25. Saingan Ares

37K 3.3K 107
                                    

•─────•°•❀•°•─────•


Akhir-akhir ini, Arion suka makan telur. Hari-hari maunya telur. Sebenarnya tidak masalah, tapi kan banyak makanan lain, ayam, ikan Sasimo- eh, maksudnya Shisamo yang sedang hype karena jadi favorit anak artist itu, daging juga ada. Tapi si bocah hanya mau makan dengan telur. Ares kini juga menyuapinya makan siang dengan telur, kalau tidak telur, mana mau Arion membuka mulut kecilnya. Ckck.

"Arion suka makan telur bebek ?"

"Ebek ?"

"Iya, karna Arion suka makan telur, kemarin mbak beli telur bebek buat digoreng"

Mendengar itu, ekspresi wajah Arion seketika berubah. Manik jernihnya menatap mangkok makannya yang sudah kosong, mungkin mengira yang dia makan selama ini adalah teman-teman bebek kesayangannya. Ares diam-diam menahan diri untuk tidak tertawa.

"Enak kan telur bebek ?"

Biasanya anak-anak akan langsung menangis di situasi seperti ini, tapi Arion beda. Bocahnya malah pergi kedapur, menghampiri para maid yang sedang bekerja. Ares menyempatkan waktu untuk tertawa dulu sebelum menyusul.

"Embak.. ebek ?"
"Lulnya ebek ?"

Tentunya para maid tidak menangkap apa yang Arion coba katakan.

"Ini telurnya bebek kan, mbak ?"
Ares mengambil telur yang kebetulan ada di rak diatas pantry. Mengode pada para maid untuk mengangguk. Arion yang melihat semua orang mengangguk semakin murung wajahnya.

"Aec~"
Arion merengek kecil, menggenggam telur ayam itu. Ares hanya tertawa-tawa gemas karena ekspresi Arion, meski agak merasa bersalah karena sudah mengada-ngada.

Arion memang pintar, disaat bocah-bocah lain akan menangis, dia malah ingin meminta pembenaran dulu. Bocah ajaib memang.

Kalau biasanya Arion yang dibuat terpesona oleh Abang-abangnya, sekarang Ares yang gantian terpesona dengan si bocah.


•°•❀•°•




Seperti yang kita semua tahu, karena Ares yang lebih sering di Mansion, jadi kebanyakan dia yang mengemban amanah menjaga si bocil seharian.

Jangan remehkan Ares lho, jomblo-jomblo begitu sudah lincah mengurusi Arion dengan baik. Mulai dari mandi, makan sampai menidurkan , Ares sudah hatam.

Kedekatan Arion dengan Ares itu sempat membuat Arthur cemburu, sebab intensitas menghabiskan waktu bersama jadi sedikit berkurang karena Arion apa-apa maunya sama Ares.

Ares sendiri jadi sedikit besar kepala. Pemuda itu selalu menyombong pada sang Ayah tiap kali Arion menghampirinya, terkadang membuat Arthur gondok setengah mati.

Ares tidak tahu saja apa yang akan terjadi kemudian Hari, orang lain mungkin bisa menggeser posisinya.
Seperti Arven kali ini misalnya.

"Aven.. Aven~"
Arion mengangkat tangannya, ingin menggapai putra kedua Arthur itu.

"Arven mau boker sayang, Ayo Arion mandi dulu"
Ares berujar asal, membujuk Arion agar mau ikut dengannya. Hari sudah beranjak malam, namun Ares belum juga berhasil membawa Arion ke kamar mandi. Sedari tadi bocah itu lengket sekali dengan Arven.

Arven sendiri hanya mendengus mendengar omongan absurd si sulung, karena tidak ada untungnya berdebat dengan Ares, Arven yang merasa lebih waras akhirnya mengalah, pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Kepergian Arven tak serta merta membuat Ares terbantu, Arion masih tidak mempan dibujuk. Ares yang kelewat sayang akhirnya mengalah, memberikan sedikit kelonggaran waktu untuk si bocil yang tidak mau mandi.

The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang