38. Pantai dan senja

20 1 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

2 jam sudah mereka berada di jalanan. Namun Tasya tak kunjung tau mereka mau kemana. Ia bahkan merasa asing dengan jalanan ini.

" Kita sebenernya mau kemana sih Vin?" tanya Tasya yang entah sudah keberapa kali. Gadis itu merasa bosan karena sedari tadi hanya duduk, padahal Gavin sudah membelikan banyak cemilan agar Tasya tak terus bertanya.

" Sebentar lagi sampai Sya, duduk anteng disitu," ujar Gavin dengan nada lembutnya. Cowok itu masih terus fokus pada jalanan di depannya.
Tasya menuruti apa kata Gavin, gadis itu duduk tenang di kursi penumpang.

Sekitar 15 menit kemudian mulai terlihat banyak pohon kelapa yang berjejer di sepanjang jalan. Tasya menegakkan tubuhnya cepat, mimik wajahnya berubah antusias kala melihat hamparan pasir putih yang membentang luas disertai ombak pantai yang menggulung-gulung.

" Kita ke pantai?" ujar Tasya dengan antusias. Mata gadis itu terlihat berbinar saking senangnya. Ia benar-benar menyukai pantai, dan terakhir kali ia kepantai sekitar beberapa tahun yang lalu.

Gavin tersenyum melihat reaksi Tasya yang begitu senang. Cowok itu mengusap gemas puncak kepala gadis yang berstatus pacarnya itu.

" Iya, kita kepantai, Gimana? suka?" tanya Gavin.

" Bangett, aaa," soraknya gembira.

Gavin mencari tempat parkir. Pantai itu terlihat sepi karena memang jarang ada yang orang tau letaknya jadi memberikan sensasi tersendiri bagi para pengunjungnya karena terasa lebih privasi.

Tasya membuka sitbelt yang melingkari tubuhnya dengan grasa-grusu. Ia sudah tidak sabar memijakkan kakinya di pasir pantai putih tersebut.

Saat mobil itu berhenti sempurna, Tasya segera membuka pintu mobil. Gadis itu melompat turun lalu segera menuju bibir pantai.

" TASYAA! JANGAN LARII!" teriak Gavin dari kejauhan karena gadisnya itu sudah berada jauh di depan.

" SINI VIN, BURUAN!" balas Tasya tak kalah kencang. Gavin menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Tasya. Ia merasa seperti sedang mengasuh anak kecil sekarang.

Gavin menghampiri Tasya yang tengah asyik bermain pasir di sana. Gadis itu benar-benar merindukan suasana ini.

" Jangan ketengah-tengah, Sya," peringat Gavin takut-takut gadis itu lupa arah.

" Ih Vin, ada bintang laut," pekik Tasya. Tangannya hendak menggapai bintang laut tersebut namun Gavin lebih dulu menariknya.

" Jangan megang aneh-aneh, kita nggak tau itu bahaya apa enggak," ujar Gavin dengan wajah cemas.

" Gapapa tau Vin, bintang lautnya lucuu," rengek Tasya.

" Nurut Sya, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa," balas Gavin dengan nada yang lebih tegas. Hal itu membuat Tasya bungkam seketika. Gadis cantik itu menuruti perkataan Gavin dan hanya mengikuti kemana pacarnya itu pergi.

Mereka duduk tanpa alas di tepi pantai. Gavin memandang lurus ke depan dengan lututnya sebagai tumpuan. Sedangkan Tasya, gadis itu terlihat masih menunduk, mungkin ia kesal. Gavin mengalihkan pandangannya ke arah Tasya, ia menghembuskan napas sabar lalu mengangkat dagu gadis itu.

" Marah?" tanya Gavin.

" Nggak," ujar Tasya dengan nada ketus.

" Enggak tapi ngegas," cibir Gavin pelan namun bisa di dengar oleh Tasya. Gavin kembali menghembuskan napasnya, ia menarik kepala Tasya agar bersandar di bahunya.

" Jangan marah dong, aku cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa," ujar Gavin yang hanya di balas deheman singkat.

" Mau minum?" tanya Gavin memecah suasana yang terlihat canggung ini. Dalam diam ia merasa jika gadis itu menganggukkan kepalanya. Gavin menyingkirkan kepala Tasya perlahan agar ia bisa pergi sebentar membeli minum.

NA TASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang