Bab 17

243 29 1
                                    

Renata memandang majalah yang dipegangnya tak percaya. Beberapa foto yang secara iseng dikirimkannya beberapa hari yang lalu diterima dan dimuat di majalah itu. Hebatnya itu majalah terbitan luar negeri. Tadi ia menerima email pemberitahuan bahwa fotonya diterima. Ia senang sekali. Mimpinya semula untuk menjadi fotografer sedikit demi sedikit terwujud.

Renata membuka laptopnya dan melihat foto-foto hasil karyanya lagi. Ia mengirim lagi beberapa foto ke beberapa majalah. Ia merasa bersemangat.

Rumah dan mobilnya sudah terjual. Ini sudah dua bulan berlalu sejak ia berhenti dari kantornya.

Ia tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain dan keluar masuk desa. Ia sangat menikmati hidupnya. Ia berjumpa banyak orang dari berbagai kalangan. Ia makin sering mengirimkan karya-karya fotonya ke berbagai majalah dalam dan luar negeri. Kadang fotonya ditolak, kadang diterima. Ia mensyukuri semuanya.

Ia seringkali mengunjungi pameran-pameran foto untuk mengagumi karya-karya orang lain, mengikuti berbagai diskusi dan kadang mengikuti workshop. Semua untuk menambah pengetahuan dan ketrampilannya di bidang fotografi.

Sampai ia bertemu dengan seorang bernama Rachel, seorang pekerja kemanusiaan di bawah naungan PBB. Rachel yang berkebangsaan Denmark bekerja menyalurkan bantuan-bantuan kemanusiaan atas nama PBB kepada korban bencana alam atau pun korban perang.

Mereka cepat akrab. Renata jadi sering ikut Rachel bekerja dengan biaya sendiri. Ia ikut menyalurkan bantuan, dan bisa memotret di saat lain.

Ia pun jadi banyak mengenal sukarelawan lain dari berbagai bangsa. Kemampuannya berbicara menggunakan banyak bahasa asing membuatnya cepat akrab dengan mereka.

Di kala Renata sedang menikmati hidupnya, di belahan bumi lain ternyata ada yang merasa kehilangan.

Kedua mantan bos kembarnya berusaha mencarinya dan mengajaknya kembali bekerja. Hubungan Andra dengan istrinya juga tidak membaik.

Ratih tetap berpegang pada tuduhannya bahwa Andra telah berselingkuh dengan Renata. Tuduhan membabi buta dilontarkannya meskipun Johan membuktikan bahwa itu tidak benar. Johan menemukan undangan dari Wisnu untuk Renata di antara berkas-berkas yang ditinggalkan Renata. Bersama Kevin ia berusaha meluruskan berita yang tidak benar itu.

Kevin merasa bersalah karena tidak mengetahui gosip itu dari awal dan terlambat meredamnya. Semua terlambat. Renata sudah pergi.

Andra yang merasa bersalah menjadi semakin pendiam. Tubuhnya kurus tak terurus. Rumah tangganya semakin runyam karena Ratih tetap teguh pada tuduhannya dan Andra tak mau repot-repot menjelaskan. Ia merasa bersalah kepada Ratih dan Renata sekaligus karena telah salah menafsirkan perasaannya sendiri. Maka ketika Ratih meminta untuk bercerai, ia mengabulkannya.

Andra berusaha mencari jejak Renata, tapi gadis itu hilang seperti angin.

Di negara lain, seseorang juga baru mengetahui menghilangnya Renata. Saat itu Kenan membawa kembali hadiah yang semula hendak diberikan kepada Renata.

“Maaf Tuan, Nona Renata sudah tidak bekerja di sana . Kabarnya sudah dua bulan beliau mengundurkan diri,” lapor Kenan. Wisnu sangat terkejut.

Ia sangat menyesal karena sudah mengulur waktu. Seandainya ia menyatakan perasaannya saat di Wellington, mungkin ia tak akan kehilangan. Tapi waktu itu ia belum yakin akan perasaan Renata. Ia takut Renata menjauh jika tak mempunyai perasaan yang sama dengannya. Selama ini ia memutuskan mendekati gadis itu pelan-pelan dan tak ingin terlalu memaksanya. Namun kini ia menghilang.

“Selidiki dia! Temukan tempatnya bekerja. Temukan keluarganya atau teman-temannya. Apa pun yang memberi petunjuk keberadaannya, temukan!”

“Nona Renata bisa berada di mana saja. Rumah dan mobilnya sudah dijual.”

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang