Hari ini Meta masuk kedalam kelas nya dengan mata yang sendu, sangat kentara kalau dia sedang tidak baik-baik saja.
"Ta, lo sakit yah?" Tanya Vanes.
Meta tersenyum dengan terpaksa lalu menggeleng, "Gak kok, gue baik-baik aja."
Tapi bukan Vanes namanya kalau dia percaya begitu saja, Vanes sangat yakin kalau sahabat nya itu sedang berada dalam masalah.
"Kalau ada apa-apa cerita aja."
"Iya Van, tapi gue baik-baik aja. Semalam kurang tidur aja karena nonton sampe pagi jadi gini deh." Bantah nya berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
Bukan Meta tidak mau cerita, hanya saja Meta takut kalau nanti Vanes akan merasa jijik memiliki teman yang sudah rusak seperti dirinya.
2jam berlalu kelas pun selesai, Meta dan Vanes berjalan keluar kelas lalu saat di lorong dirinya tak sengaja berpapasan dengan Devano yang juga terlihat kaget.
"Van, gue ke perpustakaan dulu yah." Ucap Meta mencari alasan.
"Tapi...," Belum juga Vanes menyelesaikan ucapan nya Meta sudah lebih dulu pergi meninggalkan nya.
Devano dan teman-temannya mendekat kearah Vanes, Alex langsung memeluk pundak Vanes yang masih menatap kepergian Meta.
"Kenapa?" Tanya Alex.
"Gak tahu, sejak pagi tadi Meta aneh banget, banyak bengong terus jadi pendiam gak kaya biasa nya." Ujar Vanes.
Devano yang memasukkan kedua tangan nya di saku hoddy hitam yang dia kenakan pun saat ini mengalihkan pandangan nya kearah Vanes.
"Temen lo mau kemana?" Tanya nya, membuat Vanes dan kedua sahabat Devano pun ikut bingung, untuk apa Devano mempertanyakan keberadaan Meta.
"Perpus," Jawab Vanes.
Devano langsung berjalan menuju perpustakaan kampus nya, cowok itu mencari di setiap sudut ruangan itu, namun dia belum menemukan wanita itu.
Saat Devano melangkah di rak terakhir dia menemukan seseorang yang dirinya cari, lalu ikut duduk lesehan di lantai menghadap gadis itu.
Meta masih belum menyadari kehadiran Devano, mata nya masih memandang kosong kearah luar jendela.
"Sorry, gue udah bilang sama lo untuk jangan mendekat, tapi lo bandel, bukan nya dengerin omongan gue malah lo sok peduli sama hidup gue." Ujar Devano.
Meta menoleh kearah Devano setitik air mata membasahi pipi nya.
"Masa depan gue udah hancur, gue gak tahu lagi apa yang harus gue lakuin sekarang." Balas Meta.
"Gak usah berlebihan," Balas Devano.
"Gak ada yang berlebihan Dev, kamu udah ngelakuin itu ke aku semalam."
"Kan gue udah bilang, jangan deket-deket dan biarin gue sendiri."
"Tapi aku peduli sama kamu, apa tega, aku biarin kamu berkendara dalam kondisi seperti itu. Aku juga gak ingin ini terjadi Dev, aku juga masih ingin menata masa depan ku lebih baik." Ujar Meta dengan pipi yang sudah basah karena air mata.
Obrolan kedua nya di dengar oleh seseorang yang semalam sudah menjebak Devano, sehingga membuat mereka terjebak dalam kondisi seperti sekarang, Marcel. Cowok itu mengepalkan tangan nya, kenapa rencana nya harus gagal. Dan kenapa harus Meta gadis yang paling dia cinta.
"Bangsat!! Kenapa harus Meta." Maki nya dalam hati.
Devano berjalan dengan tenang menuju mobil nya, tangan nya yang hendak membuka pintu mobil di cekal oleh Mercel, belum juga menoleh Devano sudah lebih dulu dapat pukulan keras di rahang nya.
"Bangsat!! Berani lo nyentuh Meta gue." Geram Marcel dengan tangan yang mencengkram kuat leher baju Devano.
