Acara lamaran Andra berlangsung lancar. Pernikahan mereka akan dilaksanakan sebulan kemudian.
Renatalah yang paling sibuk mempersiapkan pernikahan Andra. Kevin iba melihat gadis itu begitu sibuk. Dia hampir tidak pernah melihat Renata duduk diam di kursinya.
Pekerjaan pokoknya tetap dapat terorganisasi dengan baik. Ia tetap bisa mengontrol kerja para stafnya sementara ia sibuk berlari kian kemari mempersiapkan pernikahan Andra.
“Jedalah Ren, istirahatkan dirimu,” saran Kevin suatu kali.
“Masih banyak yang harus dilakukan,” sahut Renata.
“Kan sudah ada WO.”
“Ada yang tidak bisa dihandel WO. Aku ingin semua sempurna seperti keinginan Andra di pernikahannya nanti,” ujar Renata.
Kevin menatap gadis itu sendu.
“Andra memang benar-benar yah! Kamu sampai serepot ini.,” kesal Kevin.
“Tidak apa-apa. Ini yang terakhir. Sekali seumur hidup.”
Kevin berdecak. “Andra sih pasti bakal mencari-cari alasan untuk membuat kamu repot selama kamu masih di sekitar dia.”
Renata tersenyum tipis. “Setelah ini giliran kamu. Cepat temukan jodohmu mumpung aku masih di sini,” katanya.
Kevin mendengus. “Mau apa lagi kamu sekarang?”
“Aku mesti ke WO, lalu mengecek perhiasan pesanan Andra. Sesudah itu hunting beberapa barang untuk seserahan.”
“Mau aku antar?” tawar Kevin.
“Boleh,” jawab Renata.
Mereka menuju kantor WO. Renata mendapatkan WO ini dari pencarian di berbagai situs dan rekomendasi beberapa teman serta pengamatannya ketika menghadiri pernikahan beberapa kenalannya.
Di sana mereka membicarakan banyak hal, seperti tema pernikahan, konsep pelaminan, konsep foto prewed, desain undangan dan tetek bengek lainnya. Kevin heran melihat gadis yang bersamanya. Ia begitu fasih membahas hal itu seolah-olah dialah yang akan menikah.
Sesudahnya mereka pergi ke toko perhiasan yang sangat terkenal di kota itu. Beberapa hari sebelumnya ia sudah datang untuk memesan dan mendiskusikan desain yang diinginkan. Hari ini ia ingin memastikan apakah desain yang sudah disepakati bisa dikerjakan atau tidak. Apakah harus ada perubahan lagi atau tidak dan berapa lama pesanan itu dikerjakan dan kapan bisa selesai.
Selesai dari toko perhiasan, Renata pergi ke konter kosmetik ternama. Di sini Kevin melihat Renata agak kebingungan.
“Kenapa?” tanya Kevin.
“Ini merk kosmetik yang biasa dipakai Ratih. Aku tidak menyangka ternyata macamnya sebanyak ini. Aku bingung menentukan variannya, yang mana yang sering dipakai Ratih,” bisik Renata.
“Kenapa bukan Ratih yang beli sendiri?” tanya Kevin.
“Andra ingin semua ini kejutan buat Ratih. Lagi pula dia tidak ingin Ratih terlalu capek.”
“Bener-bener si Andra mah. Dia yang kasih kejutan, orang lain yang pusing!” gerutu Kevin.
Akhirnya mereka membeli dengan ilmu kira-kira. Renata mengajak Kevin pulang. Dia harus mengecek pekerjaan stafnya sebelum pulang.
“Sudah selesai semua buat seserahan?” tanya Kevin.
Renata menggeleng. “Masih ada printilan-printilan yang mesti dibeli.
Kevin mendengus. “Ribet amat orang mau kawin. Aku besok mau kawin lari saja. Tidak pakai WO, tidak pakai prewed, tidak pakai ribet,” celetuknya.
“Siapa bilang tidak ribet? Kalau orang tua pacarmu lapor polisi gara-gara kamu bawa lari anak gadis orang sama saja Nurdin,” ujar Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
FanfictionSeumur hidupku, aku hanya mengenal luka. Luka karena tidak diinginkan, luka karena diabaikan. Luka pertama ditorehkan oleh orang terdekatku, ayah dan bundaku....