Bab 10

270 26 0
                                    

“Aku kangen Ren,” bisik Andra. Mata Renata melebar.

“Iya. Sekarang lepas ya,” katanya seraya mencoba mengurai pelukan Andra.

“Sebentar, aku masih kangen,” bisik Andra lagi.

Saat itu Kevin masuk ke ruangan itu dan terkejut melihat Andra sedang memeluk Renata. Ia berpandangan dengan Renata yang kebetulan menoleh karena mendengar dia masuk.

Kevin memandang Renata, bertanya dengan matanya. Namun Renata hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah bingung.

Menyadari kehadiran Kevin, Andra melepas pelukannya.

“Ada apa sih? Main teletubbies?” tanya Kevin.

Renata hanya mengangkat bahu. Sedang Andra kembali ke mode kaku dan dinginnya.

Untuk meredakan kecanggungan, Renata meraih ipadnya dan membacakan jadwal Andra dan Kevin.

“Nanti jam dua siang pertemuan dengan wakil dari Angkasa Grup. Sesudah itu tidak ada jadwal rapat dan pertemuan. Tapi jam enam petang Andra berjanji mengantar Ratih ke dokter Prima,” ujar Renata.

Andra dan Kevin mengangguk. Renata berbalik hendak berlalu.

“Jangan lupa daftarkan Ratih ke dokter Prima. Biar kami tidak terlalu lama menunggu,” ujar Andra sebelum Renata berlalu.

“Baik.”

Kevin hanya memutar malas bola matanya.

Sore itu Andra mengantar istrinya mengunjungi dokter Prima, seorang dokter kulit. Ratih rutin datang untuk menjaga kecantikannya.

Tempat praktik dokter Prima sebenarnya adalah sebuah klinik kecantikan. Di gedung itu juga ada spa dan salon kecantikan menjadi satu. Sejak berhubungan dengan Andra, Ratih menjadi pasien tetap dokter Prima dan Andra setia menemaninya.

Sambil menunggu, mereka bercakap-cakap.

“Sayang, boleh aku bekerja? Aku merasa bosan di rumah,” rengek Ratih. Ratih sebenarnya juga seorang sekretaris di perusahaan lain. Dia dan Andra pertama kali bertemu dalam suatu pertemuan bisnis. Ratih sedang menemani atasannya saat itu. Seminggu sebelum menikah ia berhenti bekerja.

“Kamu mau bekerja apa?” tanya Andra.

“Kalau ada lowongan jadi sekretaris, aku akan melamar,” jawab Ratih.

“Lebih baik kamu kerja di perusahaan kita,” kata Andra datar.

“Apa ada lowongan?” Ratih tampak bersemangat.

“Itu bisa diatur. Aku akan bicara pada Renata untuk mencarikan posisi yang tepat untukmu di perusahaan,” jawab Andra lagi.

Ratih tersenyum senang. Wanita cantik itu mengecup bibir suaminya. Andra hanya membalas dengan senyum miring. Ratih cemberut mendapati reaksi suaminya tak seperti yang diharapkan.

♤♤♤

Jauh di negara tetangga, dalam suatu gedung pencakar langit, seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya. Di depannya duduk asistennya sedang memberikan laporan.

Wisnu Angkasa Wirawan sedang mempertimbangkan mempekerjakan seorang desainer interior baru untuk proyek terbarunya. Pilihannya saat ini jatuh pada seorang desainer yang sedang tidak bergabung dengan perusahaan mana pun. Profil desainer itu pernah muncul di sebuah majalah desain. Seorang wanita setengah baya berusia 48 tahun. Jika melihat portofolionya, sudah banyak karyanya dipakai di hotel-hotel maupun rumah-rumah mewah.

Seperti biasa Wisnu memerintahkan asistennya untuk menyelidiki mereka yang akan bekerja padanya. Kini ia sedang mendengarkan laporan Kenan sebelum bertemu langsung dengan yang bersangkutan.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang