21. percaya

50 2 0
                                    

Hii

Makasih buat yang udah baca
Jangan lupa vote and komen

Part 21 here🎉🎉

Happy reading
.
.
.
.
.

Gadis dengan rambut sepinggang yang tergerai rapi itu berjalan menyusuri lorong sekolah SMA MERAH PUTIH yang ramai.

Pagi ini Tasya sudah masuk sekolah lagi, keadaannya sudah lebih membaik dari kemarin, walaupun masih sedikit pusing.

Kedatangannya disambut oleh tatapan aneh dari hampir semua warga sekolah. Awalnya Tasya tak peduli, namun setelah mendengar cibiran halus dari beberapa murid, jiwa keponya mulai bergejolak.

" Berani masuk sekolah juga lo, pelakor!" ucap seorang murid perempuan dengan nada sinis. Murid itu dikenal dengan nama Mira dari 11 IPA 2. Murid itu memakai pakaian yang sedikit ketat juga make up tebal pada wajahnya.

" Maksud lo ngomong gitu apa hah?!" tanya Tasya dengan kerutan yang tercetak jelas di dahinya.

" Lo 'kan ngambil Gavin dari Ayla jadi wajar kalo gue bilang lo pelakor!" sahut Mira, kegiatan mereka berdua mengundang perhatian banyak siswa-siswi di sana.

" Gue?" beo Tasya sambil menunjuk dirinya sendiri. " Kalo lo nggak tau apa-apa mending diem aja, jamet!" sentak Tasya tak terima.

" Ngomong apa lo barusan!"

" Apa nggak terima lo hah!" teriak Tasya. Hal ini sontak membuat banyak omongan dari siswa-siswi yang turut menyaksikan adegan panas ini. Mereka berbisik pelan membicarakan tumor yang beredar.

Dari arah belakang Lea berlari menghampiri temannya. Ia mendengar dari salah satu murid kalau ada keributan di lorong gedung IPA. Saat mendengar nama Tasya di sebut, Lea langsung berlari menghampiri gadis itu.

"Kenapa Sya?" tanya Lea dengan tangan yang bertumpu di lutut, gadis cantik itu mengatur napasnya yang ngos-ngosan akibat berlari.

" Tau ni nggak jelas," balas Tasya sambil melirik ke arah Mira yang berdiri dengan angkuh.

" Oh ini temennya, nggak beda jauh ternyata," ujar Mira sambil menatap Lea dari atas ke bawah. Merasa diremehkan, Lea menegakkan tubuhnya. Gadis itu berkacak pinggang dengan dagu sedikit diangkat untuk menantang.

" Apa maksud lo?!" tanya Lea.

Mira terkekeh pelan. " Sama-sama modelan Cabe ternyata," ujar Mira yang mendapat tatapan tajam dari Lea.

" Ngaca Anjir!" Pekik Lea tak terima.

" Udah Yaa mending kita pergi daripada darah tinggi," ucap Tasya.

" Nggak, gue nggak mau di bilang lemah ma ni cewek," jawab Lea, memang dasarnya gadis ini tak mau di remehkan.

" Lo nggak tau apa kalo temen lo ini--" ucap Mira menggantung kalimatnya, gadis itu menatap Tasya dari atas ke bawah sebelum melanjutkan kalimatnya. " Pelakor!" ujar Mira lalu tertawa.

" Berisik lo jamet!"
" Dari pada lo ngurusin urusan orang, mending lo urusin tuh muka dempul lo itu," lanjut Lea lalu tertawa. Beberapa orang yang ada di sana juga ikut tertawa.

Mira yang merasa di permalukan pun mulai terpancing emosi. Gadis dengan rambut yang di jedai itu menggeram kesal.

" Kurang ajar lo!" teriak Mira lalu hendak menjambak rambut Lea.

" Apa lo hah!" teriak Lea menantang.

Disisi lain, tepatnya di ujung koridor ada Ayla yang menyaksikan perkelahian itu dengan senyum yang mengembang sempurna. Ia menyukai pertunjukan ini.

NA TASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang