarak tak terlalu jauh dari wajah Devano tersadar bahwa lelaki itu hanya di titipkan Tuhan untuk mengisi cerita hidup nya saja tidak untuk menemani hidup nya.

Meta yang hendak bangkit dari posisi nya kaget, karena lengan nya di tarik oleh Devano dengan cara tiba-tiba.

Membuat posisi Meta terhuyung dan menjatuhkan tubuh nya di atas tubuh Devano. Matanya saling pandang, iya, lelaki itu sudah bangun dan saat ini tengah menatap nya dengan serius nya.

Jarak wajah nya hanya beberapa senti saja, bahkan deru nafas Devano sangat terasa di wajah Meta.

"Terimakasih sudah mencintai ku sedalam ini Ta," Ujar Devano.

Tanpa aba-aba tiba-tiba saja Devano menempelkan bibirnya dengan bibir Meta, ini ciuman pertama nya dengan Meta setelah kejadian itu.

Devano sadar dengan apa yang dia lakukan, rasanya wajar bukan, dia lelaki normal, dia suami sah nya.

Meta yang terkejut dengan apa yang Devano lakukan memejamkan mata nya. Ciuman ini berbeda dengan waktu itu, ini penuh dengan arti dan emosional.

Lumatan nya pelan, seakan ciuman itu ungkapan bahwa ada ikatan dan tali kasih di antara kedua nya. Seakan hidup keduanya tidak akan ada yang memisahkan.

Devano berhenti mencium Meta lalu menatap wajah Meta yang sudah menunduk dan memerah. "Jangan pergi dari hidup ku Ta, perjalanan pernikahan kita masih hanya dengan judul belum dengan tulisan penuh di tiap lembaran nya." Ujar Devano.

Meta menangis, apa ini artinya lelaki itu tak ingin berpisah dengan nya?

Baru saja Meta akan berucap jari Devano sudha lebih dulu menempel pada bibir Meta. "Tidak ada penolakan, tidak ada kata tapi."

____

Setelah kejadian tadi pagi, sudah sangat jelas jika Meta sangat gugup jika bertemu dengan Devano.

"Ini sarapan kamu," Ujar Meta setelah menaruh dua lembar roti di atas piring Devano.

"Hem." Balas Devano.

"Hari ini aku pulang malam, ada acara di rumah Bima."

Meta mengangguk sebagai jawaban, Devano menaikkan satu alis nya.

"Kenapa?" Tanya nya.

Meta menatap kearah Devano. "Kenapa apa nya?"

"Lo sakit?"

"Gak."

"Kalau butuh sesuatu bilang."

"Hem, iya."

"Felli juga datang ke acaranya Bima, otomatis aku akan pergi dengan nya."

Wow. Sungguh lelaki di depan nya sangat tidak memiliki perasaan, tidak bisakah diam, dan tidak memperjelas dengan siapa dia akan pergi.

"Hari ini, aku ada jadwal dengan dokter kandungan. Terserah kamu, memilih pergi dengan kekasih mu atau dengan ku." Meta kali ini sungguh berani membalas ucapan Devano.

"Pergi dengan siapa?"

Meta mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.

Sepanjang perjalanan hati nya begejolak tak nyaman, padahal di samping nya ada Felli, gadis yang sangat dia cintai. Pikiran nya berlarian dengan Meta yang pergi kedokter kandungan sendiri.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Felli.

Devano tersenyum kearah Felli lalu menggeleng. Felli sudah sanggat tahu jika kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Mikirin wanita itu?"

"Sudahlah, jangan bahas yang tidak-tidak aku sedang tidak ingin berdebat dengan mu." Dalih Devano.

"Baiklah, aku harap kamu sedang tidak memikirkan nya."

Sudah di pastikan jika Devano sedang tidak nyaman dengan nya, Felli mencoba menggemgam jari Devano lalu tersenyum kearah nya.

"Aku sayang banget sama kamu Dev." Ucap nya.

Devano merasa aneh mendengar ucapan Felli, ada rasa yang tak biasa yang dia rasa.

"Kenapa gak langsung jawab, biasa nya kamu akan langsung jawab kalau aku bilang sayang sama kamu." Protes Felli.

"Hem..., iya, aku juga sayang sama kamu."

Felli melepas genggam tangan nya lalu mengalihkan pandangan nya ke jendela luar mobil.

"Selesaikan dulu masalah rumah tangga mu baru menemui ku Dev."

                     _________&_______

BRANDAL IS MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang