Bab 13

246 26 0
                                    

Renata terbangun dengan perasaan terkejut karena berada di tempat asing. Setelah beberapa saat baru ia menyadari di mana ia berada.

Baru saja selesai membersihkan diri, Mandy datang bersama dua orang wanita yang membawa koper yang cukup besar. Mereka diperkenalkan sebagai penata rias dan penata busana.

Lagi-lagi ia melongo. Hidup apa yang sedang dijalaninya ini? Jika ia menceritakan ini pada teman-temannya, tak akan ada yang percaya. Bahkan Jovanka pun pasti tak percaya.

Ia dirias dengan sangat teliti. Hasilnya, ia seperti tak memakai riasan, tapi wajahnya terlihat cerah dan bercahaya.  

Rambutnya ditata menjadi gelung yang agak berantakan tapi indah. Beberapa helai rambutnya yang semula lurus dibuat ikal dan dibiarkan menjuntai.

Gaun pemberian  Wisnu yang dikenakannya tampak begitu pas di tubuhnya. Warnanya merah terbuat dari bahan satin silk. Bagian leher berpotongan rendah namun tidak sampai memperlihatkan asetnya. Bagian depan gaunnya model draperi dari dada hingga perut,  panjang hingga mata kaki dan tanpa lengan. Sepatunya juga tampak cantik di kakinya.

Penata busana itu membuka sebuah kotak perhiasan dan memakaikannya sepasang anting dan gelang. Tadinya ia akan memakai kalung juga, tapi penata busana itu mengatakan bahwa sebaiknya lehernya tidak memakai apa-apa.

Tepat sebelum pukul delapan, Billy datang ke kamarnya, siap mengantarnya ke ballroom tempat gala dinner itu berlangsung.

Dengan bimbingan Billy, ia berjalan pelan-pelan dan  hati-hati.

Dari kejauhan ia sudah bisa melihat banyak tamu berdatangan. Kelihatan sekali bahwa mereka semua dari kalangan atas. Renata merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia mulai dilanda kecemasan.

Ini bukan levelnya. Ia tak seharusnya berada di sini. Renata merasa rendah diri.

Tak sadar ia menghentikan langkahnya. Billy ikut berhenti.

“Mari Nona,” katanya dengan suara pelan. “Tuan sudah menunggu Anda.”

Renata menatap Billy tak yakin. Tak mungkin kan bila Wisnu menunggunya? Memangnya siapa dia?

Renata masih diam di tempatnya. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat suasana di dalam ballroom. Ia juga bisa melihat Wisnu yang sedang menyambut tamu-tamunya. Di sebelahnya ada Diana yang turut menyambut tamu dengan penampilan cantiknya yang glamor. Renata merasa lusuh.

Didengarnya bel berbunyi 8 kali. Ia sedikit terjenggit kaget. Pikiran-pikiran konyolnya mulai bermunculan memenuhi otak cantiknya yang kadang absurd.

Ini jam dua belas malam. Bajunya akan berubah jadi rombeng. Billy berubah jadi kadal. Ia harus segera pergi jika tak ingin Sang Pangeran melihat perubahannya. Itu akan sangat memalukan. Seperti pesan ibu peri, ia harus segera pergi sebelum keretanya berubah kembali jadi labu dan kuda-kudanya berubah menjadi tikus.

Suara halus Billy menghempaskannya kembali pada kenyataan. Ia tidak naik kereta, tapi turun dengan lift dari lantai 30, jadi tidak akan ada yang berubah jadi labu. Diliriknya Billy dengan penampilannya yang elegan. Tak mungkin dia berubah jadi kadal.

“Nona, mari saya antar Anda masuk.”

Renata menarik nafas lewat hidung dan menghembuskannya lewat mulut untuk menenangkan diri.

Dengan kepercayaan diri yang masih tercecer di sana-sini ia memberanikan diri melanjutkan langkahnya.

Di pintu ruangan ballroom ia kembali berhenti. Billy hanya mengantarnya sampai sini. Ia tak tahu harus melakukan apa. Biasanya ia tahu apa yang harus dilakukan. Tapi ini gala dinner kalangan atas! Bukan levelnya. Keraguan makin menyelimuti hatinya. Perasaan bahwa ini bukan tempatnya kembali melanda.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang