•─────•°•❀•°•─────•
Sebenarnya, Argara sudah memikirkan Hal ini sejak lama, tapi dari kemarin-kemarin belum kesampaian, jadinya di Sore Hari itu, Argara membawa Arion yang baru bangun tidur siang ke ruang tengah. Dia akan melakukan ekseprimennya sekarang.
Jangan salah paham, tidak macam-macam kok, Argara hanya ingin membuat Arion mencoba berbagai macam makanan, jangan cuman susu saja yang digemari si pipi bakpao itu. Kemarin dia sudah membeli beberapa snack dan makanan yang bagus buat bayi-bayi seumuran Arion, jadi Hari ini harus dicoba satu-satu.
"Nah, pertama Ayo coba yang ini"
Sebagai Trial, Argara mencoba dulu makanan-makanan itu sebelum diberikan ke Arion, antisipasi kalau rasanya aneh atau apa.Argara duduk disofa, sementara Arion berdiri didepannya, menyender pada lutut si abang dan mendongak menatap Argara yang sibuk membuka bungkus snack. Mata bulatnya menatap penasaran saat si abang mencoba biskuit bayi rasa buah.
"Wah, kok enak sih, makanan bayi doang padahal"
Argara nampak terlalu asik mencicipi snack-snack itu.Arion sendiri sedari tadi ikut mengecap melihat Argara menikmati makanan yang seharusnya menjadi miliknya.
"Abang.."
"Baby mau juga ?"
"Aaa~"Argara menyuapkan setengah Biskuit yang tadi dicobanya pada Arion, pipi bakpao itu bergerak mengunyah dengan lucu.
Sepertinya Argara melakukan Hal yang tepat, Arion suka dengan makanan yang dibelinya. Bocah itu lahap sekali sampai-sampai makan malamnya tidak mau dimakan.
•°•❀•°•
"Ayo bangun, Arion. Kita jalan-jalan keluar"
Hari berikutnya, Argara kembali datang ke kamar Arthur. Sejak tadi dia menunggu si bungsu untuk terbangun, jadi saat Arion membuka mata, dengan semangat 45 Argara langsung mengangkatnya untuk dipakaikan outfit sporty seperti dirinya. Hari ini dia ingin membawa Arion berjalan-jalan.
Ada taman dikawasan pemukiman mereka, dan Argara berencana membawa Arion kesana. Pemuda itu terlalu bersemangat sampai Arthur sendiri tidak kuasa melarang, apalagi setelah dilempari fakta bahwa Arion belum pernah keluar sejak pertama kali dibawa ke mansion.
Akhirnya di pagi Hari weekend terakhir itu, Arthur merelakan anak bungsunya dibawa anak satunya lagi keluar.
"Aga ?"
Arion menunjuk sesuatu didepan."Mana ?"
Argara mengikuti arah tangan Arion yang menunjuk seekor kucing di sisi jalan."Oh, itu kucing"
Sepanjang perjalanan diisi dengan percakapan lucu abang dan balita itu. Arion rasa penasarannya memang tinggi sekali, dia selalu bertanya kalau melihat sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dia lihat, lalu Argara dengan senang hati menjawab semuanya.
"Kalau yang itu, namanya balon"
Argara menunjuk pada abang-abang penjual balon. Mereka sudah sampai di taman sekarang. Argara menurunkan Arion dari gendongannya. Membiarkan bocah itu berjalan sambil digandeng."Arion okay kan ?"
Argara bertanya hanya ingin memastikan karena seperti alasannya tadi, ini pertama kalinya Arion keluar dari kawasan mansion. Takutnya dia merasa tidak nyaman."Aga, cucu"
Argara lantas terkekeh, untungnya dia membawa sebotol susu yang tadi memang disiapkan untuk berjaga-jaga.
"Wah, anaknya cantik sekali, mas!"
Sontak hiruk pikuk taman disusul pekikan-pekikan menyambut keduanya saat melewati sekumpulan ibu-ibu."A-ahaha. Terimakasih"
Argara hanya tertawa canggung, menanggapi sekenannya daripada ribet klarifikasi. Si pemuda melangkah ke sisi taman yang lain, mengambil tempat di salah satu bangku taman, lalu mengeluarkan botol susu Arion dari sling bag yang sengaja ia pakai."Padahal lanang lho baby-nya abang ini"
Argara mengusap dahi Arion yang sedikit berkeringat.Kemudian terkekeh saat menyerahkan botol susu kecil itu yang dengan cepat di lahap habis oleh si manis berpipi gembil dalam waktu singkat.
Begitu selesai, Arion menyerahkan botol susunya yang sudah kosong kembali pada sang abang."Mau main kesitu nggak ?"
Argara menotice pandangan Arion yang kini mengarah pada area taman bermain anak-anak, disana cukup banyak bocah seumuran Arion yang bermain.Tapi Arion Diam saja, Argara juga tidak yakin sebenarnya membiarkan Arion main disana, soalnya sekarang kebanyakan para bibit-bibit kaum Hawa yang mendominasi.
Lalu tiba-tiba entah datang darimana, salah satu dari keturunan Hawa itu datang menghampiri. Gadis kecil berkepang dua, giginya ompong didepan, tiba-tiba seenak jidat meminta ingin menggendong Arion.
"Kakak, Nafa mau gendong Adeknya dong!"
Argara sempat terkejut tentunya, tapi mencoba menanggapi sebaik mungkin.
"Jangan ya, Arion gembul, nanti Nafa ga kuat"
Berbekal telinga yang tajam, karena tadi bocah itu menyebut namanya sendiri, si pemuda membalas dengan lembut. Ini pertama kalinya Argara berinteraksi dengan kaum Hawa yang giginya belum tumbuh semua omong-omong :vGadis kecil itu lantas bersungut, menampilkan ekspresi seakan Argara baru saja merendahkannya.
"Tapi Nafa bisa kok, Ayo kakak, kasih Adeknya!"
Argara meringis saat gadis kecil didepannya ini berteriak dengan suara cemprengnya.Bibit Hawa yang satu ini ternyata agak sulit dihadapi ygy, Argara jadi bingung bagaimana cara menolak tanpa menyakiti perasaannya.
"Arion kan belum kenal sama Nafa, coba kenalan dulu"
"Ini kakak Nafa, Alion panggil kakak ya ?"
Gadis kecil yang masih cedel itu dengan ringan mencubit pipi Arion, sempat membuat Argara mengernyit, jiwa posesifnya mendadak bergejolak, tapi serba salah karena lawannya anak kecil."Kak"
Arion malah berujar mengikuti perkataan gadis kecil itu, padahal tadi Argara berharap Arion diam saja, biar bocah ompong ini menyerah."Kakak, Nafa suka Alion deh, Alion buat Nafa aja sini"
"Hee.. nggak bisa dong, dek"
"Kenapa ?"
Gadis kecil itu sekarang malah mengernyit tidak suka dengan respon Argara."Nanti papa Nafa bayal aja ke kakak, Alionnya buat Nafa, belapa emangnya ?"
Argara tersenyum hambar, lama-lama bocah ompong ini songong juga. Dikira Arion apa coba mau dibayar segala.
"Ga boleh ya, Arion kan punya keluarga, Nafa juga kalau tiba-tiba mau diambil sama orang lain pasti ga suka kan ?"
"Tapi Nafa suka Alion"
Argara mendadak dongkol, untungnya bocah ompong itu tak lama dijemput oleh ibunya sebelum memancing emosi lebih jauh.
"Nanti besok-besok kalau ada cewek yang kayak gitu jangan mau, ya ? Biasanya gedenya jadi matre"
Ujar Argara julid, mewanti-wanti si bungsu.Tidak rela tentunya membayangkan kalau nantinya Arion disakiti cewek-cewek sulit yang sukanya mempermainkan perasaan para kaum Adam.
Kalau bisa, nanti Argara tidak akan memperbolehkan Arion pacaran sampai umurnya 20 tahun. :>
Akhirnya karena merasa moment-nya dihancurkan si bocah ompong, ditambah kondisi taman yang semakin ramai, Argara lantas menggandeng Arion kembali, mereka akan pulang saja daripada berlama-lama disana, makin banyak orang yang ada makin malesin.
Jiwa posesif Argara mulai aktif semenjak saat itu.
Well, bukan dia saja sepertinya, karena saat baru saja sampai di kawasan mansion, terlihat sudah ada yang menunggu di depan gerbang sana dengan tatapan menyelidik.
"Sampe keringetan gini sayangnya abang, dibawa kemana sama mahluk durjana ini, hm ?"
Ares merebut Arion dari Argara, si sulung Nelson menggendong si bocah lalu berlalu dengan cepat, meninggalkan Argara yang hanya bisa berdecak malas, lagi-lagi moment-nya bersama Arion dihancurkan sama jomblo busuk ini.
•─────•°•❀•°•─────•
27th-March-2023
Semangat yang Puasa✨
Yang ga puasa juga semangat✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of ARION
General FictionArion si bocah berpipi bakpao yang kadar gemasnya sudah tak bisa lagi diukur. Bersama Ayah dan abang-abangnya yang tampan, Arion menyusuri hidup dengan penuh warna. __ 𝘾𝙤𝙥𝙮𝙧𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙖𝙡𝙚𝙧𝙩 ©️ ‼️𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥 Story only by ©𝙧𝙚𝙛𝙛𝙚𝙘𝙩...