Pesta baru usai lewat tengah malam. Untunglah Renata tidak berubah jadi Upik Abu seperti yang ditakutkannya.
Wisnu mengantarnya sampai ke kamarnya.
“Istirahatlah. Besok kau harus bangun pagi-pagi sekali. Aku akan membawamu ke Kaikote,” kata Wisnu. Renata ingin bertanya tempat apa Kaikote itu tapi ia terlalu lelah. “Selamat malam Renata.” Ia menaruh tangannya di puncak kepala Renata sebentar, lalu beranjak pergi.
Renata segera membersihkan riasannya, berganti pakaian lalu tidur.
Mimpi Renata terganggu oleh ketukan di pintu kamarnya.
Tampak Mandy bersama seorang pelayan membawakan sarapan untuknya.
“Sarapan Anda Nona,” kata Mandy. Renata melirik jam dinding di kamarnya, sudah pukul delapan rupanya. “Tuan Wisnu akan menjemput pukul 10,” lanjutnya. Renata merasa menjadi seorang bos yang sedang mendengarkan sekretarisnya membacakan jadwalnya hari itu. Begini ya perasaan Andra tiap hari?
Renata menghabiskan sarapannya, mandi, lalu bersiap-siap. Pukul sepuluh tepat pintu kamarnya diketuk. Kali ini bukan Billy atau Mandy yang muncul, tapi Wisnu sendiri.
“Oh!” seru Renata sambil mengangkat alisnya.
“Oh? Sambutan macam apa itu?” cela Wisnu sambil menyentil dahinya pelan.
“Biasanya Billy atau Mandy yang datang,” sahutnya seraya mengusap-usap dahinya.
“Ck! Jadi kau tidak mengharapkan kedatanganku?” Wisnu merajuk.
“Bukan begitu.” Mereka sedang berada di lift sekarang. “Aku tahu kau sibuk. Lagi pula mereka bilang, mereka yang akan mengurusku selama di sini.”
“Hari ini kesibukanku adalah menemanimu,” sahut Wisnu.
Renata memutuskan untuk tidak memikirkan perkataan Wisnu. Nikmati saja semuanya, tidak usah baper.
Ternyata Billy dan Mandy sudah menunggu mereka di depan mobil diparkir. Sebuah mobil mewah. Renata membatin, Wisnu pasti akan gatal-gatal bila diajak naik austin kesayangannya. Semua mobilnya adalah mobil mewah dengan harga yang digitnya tak akan cukup masuk dalam otak Renata.
Wisnu membukakan pintu mobil untuknya, kemudian ia sendiri masuk dari sisi pintu yang dibukakan oleh Billy. Billy memegang kemudi dengan Mandy yang duduk di sampingnya.
“Apa itu Kaikote?” tanya Renata.
“Lokasi pembuatan film The Lords of The Ring,” jawab Wisnu. “Banyak film dibuat di negara ini. Seperti The Hobbit, Narnia, Kingkong, dan banyak lagi. Kali ini kita ke Kaikote. Itu yang paling dekat dari Wellington. Nanti malam kau pulang. Aku tak ingin kamu kelelahan. Lain kali kalau ada lebih banyak waktu, aku akan mengajakmu ke tempat lainnya.”
Renata termenung. Apakah ada lain kali?
Mereka tiba di Kaikote dalam 40 menit. Renata disuguhi pemandangan alam yang memanjakan mata. Mereka berjalan-jalan berdua. Billy dan Mandy hanya menunggu di dekat pintu masuk. Ada banyak wisatawan karena hari ini hari Minggu.
Renata mengambil banyak gambar dengan kameranya. Untung ia membawa kameranya, meskipun bukan kameranya yang terbaik. Jika tahu akan diajak ke tempat seindah ini, ia pasti akan membawa kameranya lengkap dengan lensa-lensanya yang bermacam-macam itu.
Renata begitu terpesona. Ia melihat danau dan sungai yang sangat jernih airnya. Gunung-gunung dengan berbagai pohon yang kelihatannya sudah berumur puluhan atau bahkan ratusan tahun.
Wisnu hanya mengikutinya. Renata agak melupakannya. Tapi tidak apa-apa. Ia senang melihat gadis itu begitu antusias.
“Senang?” tanya Wisnu. Mereka sedang berada di sebuah restoran di Upper Hutt, menunggu pesanan mereka datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
FanfictionSeumur hidupku, aku hanya mengenal luka. Luka karena tidak diinginkan, luka karena diabaikan. Luka pertama ditorehkan oleh orang terdekatku, ayah dan bundaku....