EXTRA: 4. Ayo nangis, Arion !

34.4K 2.4K 332
                                    

•─────•°•❀•°•─────•

Arxel sedang bersama Arion. Menemani si bocil yang sedang anteng minum susu. Memperhatikan Arion dengan seksama, Arxel jadi terpikirkan. Selama ini Arion jarang sekali menangis, hampir tidak pernah malah, waktu itu hanya sekali saat awal-awal mereka bertemu. Setelahnya tidak pernah ada lagi.

Padahal seharusnya wajar kalau household yang punya anak kecil selalu ramai karena tangisan bocah. Arxel juga pernah membaca di salah satu artikel kalau meski tidak selalu, tapi menangis itu kadang baik untuk anak-anak.

Akhirnya karena kelewat penasaran, Arxel berinisiatif untuk melakukan percobaan. Pemuda 17 tahun itu dengan cepat mengambil botol susu Arion yang isinya tersisa setengah.

Arxel juga menahan ekspresinya untuk hanya menampilkan wajah datar pada Arion.

Arion yang botol susunya direbut hanya menatap Arxel. Benar-benar tidak sesuai ekspektasi, bocah itu tidak menangis, merengek sedikit pun tidak, dia hanya menatap Arxel dengan mata bulatnya yang polos, mulut kecilnya sambil mengecap-ngecap sisa rasa susu.

Kalau begini, malah Arxel yang jadi merasa bersalah.

Arxel mencoba bertahan untuk setidaknya semenit- tapi tidak bisa!
Dengan segera, Arxel mendekap Arion. Mengecupi wajahnya dengan lembut sebagai permintaan maaf, lalu mengembalikan botol susunya.

"What should I do with you, Arion ?"

Masalah ini sampai berlanjut hingga yang lainnya tahu.

"Coba pukul pantatnya"

"Ck, Violence not allowed, Argara"
Ares mendecak tidak setuju.

Argara yang merespon pertama mendengus, padahal dia hanya beropini, soalnya biasanya ibu-ibu memukul bokong anak mereka kalau nakal, lalu anaknya akan menangis. Masalahnya juga, selain butuh effort lebih untuk mengajaknya mandi, Arion itu tidak pernah melakukan kenakalan apapun.

Dia benar-benar anak yang kalem, tidak pernah macam-macam. Sangat berbeda jauh dengan abang-abangnya.

Karena itu, dimalam Hari ini, Arxel sudah menyiapkan sesuatu.
Sebuah mainan berbentuk ular yang bisa bergerak.

(👇)

Arxel memegang remot kecil untuk mengontrol mainan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arxel memegang remot kecil untuk mengontrol mainan itu. Ares, Argara, dan bahkan Arven menyempatkan waktu untuk ikut partisipasi, masing-masing duduk di sofa, sementara Arion berdiri ditengah-tengah lingkaran abang-abangnya.

"Arion, look ! Hiiiii~"
Arxel dengan sengaja mengarahkan ular mainan itu mendekat ke kaki Arion.

Namun apa yang dilakukan bocah itu selanjutnya malah membuat keempat pemuda terkejut, soalnya-

"Meong~"
-Arion malah berjongkok dan mengelus ular-ularan itu.

"Failed.. He's not scared at all "
Arxel tertawa pasrah. Padahal mainan itu lumayan menyeramkan look-nya, bisa-bisanya respon Arion seperti itu.

"Astaga"
Ares sampi memijat pangkal hidungnya. Arion itu benar-benar......... Friendly.

Sepertinya memiliki rasa empati yang tinggi juga kurang baik, karena bisa saja Arion tumbuh tanpa boundary, dan itu bisa membahayakan dirinya sendiri dikemudian Hari.

"Itu bukan teman, look.. ini bahaya, ok ? Apalagi kalau gigit, lihat abang.." Argara mendekat lalu mengambil mainan itu.

"Ahk-"

Selanjutnya langsung pura-pura mati. Serius, actingnya sangat buruk hingga Arven tak tahan untuk melemparinya dengan sandal.

Tapi tanpa diduga, Arion malah dengan mudah percaya. Bocah itu mendekati Argara yang berbaring di dekatnya.

"Agaa... Agaa.. No No No.."

"Holly shi-"
Arxel menahan umpatan karena terkejut akan reaksi Arion bercampur ingin tertawa karena Argara.

"Eh ? It's okay.. Arion"
Melihat situasi yang jauh dari ekspektasi, Argara cepat-cepat bangkit.

"Abang nggak mati.. lihat abang ?"

Meski berusaha meyakinkan. Arion sudah termakan actingnya. Bocah itu menatap Argara dengan mata berkaca-kaca. Membuat si abang kontan saja merasa berdosa.

"Argara cuman bercanda, sayang.. dia matinya masih lama"
Ares ikut membujuk. Namun sepertinya Arion keburu sedih. Bibirnya mulai mencebik kebawah.

"Come here"
Arven juga akhirnya ikut turun tangan. Mendekap si bocah untuk ditenangkan. Suaranya jadi lembut begitu tiap kali bersama Arion.

Untungnya Arion mau bersama Arven. Pemuda itu membawanya menjauh dari tiga lainnya yang mulai ribut sendiri.

"You might get us crazy someday"
Arven terkekeh pelan, Arion ini benar-benar..

Mungkin akan ada saatnya dikemudian Hari mereka dibuat kelabakan karena bocah ini. Arven tidak sabar menunggu saat itu datang.

"Ckck padahal acting kayak ampas gitu.. Masih bagus Arion ga muntah"
Ares, seperti biasa, meroasting disaat ada kesempatan.

"Well, at least kali ini not my fault"
Arxel juga seperti biasa, tidak mau mengaku kalau dia juga bersalah.

"Not my fault, not my fault Pala bapak kau! Siapa yang ngide-ngide begini ?"
Argara hanya mendecak.

Sementara itu, Arthur yang saat ini sedang di luar kota tiba-tiba bersin karena ikut disebut-sebut.

Kalau saja dia tahu bungsu kesayangannya dikerjai begitu, mungkin para bujang itu bakal dikirim ke Afrika sana biar bergelut dengan singa sekalian.


•─────•°•❀•°•─────•

9th-April-2024

Extra chap lanjut lagi ga ?
Apa udah bozzennn ?









Mohon maaf lahir & batin (In advance) ini Hari terakhir bulan Ramadhan lumayan sedih si, soalnya yg tahun ini vibe toleransinya indah bgt. Semoga tahun-tahun besok juga kayak gini.

Semoga setelah bulan baik ini Kita semua juga menjadi pribadi yang lebih baik.

The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang