Pukul 8.00 pagi, di perusahaan K-2 Props sudah menampakkan kesibukan. Renata sudah sibuk di ruangannya, menyusun berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pertemuan dengan investor nanti siang. Ini kerja sama penting bagi perusahaannya, dan kesempatan emas bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan multinasional sebesar Angkasa Grup.
Renata memeriksa laporan-laporan yang masuk dari berbagai divisi sebelum diserahkan pada CEOnya. Ia memencet tombol interkom. " Meita, laporan keuangan sudah kau revisi?" ia bertanya pada anak buahnya.
"Sudah Ren. Sebentar kuantar ke mejamu," jawab Meita.
Sebentar kemudian Meita sudah sampai ke meja Renata menyerahkan laporan yang sudah direvisinya. Renata memeriksanya dengan teliti kemudian mengangguk puas.
Renata mengetuk ruang CEO, melangkah masuk setelah mendapat ijin.
"Laporan minggu ini Pak," katanya sambil meletakkan berkas-berkas yang dibawanya di atas meja atasannya.
"Hmmm," gumam pria yang ada di balik meja itu. Kevandra Arga Maulana, CEOnya.
Seorang pria mirip Kevandra masuk ke ruangan itu. Dia Kevindra, saudara kembar Kevandra. Mereka berdua mendirikan perusahaan ini empat tahun yang lalu dan ternyata berkembang pesat.
Mereka berdua adalah arsitek yang berbakat. Setelah lulus S-2 dalam usia 24 tahun mereka mendirikan perusahaan ini. Mereka merekrut Renata teman masa kecil mereka sebagai sekretaris. Mereka bertiga saling mengenal sejak kecil, dan gadis itulah satu-satunya yang bisa mereka percayai untuk membantu mereka di perusahaan. Benar saja, dengan bantuan Renata, perusahaan mereka maju pesat. Kedua arsitek itu sangat terbantu oleh gadis lulusan administrasi bisnis itu.
Renata bisa menangani banyak hal, dari reservasi restoran atau hotel untuk keperluan meeting, merencanakan berbagai pertemuan dengan klien, mengatasi surat-surat kontrak, hingga memesan bunga untuk kekasih mereka! Dan yang lebih mereka sukai, gadis itu bekerja tanpa banyak bicara. Juga tidak pernah bertanya seaneh apa pun permintaan mereka. Dengan sikap dingin dan wajah datarnya yang tanpa senyum, Renata menyelesaikan banyak persoalan di kantornya. Mereka berdua kadang lupa bahwa Renata adalah seorang gadis, bahkan seorang manusia.
"Kamu sudah bertemu CEO Angkasa Grup Ren?" tanya Kevindra. Dia lebih ekspresif dan hangat dibanding saudara kembarnya. Kevandra adalah seorang pria yang dingin, sebelas dua belas sikapnya dengan sekretarisnya.
Renata mengangguk.
"Bagaimana dia?" tanya Kevin lagi. "Kabarnya dia pria angkuh yang sulit tabiatnya."
Kevandra atau Andra menghentikan pekerjaannya, ikut menunggu jawaban sekretarisnya.
" Biasa saja. Seperti yang sudah kita ketahui dari majalah bisnis," jawab Renata. Raut kecewa memancar dari wajah Kevin. Tentu saja Renata tidak bisa mengatakan bahwa CEO Angkasa Grup menerimanya dalam keadaan shirtless sehabis berenang. Ia akan sangat malu. Mengingatnya saja membuatnya jengah.
♤♤♤
Sebuah Maybach S650 warna hitam memasuki halaman gedung kantor K-2 Props. Seorang pria langsing berpakaian rapi keluar, membukakan pintu penumpang bagian belakang.
Seorang pria bertubuh tinggi, berwajah tampan dengan setelan mahal dan sepatu mengkilap turun. Rambutnya sekarang disisir rapi. Semua orang yang ada di lobby, khususnya kaum wanita, menatapnya kagum. Pemilik perusahaan tempat mereka bekerja ini saja sudah sangat tampan, tapi pria ini lebih tampan dan berkarisma.
Seorang resepsionis yang memang sudah diberi tugas oleh Renata, mengantarkan mereka ke ruang meeting di lantai 9 gedung itu. Tentu saja ini menjadi rejeki nomplok bagi resepsionis itu, bisa mengantarkan seorang tamu penting perusahaan. Tampan pula! Meskipun sebenarnya para tamunya tak meliriknya sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
FanfictionSeumur hidupku, aku hanya mengenal luka. Luka karena tidak diinginkan, luka karena diabaikan. Luka pertama ditorehkan oleh orang terdekatku, ayah dan bundaku....