“Run! Trap!” teriaknya.
Lalu suasana riuh oleh bunyi tembakan. Renata tidak menyadari dia lari ke arah mana. Dia baru sadar ketika seseorang menangkapnya dan membawanya berlindung. Dilihatnya Akio Watanabe menariknya, menyuruhnya berjongkok.
Mereka diam di tempat itu hingga keadaan kembali sunyi. Tidak ada orang yang muncul selain mereka. Beberapa orang yang menghampiri mereka adalah Albert Wu dan Jed beserta rombongannya.
“Renata, you’re bleeding!” seru Jed tiba-tiba.
Renata melihat pahanya mengeluarkan darah. Teman-temannya mengelilinginya. Anehnya dia merasa punggungnya juga panas dan sakit.
“Akio, please look at my back,” pintanya dengan suara lemah.
Akio memeluknya. “It’s ok, you’ll be alright.” Itu kalimat terakhir yang didengarnya sebelum semua gelap.
♤♤♤
Wisnu sedang makan malam bersama keluarga besarnya. Sesuatu yang cukup sering mereka lakukan sejak dulu. Biasanya mereka membicarakan banyak hal dalam kesempatan ini. Ini juga cara keluarganya tetap dekat satu sama lain.
Saat ini ia sedang berbincang dengan kakaknya satu-satunya, bernama Satya Angkasa Wirawan yang usianya hanya terpaut 3 tahun dengannya. Namun berbeda dengannya, Satya jarang muncul di hadapan publik. Dia juga sudah menikah dengan seorang teman sekolahnya dulu dan mereka sudah mempunyai dua anak laki-laki menjelang remaja. Ya, Satya menikah pada usia 21 tahun setelah menamatkan S-1nya.
“Bagaimana kabar gadismu? Kapan kau akan membawanya? Ayah dan ibu cukup terkejut mendengar berita tentang kau dan Diana,” tanya Satya.
“Dia minta waktu. Lagi pula dia sekarang sedang di Ethiopia,” jawab Wisnu. Satya dapat melihat mendung di wajah adiknya.
“Itu daerah konflik, mengapa kau ijinkan?!” tanya Satya lagi dengan keras. Ia heran, biasanya Wisnu sangat tegas melindungi orang-orang yang disayanginya. “Apa kau hanya main-main dengannya? Ingat, berapa umurmu sekarang?”
“Aku tidak main-main. Justru dialah yang paling kuinginkan. Tapi entahlah, aku tidak bisa membantahnya. Aku tidak sampai hati menolaknya. Sebenarnya aku kawatir, tapi mengingat apa yang sudah dialaminya, aku tidak tega. Apalagi mengingat jika kami sudah menikah, ia akan terikat dan tidak bisa ke mana-mana.”
Satya memandang adiknya. Ia melihat di usia 36 tahun, adiknya terlihat masih sangat memesona. Banyak wanita yang pasti akan bersedia menjadi pasangan hidupnya tanpa ia bersusah payah mencari. Namun Satya juga tahu Wisnu bukan orang yang gampang menjatuhkan hatinya. Dan sekarang kelihatannya adiknya ini sedang jatuh hati yang sangat dalam sehingga tidak dapat bangun. Satya penasaran seperti apa gadis itu?
Saat itu Satya melihat pamannya Harsoyo Lukman. “Paman! Apa kabar?”
Pamannya mendekat. Wisnu memandangnya dengan tatapan dingin. Satya menyalami pamannya, begitu juga dengan Wisnu. Satya segera terlibat percakapan dengan pamannya, namun tidak dengan Wisnu. Satya tentu saja heran, tapi ia berpikir adiknya sedang sibuk memikirkan gadisnya.
Wisnu menjauhi paman dan kakaknya. Ia melihat ibunya sedang berbincang dengan bibinya Maya. Ayahnya berada di ruang keluarga bersama paman-pamannya yang lain. Di sisi lain ruangan besar itu bibinya yang lain juga sedang mengobrol. Anggota keluarga yang lebih muda terlihat sedang bermain game dan yang paling muda berlarian di halaman.
Wisnu menghampiri kakak iparnya yang sedang duduk sendirian mengamati anak-anak bermain. Wanita itu sedang hamil anak ketiganya setelah anak keduanya berusia 11 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
أدب الهواةSeumur hidupku, aku hanya mengenal luka. Luka karena tidak diinginkan, luka karena diabaikan. Luka pertama ditorehkan oleh orang terdekatku, ayah dan bundaku....