•─────•°•❀•°•─────•
Setiap sore, sehabis bangun tidur siang, Arion akan bermain-main di halaman mansion. Kali ini ditemani oleh Ares karena yang lain belum balik ke habitat. Biasalah
Ares memegang mangkok kecil berisi cemilan buah-buahan yang sudah dopotong kecil-kecil, sore-sore begini jadwal makan buah Arion. Sebelum makan malam.
Untungnya Arion bukan anak yang pemilih, dia makan apapun yang diberikan. Sebenarnya itu juga membuat mereka agak khawatir, takut salah jika Arion punya alergi dan mereka tidak tahu, pokoknya jangan sampai kejadian.
Omong-omong, Ares sudah seperti ibu-ibu yang menemani anaknya bermain sambil makan, tapi ya sudah biarlah, hitung-hitung latihan-
Latihan jadi Ayah maksudnya :v
"Arion, lagi ?"
Ares terkekeh pelan melihat Arion yang menggeleng dengan pipi gembilnya yang penuh. Sudah seperti tupai saja.
Bocah itu berlarian kesana-kemari dengan lincah, Ares jadi berpikir untuk membelikannya sesuatu, mainan Arion masih sedikit kalau di pikir-pikir. Cuman bebek-bebekan karet di kamar mandi, juga bola plastik warna-warni yang dibelikan Arthur.
Wah. Tidak bisa dibiarkan ini.
Banyak yang mesti dibeli. Ares mengeluarkan ponselnya, membuka website-website khusus mainan anak-anak.Jarinya sibuk menscroll ponselnya, menelisik apa yang kira-kira disukai anak-anak seumuran Arion.
"Oke. Sepeda roda empat, Lego, puzzle, Barbie-"
Ares mengalihkan pandangannya dari ponsel untuk menatap Arion sebentar, menimbang apakah dia harus membeli barbie atau tidak.
Ares kemudian mengidikkan bahu, lalu memasukkan barbie ke trolli virtualnya."Coba aja"
Jarinya menekan tombol check-out tanpa pikir panjang. Total belanjaannya ?
Jangan ditanya, yang pasti hampir menyentuh dua digit. Hanya untuk mainan.
Kalau untuk Arion tidak ada perhitungan, soalnya membesarkan bayi harus dengan penuh kasih sayang.
"Abang.. abang ?"
Ares yang tadinya tersenyum lebar berganti ekspresi menjadi melotot horror saat Arion berlari dengan riang menghampirinya, masalahnya bocah itu sambil membawa seekor ulat kepompong di tangannya.Arion dengan polosnya mengambil tangan Ares lalu menaruh hewan gendut itu disana sambil tersenyum menggemaskan.
"Arion.."
Ares antara jijik dan takut tapi pasrah menerima kepompong berwarna hijau yang gendut itu. Entah darimana bocah ini menemukannya.Dia sudah mendengar dari Arxel soal Arion yang ingin menyentuh Ulat gatal beberapa waktu lalu, rupanya si pipi gembil ini suka sekali dengan yang menggeliat-menggeliat seperti ini.
Ares dengan cepat membuang hewan ditangannya saat Arion tidak melihat. Sedari tadi bulu kuduknya meremang geli hanya dengan melihat hewan itu.
"Udah ya mainnya.. Masuk yuk ?"
Ares dengan lembut menahan tangan Arion saat bocah itu mau berlarian lagi.Saat Ares akan menggendong Arion, sebuah mobil mendekat, mobil sedan itu berhenti beberapa meter dari mereka, dari sana seorang pemuda turun dengan pakaian formalnya. Ares mengangkat sebelah alisnya melihat siapa yang datang.
"Wah, udah balik aja nih pak bos ? Masih inget rumah ternyata ?"
Pemuda itu hanya meliriknya sekilas lalu melongos begitu saja masuk kedalam Mansion tanpa kata, membuat Ares mendecak kesal.
"Arven sia-, kebanyakan kerja lo sampe lupa sama Abang sendiri ?"
Sementara itu, mata bulat Arion hanya menatap pada punggung tegap yang berjalan melewati mereka itu.
Arion diam saja sedari tadi, bocah itu sempat mengira kalau Arthur yang datang, soalnya pemuda itu mirip sekali dengan Ayahnya.
Siapa ?
•─────•°•❀•°•─────•
3rd-December-2022
Siape lagi nih yang datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of ARION
General FictionArion si bocah berpipi bakpao yang kadar gemasnya sudah tak bisa lagi diukur. Bersama Ayah dan abang-abangnya yang tampan, Arion menyusuri hidup dengan penuh warna. __ 𝘾𝙤𝙥𝙮𝙧𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙖𝙡𝙚𝙧𝙩 ©️ ‼️𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥 Story only by ©𝙧𝙚𝙛𝙛𝙚𝙘𝙩...