Masih dalam posisi ku yang sedang merangkak menyusuri setiap sudut area apartement, hingga pada akhirnya hati ku mulai frustrasi, aku memberanikan diri berbicara pada non Sofi dengan nada sedikit memohon.
🧑 : Non aku mohon udah cukup ya keliling nya, aku malu non.... Semakin banyak orang yang ketawa ngeliatin aku, please non makan yang lain aja yah, tukang bakso pagi-pagi gini belum ada yang buka non
👸 : Yaudalah kita sarapan bubur ayam aja
Aku merangkak ke arah gerobak bubur ayam yang ada di depan gedung apartement, ini kali ketiga aku merangkak melewati tukang bubur tersebut "Dari tadi aja non kita sarapan pake bubur, ngapain harus muter-muter sih, lagian mana ada tukang bakso jam 7 pagi kaya gini non, ya ampun ayo Ren sabar, inget majikan selalu benar dan budak selalu hina" Aku mengeluh sambil berlutut di bawah kaki non Sofi yang sedang memesan dua mangkuk bubur ayam.
Saat pesanan bubur sudah siap, dengan tega nya non Sofi menaruh mangkuk bubur untuk ku di atas aspal jalanan, kemudian ia juga sempat meludah di atas bubur milik ku, harga diri ku di buat semakin hancur, entah apa pendapat orang lain yang melihat aksi ku ini, tapi yang jelas senyuman ilfeel terlihat dari wajah orang-orang di sekitar.
👸 : Gak usah malu, cepet abisin bubur nya
🧑 : Iya non
Aku menjawab sambil memejamkan mata, lalu mulai memakan bubur tersebut tanpa menggunakan sendok, aku berlutut tepat di bawah kaki non Sofi yang sedang duduk di atas kursi, layak nya seekor anjing dengan sangap lahap aku memakan bubur tersebut.
Tidak puas sampai di situ, dengan gila nya non Sofi menuang bubur milik ku ke atas aspal jalanan, yap ia mengambil mangkuk milik ku lalu mengembalikan mangkuk tersebut kepada bapak penjual.
👸 : Ren senyum dong, aku gak suka ya liat kamu cemberut gitu
🧑 : Iya maaf non
Dengan berat hati aku mulai tersenyum, sambil menjilati bubur sarapan ku yang sudah di tumpahkan keatas aspal jalanan.
Saat bubur sarapan ku sudah habis, akhirnya bapak penjual bubur tersebut menawari aku segelas air putih, mungkin ia sangat kasihan melihat diri ku yang sedang mengalami pelecehan di hadapan banyak orang.
Aku mulai memegang gelas air putih tersebut, tapi ternyata non Sofi tidak suka, ia nampak marah menatap wajah ku dengan tatapan penuh emosi, akupun mengembalikan gelas tersebut kepada bapak penjual bubur, lalu secara spontan memeluk betis kaki non Sofi, aku gemetar ketakutan.
🧑 : Ampun non.... Please jangan marah, aku mohon cukup ya non, jangan siksa aku di sini (Memohon sambil memeluk erat betis kaki non Sofi)
👸 : Oke.... Kali ini aku gak marah, cuma kamu harus inget ya, jangan pernah sentuh makanan atau minuman selain pemberian dari aku, ngerti?
🧑 : Iya non aku mengerti
👸 : Yaudah yuk kita naik ke kamar
Non Sofi membayar bubur tersebut kemudian ia mulai duduk di atas tubuh ku, akupun kembali merangkak menyusuri kerumunan orang lalu naik ke atas menggunakan lift menuju kamar milik non Sofi.
Ketika sudah sampai di dalam kamar, non Sofi duduk di atas kursi sambil membuka celana nya, setelah celana tidur tersebut sudah terbuka, ia langsung menarik tali collar yang aku pakai, seketika wajah ku langsung menempel di bagian vagina milik non Sofi yang masih terbalut dengan celana dalam berwarna merah.
Sambil menemani non Sofi yang sedang asik chatting melalui ponsel nya, aku berada dalam posisi seperti itu selama satu jam lebih, meski sedikit tercium aroma masam aku tetap menikmati adegan ini, karena aku sudah sangat bersahabat dengan seluruh aroma tubuh milik non Sofi.
Suasana sangat hening karena dari tadi non Sofi hanya berdiam diri, tapi tetap tangan nya yang sangat jail mulai beraksi, sesekali ia menepuk kepala ku di susul dengan senyuman manis di bibir nya.
Akhirnya tiba pada titik di mana aku mulai memberontak, karena non Sofi membekap wajah ku ke arah vagina nya, dengan sedikit emosi ia menjambak rambut ku sambil berkata.
👸 : Kamu gak doyan sama meki aku Ren?
🧑 : Bukan gitu non.... Hidung aku di bekap kaya gitu, aku gak bisa napas non
👸 : Udah diem jangan banyak bacot, sekali lagi kamu berontak kaya tadi, aku jambak sampe rontok ya rambut kamu
Lagi dan lagi non Sofi membekap wajah ku ke arah vagina nya, ia menjepit kepala ku menggunakan kedua paha mulus nya, karena sudah tidak kuat akhirnya dengan sangat terpaksa aku kembali memberontak, aku menarik paksa kepala ku keluar, sambil mengatur nafas yang mulai sesak.
Sepertinya non Sofi sudah sangat emosi dengan kelakuan ku, karena aku tidak bisa menuruti kemauan nya barusan, ia berjalan ke arah tempat tidur tanpa menarik tali collar ku, kemudian ia merebahkan tubuh nya di atas tempat tidur.
Akupun dengan langkah sedikit gemetar ketakutan, mulai merangkak dan berlutut di bawah tempat tidur, secara terus menerus aku memohon mengucapkan kata maaf, tapi sial non Sofi hanya diam tidak menggubris permohonan maaf ku.
Lalu dengan inisiatif aku merangkak naik ke atas tempat tidur, karena aku mulai mengerti apa yang sebenarnya non Sofi inginkan, perlahan aku kembali menempelkan wajah ku ke arah vagina nya dan benar saja non Sofi mulai mengelus kepala ku tanpa satu katapun keluar dari dalam mulut nya.
Entah sudah berapa lama aku mengendus dan menjilati vagina non Sofi, seperti yang sudah ia katakan tadi pagi, hari ini jadwal nya kosong, ia hanya merebahkan tubuh nya di atas tempat tidur sepanjang hari ini, bahkan dari pagi tadi non Sofi juga belum sempat mandi.
#MagerDay Mistress juga manusia, ada kala nya ia juga butuh bermalas-malasan di dalam kamar.
NEXT EPS SELANJUT NYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendy The Husband (FEMDOM)
FantasyPERHATIAN : JANGAN IKUTI CERITA INI JIKA KAMU TIDAK MENYUKAI DUNIA FEMDOM, TEKS CERITA BER'ISIKAN TENTANG PENYIKSAAN DAN HAL-HAL YANG MENJIJIKAN UNTUK SEBAGIAN BESAR ORANG (Kalo gak suka skip aja jangan di report yah) Seri kedua dari kisah perjalana...