Hellooo
Part terakhir nih ramein ya
Jangan lupa vote sama komen.Happy reading
.
.
.
.
.
.
.Pintu bercat putih dengan tulisan 'RUANG IGD' didepannya terbuka kembali setelah beberapa saat tertutup. Seorang laki-laki mengenakan pakaian khas dokter keluar dari ruangan tersebut dengan kepala tertunduk. Ada rasa bersalah dan rasa sedih yang bercampur menjadi satu di hatinya.
Dua orang laki-laki yang senantiasa berada di depan ruangan tersebut sontak berdiri saat melihat dokter Reynal keluar dari sana.
Wajah mereka terlihat cemas dengan mata sembab yang melengkapi penampilan mereka.
" Gimana dok?!" tanya Gavin.
Lagi-lagi dokter Reynal menggeleng. Amat berat baginya untuk memberitahukan kabar duka ini kepada mereka. Sebelum menjawab pertanyaan Gavin beliau menghembuskan napas panjang terlebih dahulu. " Tanggal 25 September 2020, pada pukul 02.00, pasien atas nama Anastasya...... meninggal dunia," jawab dokter Reynal dengan tegar.
Bugh!
Satu pukulan melayang, menghantam rahang dokter Reynal. Gavin lah yang melakukan itu. Cowok itu tak bisa mengontrol emosinya.
"MAKSUD LO APA ANJING?! DIA NGGAK MUNGKIN PERGI! DIA NGGAK MUNGKIN NINGGALIN GUE! LO PASTI SALAH! DIA NGGAK MUNGKIN PERGI, ARGGG!" teriak Gavin menggelegar diantara lorong-lorong yang sepi.
Sementara Herman membeku di balik pintu IGD. Laki-laki itu merasa gagal menjadi seorang ayah. Lagi-lagi ia merasakan kehilangan yang amat bagi hidupnya. Dulu istrinya dan sekarang anak satu-satunya yang menjadi alasan untuknya terus hidup sampai sekarang.
Dokter Reynal mengusap ujung bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Beliau tau ini amat berat bagi mereka.
" Saya turut berduka cita," ucap dokter Reynal.
Gavin berdiri dari duduknya, cowok itu berlari menerobos pintu ruang IGD yang semula tertutup. Ia mematung saat melihat tubuh gadis yang ia sayangi terbujur kaku diatas brangkar dengan alat-alat yang mulai di lepas.
" KENAPA LO LEPAS ALATNYA, HAH! JANGAN DI LEPAS NANTI TASYA NGGAK BISA NAPAS! DIA NGGAK MUNGKIN MENINGGAL!" teriak Gavin lagi saat melihat beberapa perawat mulai melepaskan alat yang tadinya menunjang kehidupan gadis itu.
Mendengar teriakan Gavin membuat Herman ikut masuk ke dalam. Sama halnya seperti Gavin. Herman mematung dengan derai air mata yang senantiasa mengalir pada pipinya yang mulai berkerut. Tak ada kata yang bisa ia ucapkan rasanya dunianya benar-benar hancur sekarang.
" BANGUN SYA! TASYA! BANGUN! KAMU NGGAK MUNGKIN NINGGALIN AKU SECEPAT INI! KAMU CUMA BERCANDA! AYO BANGUN!" teriak Gavin sambil menggoyangkan tubuh gadis yang sudah tak bernyawa di depannya. Cowok itu meluruh kelantai dengan air mata yang kian deras.
Tak ada gunanya lagi, ia benar-benar kehilangan sosok Tasya di hidupnya. Gavin tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan gadis itu hanya berlangsung sesingkat ini.
" Lo nyuruh gue buat nggak nangis tapi lo yang buat gue nangis, lawak lo Sya, Lo udah janji buat nggak ninggalin gue, MANA JANJI LO HAH! BANGUN! GUE TAGIH JANJI ITU SEKARANG SYA!"Gavin kembali meluruh setelah meneriakkan segala yang ia tahan. Rasa bersalah, sedih, dan marah bercampur menjadi satu dalam raganya.
Herman berjalan mendekati tubuh anak gadisnya yang terbaring kaku di atas brangkar. Ia mengusap lembut puncak kepala anaknya yang mulai terasa dingin. Air matanya kembali jatuh saat melihat wajah pucat yang terlihat amat tenang disana. Tak ada rintihan rasa sakit yang di keluarkan oleh gadis itu. Ia benar-benar telah melepas rasa sakitnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NA TASYA
Teen Fiction‼️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA, YANG UDAH MAKASIH‼️ _________________________________________ Namanya Tasya, gadis piatu yang harus menerima nasib tentang penyakit yang ia derita. Gadis yang sedari kecil hidup dengan penuh tekanan dengan ibu tiri dan s...