Devano merasakan nyeri di rahang nya tapi dia tahan. Lalu Devano mendorong tubuh Marcel menjadi di bawah kungkungan tubuh Devano.
"Cuih," Devano meludah karena merasa asin di bibirnya karena darah yang keluar akibat pukulan Marcel yang cukup keras, "jadi lo, yang sudah menjebak gue, hah!!" Bentak Devano.
"Yah, gue, kenapa?! Tadi nya gue pengin lo hancur, tapi malah lo yang hancurin cewek yang gue sayang. Bangsat!!" Maki Marcel.
Meta yang berdiri di belakang keduanya pun menegang, jadi ini semua ulah Marcel.
Alex, Bima, dan Vanes berlari melerai keduanya. Vanes merasa bingung, kenapa Meta menangis dan apa penyebab keduanya berantem, memang sih antara Marcel dan Devano keduanya memang tak pernah akur.
"Lo gila yah!? Gak ada kapok nya apa gimana? Masih aja cari masalah sama kita. " Ucap Bima, pada Marcel yang saat ini sedang menatap teduh kearah Meta.
"Meta? Gu-gue," Belum juga Marcel menyelesaikan ucapan nya Meta sudah lebih dulu melayangkan tamparan keras di pipi Marcel.
"Brengsek!!" Bentak Meta dengan nada begitu keras seolah menumpahkan semua kekesalan nya.
Devano memandang iba pada Meta, sedangkan beberapa yang melihat nya merasa bingung apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah menampar dan membentak cowok itu Meta berlari menjauh dari mereka. Vanes yang hendak mengejarnya pun di cekal oleh Alex.
"Meta butuh waktu." Ucap Alex.
Bima mendekat kearah Marcel yang menunduk sedangkan Devano menyandarkan tubuh nya di kap mobil.
"Gue gak tahu masalah apa yang membuat kalian berantem, dan membuat Meta semarah itu tapi gue akan bertindak sama kalian berdua kalau sampai ada apa-apa sama Meta." Ujar Bima dengan wajah serius lalu mendorong tubuh Devano masuk kedalam mobil nya, kunci mobil Devano di rampas oleh Bima mendorong Devano duduk di kursi penumpang sebelah kursi pengemudi.
Sepanjang jalan Devano terus saja memaki Marcel, dan sesekali menarik nafas nya lalu di keluarkan kasar seolah sedang menetralkan emosi nya.
"Gue gak tahu apa yang terjadi di antara kalian, tapi gue yakin. Lo gak mungkin sehancur ini kalau bukan masalah yang serius." Ucap Bima.
Devano memejamkan mata nya, Bima yang melirik kearah cowok itu pun sedikit tersentak saat tahu Devano sedang menangis.
Ini kali pertama selama Bima berteman dengan Devano melihat cowok itu menangis dan hancur seperti sekarang.
"Gue di jebak Bim, dan pelaku nya si bajingan itu." Ucap Devano dengan mata yang masih memejam.
"Di jebak gimana?" Tanya Bima mencoba tenang.
"Gue semalam ke bar, gue hancur Bim, saat tahu Nyokap gue mau pindah dan ninggalin gue sendiri di sini, tanpa gue sadari, ada bencana besar yang menanti gue di sana." Jelas Devano, biar pun tidak rinci tapi Bima sedikit mengerti arah kemana yang di bicarakan Devano.
"Jangan bilang kalau lo itu...." Ucap Bima dengan rahang yang sudah mengeras.
"Aaah!! Bangsat!!" Maki Bima memukul setir dengan keras.
"Gue dalam pengaruh alkohol dan obat itu, gue udah bilang sama cewek itu untuk tidak peduli sama gue. Tapi dia terus saja peduli sama gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDAL IS MY HUSBAND
RomanceHidup tanpa aturan, tawuran, berantem, menikah di usia remaja. Dari semua hal buruk yang dia lakukan justru membuat seseorang yang menatap nya dari jauh semakin mencintainya, tak perduli sedalam apa luka yang dia berikan. "Aku tahu, kamu baik. Hany...