27. Yoyo meresahkan

37.4K 3.1K 121
                                    

•─────•°•❀•°•─────•


Arthur mendekat dan mengecupi kening dan pipi bakpao bungsunya. Menatap wajah imut Arion yang pasti akan dirindukannya.

Rasa tidak rela terbesit dalam benaknya seketika. Si Duda tampan menghela napas berat. Dia harus pergi ke Australia sana, salah satu cabang corporate tengah menghadapi masalah dan dia benar-benar dibutuhkan sekarang.

Kalau mengikuti egonya, Arthur ingin mengirim Ares untuk mewakilinya lagi. Sayangnya tak semudah itu, Ares memang berkompeten, tapi sentuhan tangan Arthur masih tetap dibutuhkan disana.

Arthur tenggelam dalam pikirannya sampai-sampai tidak sadar kalau Arion sudah membuka mata.

"Diddy"
Arion berujar lirih, mungkin menyadari eksistensi Arthur didekatnya.

"Anak Diddy sudah bangun ?"
Arthur menahan tangan sekal si bungsu sebelum mengucek mata jernihnya.

"Diddy~"
Baru bangun padahal, Arthur langsung diserang dengan manik jernih yang mengerjap begitu polos menatapnya. Kode dari Arion, artinya; harus bayar tagihan susu dulu sebelum boleh cium-cium.

"Iya, Susu kan ?"
Terkekeh gemas saat bungsunya tersenyum manis, Arthur kemudian membawanya keluar dari kamar.

Setelah mendapatkan susu hangatnya, Arthur mencoba membuat Arion kembali tidur, sebab ini memang bukan waktunya Arion bangun. Masih pukul empat, matahari bahkan belum mau muncul, Tapi anak itu matanya sudah cerah, menolak tidur kembali.

Flight Arthur sendiri ada di pukul enam, masih ada sedikit waktu untuk dihabiskan bersama Arion sebelum mereka berpisah.

Cup!
Arion mengangkat tangannya, telapaknya dibawa untuk menyentuh wajah tampan sang Ayah yang kemudian memberinya kecupan.

Arthur bermain dengan menggigit gemas tangan gempal Arion, membuat si kecil tertawa kegelian. Kemudian bocah itu merengek sesuatu yang Arthur tidak mengerti

"Diddy, Yoyo.."

"Yoyo apa, hm ?"
Arthur memang belum tahu tentang kelinci peliharaan Arion itu.

"Yoyo~"
Arion ingin turun dari pangkuan sang Ayah, ingin menunjukkan peliharaannya itu, namun Arthur menahannya.

"Jangan turun, lantainya dingin"

Akhirnya dengan arahan Arion, mereka pergi ke area belakang mansion, mendekat ke sebuah kandang berisi kelinci berbulu coklat yang lucu.

"Yoyo~"

"Siapa yang kasih ?"

"Aven..."

Arthur mengangguk singkat, Arion punya rasa simpati yang tinggi rupanya. Dia suka sekali dengan hewan-hewan.

Setelah minum susu dan menunjukkan kelincinya, tibalah saat mereka berpisah.
Arxel yang memang sengaja bangun turut menemani Arion mengantarkan sang Ayah sampai masuk ke mobilnya.

"Diddy pergi ya ?"
Arthur mengecup dahi si bungsu dengan berat. Bocah itu sudah mau terlelap di dekapan Arxel.

Arxel diam-diam tersenyum geli, entah sudah berapa kali Ayahnya itu menghela napas pagi ini, tampak tidak rela sekali meninggalkan Mansion, padahal sebelum-sebelumnya biasa saja.

Ayahnya itu banyak berubah semenjak ada Arion. Bukan hanya Arthur, mereka semua berubah, bahkan dia yang dulunya jarang pulang, sekarang jadi betah berlama-lama di Mansion

Semua karena ada Arion.




•°•❀•°•

⚠️Warning for Argara's bad words




The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang