PART 6

28.6K 1.8K 93
                                    

Genap tiga hari sudah Anara di rawat di rumah sakit, dan sekarang kondisinya sudah baik-baik saja. Bisa dilihat dari tingkah gadis itu yang sekarang berkunjung ke kamar sebelahnya, siapa lagi jika bukan Zidan. Gadis itu berkeliling di kamar Zidan, meneliti setiap isinya.

“Zidan suka baca buku ya?”

“Jarang.”

“Nara juga suka kok baca buku, apalagi baca Novel.” Anara dengan antusias berkata.

“Gak nanya!”

Anara menatap sinis ke arah Zidan yang sedang sibuk bermain game di ponselnya. Gadis itu perlahan mendekati Zidan dan duduk di sampingnya.

“Nanti temenin Nara ke Gramedia yuk.” ajaknya.

“Ngapain?”

“Beli novel, soalnya koleksi novel Anara ketinggalan di Kanada.”

“Oke.”

Lama terdiam hingga akhirnya beberapa kali terdengar suara makian keluar dari bibir Zidan. “Yah, anjir.”

Dengan tingkat ingin tahunya yang tinggi, Anara mengintip game yang sedang dimainkan Zidan. Mata Anara membulat setelah mengetahuinya.

“Nara kira main game apaan, ternyata Zidan main Bayi Panda?” tanya Anara setengah tak percaya.

Zidan hanya melirik sekilas, ”kenapa emangnya?”

“Aneh aja, masa ketua geng kayak Zidan mainnya Bayi Panda. Gak keren,”

Mendengar itu ingin sekali rasanya Zidan melempar tubuh mungil Anara keluar dari kamarnya saat ini. Namun itu hanyalah sebuah angan-angan.

“Bacot Ra, bilang aja lo iri.” ujar Zidan mendekati Anara dan merangkul pundak gadis itu.

“Iri kok sama Zidan, gak ada yang lain?”

Sudut bibir Zidan terangkat ke atas, lalu ia mencubit gemas pipi Anara. “Yuk, gue anterin ke Gramedia.”

“Wahh, beneran? Zidan baik deh.”

“Heun, soalnya wajah lo kalo cemberut gak enak dilihatnya.” kata Zidan. “Tambah jelek,” lanjutnya berbisik.

Anara kesal, namun ia tak marah. Kapan lagi coba Zidan baik seperti ini, kesempatan itu tidak datang dua kali. Jadi sebagai balasannya Anara akan membeli banyak novel dan menyuruh Zidan untuk membayarnya.

Haha, hebat bukan dirinya.

🦟

Zidan menyesal telah mengajak Anara ke Gramedia. Karena gadis itu membeli banyak sekali buku novel dan menyuruhnya untuk membayar. Untung saja tadi ia membawa kartu ATM nya.

Setelah mengantarkan gadis itu pulang, Zidan langsung tancap gas menuju ke markasnya. Tadi ia mendapatkan kabar kalau salah satu anggotanya dikeroyok oleh geng rivalnya, Alaskar.

“Gimana? Lo gak pa-pa kan? Ada yang parah gak?” tanya Zidan kepada Bram, anggotanya yang wajahnya kini babak belur dan sedang di obati oleh Devan.

GADIS KESAYANGAN KETUA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang