13. Adeknya Ares

48.8K 4.4K 212
                                    

•─────•°•❀•°•─────•

"Aman~ aman~"
Sepasang kaki kecil berlari menghampiri Arthur.
Hampir saja bocah imut itu terjatuh karena tersandung karpet yang sedikit terlipat.

"Hati-hati, sayang"
Arthur lantas mengangkat Arion ke gendongannya, sambil menghirup wangi bayi yang menguar dari bungsu kecilnya.
Arion pagi ini sudah wangi, Ares yang memandikannya tadi pagi, Tak disangka ternyata daripada dia, anak-anaknya terlihat lebih berkompeten dalam mengurus Arion. Ckck.

Anyway.

Hidup Arthur menjadi lumayan repot setelah kehadiran Arion, tapi dalam sisi yang baik. Arthur benar-benar menyukai situasi mereka saat ini. Arthur bahkan sudah terlampau hafal, tiap kali Arion memanggilnya sambil memberikan tatapan polos dengan kedua mata bulatnya yang cantik, pasti bocah ini minta susu.

"Apa ? Susu lagi ?"

"Agi~" Arion mengangguk sambil menjawab dengan nada imut, membuat Arthur terkekeh pelan.

Tingkahnya seperti ini, pantas saja putra-putranya langsung luluh.

"Anak siapa kamu, hm ?"
Arthur mengecup gemas pipi gemoy Arion. Lalu dengan bangga menjawab sendiri pertanyaannya.

Cup !

"Anak Arthur tentunya"

Sikap si Duda tampan yang seperti ini bisa masuk berita nasional jika sampai terliput media. Tidak ada yang akan menyangka tentunya.

Arthur membawa Arion ke ruang kerjanya, disana sudah ada Arven yang menunggu. Mereka akan melakukan diskusi untuk beberapa Hal.

Omong-omong setelah dipikir-pikir, Arion belum bertemu dengan Arven, semalam bocah itu tidur duluan setelah bermain bermain bersama Ares, bahkan Arthur harus memandikannya saat sedang tertidur.
Sudah sesayang itu dengan Arion.

"Arven, ini bungsuku yang baru"
"Arion, ini adiknya Ares"

Arthur memperkenalkan sekenannya, tidak mau susah-susah mengingat anak keberapa Arven ini. Yang pasti Adeknya Ares, soalnya Ares anak sulung.

Anak tengah memang biasanya terlupakan sih. Selain itu Arthur juga kadang-kadang suka lupa anaknya ada berapa ekor :v

Untungnya Arven tidak baper dengan pilihan kalimat Arthur yang agak absurd, malah menaruh perhatian pada pipi Arion yang terlihat seperti bakpao kebanyakan pengembang.

Ayah dan anak itu mulai membicarakan pekerjaan mereka dengan Arion yang hanya diam memperhatikan, sesekali Arthur menepuk-nepuk tubuh Arion yang mulai gempal, atau memberikan kecupan kecil pada surai lembutnya, sampai bocah itu mulai mengantuk.

Diam-diam si Duda tersenyum miring menyadari Arven yang sesekali melirik. Well, dia sengaja mendudukkan Arion berhadapan dengan Arven tadi, sengaja ingin memamerkan anak barunya yang bisa di uyel-uyel. Soalnya selama ini, anak-anak Arthur itu tidak se-kiyowo Arion, bukannya bikin gemas malah bikin sakit kepala.

Omong-omong, Arven ini anaknya yang paling jarang membuat pening kepala, malahan terlampau tenang dan dingin, seperti gunung es abadi yang tidak pernah cair meskipun disinari matahari sepanjang waktu.

Selama ini jarang kelihatan karena ulah Arthur yang sedang hiatus sementara dari perusahaannya.

Pemuda itu bisa dibilang adalah versi mudanya Arthur, mereka memiliki passion yang sama di bidang bisnis, karena itu daripada Ares yang notabene putra pertama, Arvenlah yang digadang-gadang menjadi penerus perusahaan raksasa milik mereka.

Arthur sadar bagaimana pandangan Arven sesekali tertuju pada Arion, bocah yang kini sibuk menyedoti susu di botol kecilnya itu sepertinya membuat Arven hampir kehilangan konsentrasi selama beberapa saat.

Soalnya meskipun sibuk mengenyot botol susunya, Arven bisa lihat dengan jelas ketika bocah itu tersenyum sambil memiringkan kepalanya. Menebarkan pesonanya yang mematikan pada Arven.

