Sehun menunggu Yuri yang belum juga menampakkan dirinya padahal Sehun seharusnya berlatih untuk berbicara di depan banyak kamera dari Yuri.
"Kemana dia?", gumam Sehun gugup. Rasa khawatir terus saja menggerayangi hatinya dan setiap beberapa detik sekali melihat ke arah pintu yang tertutup di sebelahnya.
"Aish, padahal wanita itu sudah berjanji untuk membantuku.", tambahnya lalu ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Yuri namun tidak ada jawaban yang didapatkannya.
Berapa kali pun ia mencoba, hasilnya selalu sama yaitu nada sambung yang ia dengar.
Niatnya Sehun ingin pergi ke tempat Yuri bersiap namun baru saja ia berdiri. Pintu ruangan itu terbuka membuatnya menunggu seseorang dari balik pintu itu dan ia berharap Yuri lah yang datang.
Harapannya itu nyatanya memberikan kekecewaan baginya ketika ia justru melihat Dohwan yang masuk dan kini berjalan menghampirinya dengan terburu-buru.
"Ada apa?", tanya Sehun menyadari ada yang janggal dari ekspresi Dohwan.
"Sebaiknya kau menemui putri di kamarnya sekarang.", ucapnya.
"Kenapa? Terjadi sesuatu padanya?", tanya Sehun khawatir namun Dohwan hanya menggelengkan kepalanya menandakan pria itu juga tidak tahu perihal itu.
Tanpa pikir panjang lagi, Sehun mendahului Dohwan dan kini menuju ke tempat Yuri berada.
Sesampainya ia di sana, dilihatnya Yuri sedang berdiri di depan jendela kamarnya dengan kedua tangannya yang menyilang di depan dadanya.
"Kenapa kau di sini? Kau sudah berjanji membantuku menyampaikan perkataanku saat konferensi pers nanti.", tegur Sehun dan saat itu Yuri berbalik.
Sehun terdiam kaku saat manik matanya bertemu tatap dengan wanita di depannya. Dahinya terlihat berkerut ketika menyadari tatapan Yuri itu yang pernah dilihatnya di masa lalu.
Dimasa dimana ia sama sekali tidak ingin mengingatnya lagi. Ya, tatapan dingin itu persis sama dengan saat Yuri meninggalkannya di pemakaman saat itu.
"Aku tidak bisa melanjutkan semua ini.", Yuri membuka suaranya dan entah kenapa Sehun tidak begitu terkejut seakan sudah menduga hal itu akan terjadi.
"Lalu?", sahut Sehun dengan nada bicaranya yang dingin.
"Haruskah kita batalkan semuanya? Bagaimana rencanamu?", Sehun melanjutkannya dan kali ini terdengar jauh lebih sinis dari sebelumnya.
Sehun kini mengalihkan pandangannya enggan untuk melihat Yuri lebih lama lagi.
"Mari kita batalkan. Kurasa aku tidak sanggup hidup bersamamu.", ucap Yuri.
Ya, lagi dan lagi, wanita itu menorehkan luka di hatinya. Dan sekali lagi, tanpa ia tahu sebabnya.
"Kau tidak pernah berubah Kwon Yuri.", ucapnya tanpa melihat ke arah wanita itu.
"Masih jahat seperti dulu.", tambahnya lalu pergi keluar meninggalkan Yuri yang menatap kepergiannya sambil menahan tangisnya dan saat Sehun benar-benar sudah pergi, ia pun menangis sejadinya.
~
Yoona menghampiri Sehun yang hanya duduk terdiam di ruang tunggu sambil menahan emosi dan rasa kecewanya.
"Konferensi pers akan dimulai dalam waktu dua puluh menit. Kau harus bersiap sekarang.", ucap Yoona.
"Aku tidak akan pergi.", balas Sehun.
"Kau gila?! Kita tidak bisa membatalkan ini. Orang-orang akan mulai berpikiran liar jika kita lakukan hal itu.", respon Yoona dengan tidak bersahabat.
![](https://img.wattpad.com/cover/267101967-288-k94143.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult, But Easy (Completed)
FanfictionKisah seorang putri kerajaan monarki Korea yang jatuh cinta pada seorang perwira perang kerajaan yang mengabdikan hidupnya untuk negara. "Sulit jika kau hanya memikirkannya, tapi akan jauh lebih mudah jika kau mencobanya.", - Oh Sehun. "Aku tidak se...