•°•❀•°•

Matahari mulai meninggi saat Arion terbangun, bocah kecil itu mengerjap beberapa kali.

Arion mengangkat kepalanya saat mendengar suara sang Ayah duduk disampingnya.

Rupanya dia masih berada di ruang kerja Arthur.

Tadi dia ketiduran karena kelewat bosan hanya memperhatikan kedua orang Dewasa bekerja, bahkan saat ini mereka tampaknya masih sibuk berdiskusi.

Mata bulatnya menatapi Arven diseberang sana. Entahlah, Arion penasaran sekali dengan pemuda yang mirip Ayahnya itu.

Arven yang menyadari kalau sedari tadi di lirik, balas menatap si bocah imut yang rupanya sudah terbangun.

Lagi-lagi, Arion memberinya tatapan yang sama seperti sebelumnya, memiringkan kepalanya sambil tersenyum lucu. Hanya beberapa detik, karena setelahnya dia berpindah menatap Arthur.

"Aman~"

"Sudah bangun, sayang ?"
Arthur mengangkat Arion keatas pangkuannya, membubuhkan beberapa kecupan di dahi bocah lucu itu. Meskipun agak menyakitkan karena sampai sekarang Arion masih saja memanggilnya dengan 'Paman'.

Arthur menepuk-nepuk punggung Arion yang kelihatannya masih mengantuk.

Pemandangan manis itu bikin Arven yang duduk didepan mereka tersenyum tipis, merasa terhibur sekali. Apalagi melihat sikap sang Ayah yang seperti itu.

Tak lama, ponsel Arthur berdering, mengharuskan si Duda tampan beberapa kali harus menerima telepon, jadi dengan sengaja dia menaruh Arion langsung dipangkuan Arven, meninggalkan mereka berdua di ruangan ini.

Biar berkenalan lebih jauh pikirnya, siapa tahu Arven bisa terhasut untuk segera menikah dan Arthur diberikan cucu. Haha.

Karena ulah Arthur, suasana di ruangan kerja jadi hening seketika. Terasa agak awkward, apalagi untuk Arven. Soalnya pertama kalinya dia sedekat ini dengan anak kecil.

Sementara Arven bergelut dengan suasana yang Awkward, Arion mendongakkan kepalanya, mata bulatnya menatap tepat manik coklat Arven.

Dari awal bertemu, Arion sebenarnya penasaran dengan pemuda ini. Soalnya Arven ini mirip sekali dengan Arthur. Hidungnya, alisnya, apalagi rahangnya yang tajam, semuanya mirip Arthur.
Arion kan jadi terpesona !

Sekarang tangan tangan kecilnya menyentuh rahang tegas Arven, sama seperti yang dia lakukan pada Arthur ketika bertemu pertama kali.

Wajahnya tampan, tapi jarang berekspresi, kemarin juga saat bertemu, Arven bahkan tidak tersenyum sama sekali, Arion semakin menyentuh wajah Arven. Tak disangka Arven mengambil tangan kecil itu, lalu memberikan kecupan kecil disana.

Meskipun ekspresinya datar, tapi samar-samar bibir pemuda itu mulai membentuk senyum tipis.

"Uh ?"
Arion yang menyadari itu lantas ikut tersenyum.

Arven tidak bisa menahan kekehannya, ini pertama kali dia dibuat tertawa hanya karena tingkah imut seorang bocah.

Arven sudah mendengar dari assistant Ayahnya tentang bagaimana Arion bisa langsung menarik perhatian Arthur, sepertinya Arven bisa memahaminya.

"Abang ?" Arion menyeletuk, masih dengan senyum lucunya.

"Iya, abang-" Arven mengusap pipi gembil itu dengan lembut.

"Abang Arven"
kali ini labium Arven benar-benar membentuk senyuman, senyum lembut yang jarang sekali terlihat.

Arion tersenyum semakin lebar, mata bulatnya menyipit, senang sekali melihat senyum Arven. Tangan kecilnya menyentuh kembali rahang tajam Arven.

"Aven~"

Kalau seperti ini, bagaimana tidak langsung luluh coba ?

•─────•°•❀•°•─────•

31st-Desember-2022
Happy new year guysss.. Semoga Kita semua be happier, be stronger & be better di tahun yang baru✨✨

The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang